View: 4909|Reply: 15
|
APA ITU KILAT DAN PETIR...
[Copy link]
|
|
Asslamualaikum.. topic ni bole bawa bincang tak.. kilat dan petir dari sudut sains dan islam.. Penah dengar tak kata2 bahawa kilat kuat tu panahan kepada syaitan.. ALLAHUAKBAR ... sesungguhnya ALLAH MAHA BESAR |
|
|
|
|
|
|
|
Salam...
Dari segi sains, secara ringkasnya berkaitan kilat di langit (langit dalam atmosfera bumi): Perlanggaran cas-cas yang berlawanan dalam awan boleh menyebabkan kilat, yang menghasilkan cahaya yang terang dan bunyi yang kuat (guruh). Oleh kerana cahaya bergerak dengan lebih pantas berbanding bunyi maka kita nampak cahaya dulu kemudian baru dengar bunyi guruh.
Dari segi Islam, apabila ada jin yang cuba curi dengar perbualan malaikat di langit berkaitan hal-hal ghaib, maka mereka akan dipanah dengan panahan cahaya terang yang panas. Mungkin ini juga yang kita lihat sebagai kilat jika hal tersebut dizahirkan, ataupun ia juga boleh berlaku dalam ghaib yang tidak kelihatan oleh mata kasar manusia.
WAlllahu a'lam. |
|
|
|
|
|
|
|
Kilat itu ada 2
1) kilat kasut
2) kilat dilangit
Bila kilat kasut, maka kelihatan shining le apa lagi. Tapi bila kilat dilangit, buka ajelah Alquran. Semua dijawab-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
Edited by dovob at 20-4-2019 11:04 PM
Petir itu dari dua suku kata pe dan tir. Allah ciptakan perkataan petir utk ingatkan hal ini :
Pe-lik
Pe-kak
Pe-san
Pe-lan
Pe-kan
Khua-tir
Segelin-tir
|
|
|
|
|
|
|
|
Please Endorse Today I Remember |
|
|
|
|
|
|
|
Pernah terbaca satu hadith mengenai petir. Ia ada kaitan dengan malaikat tp dah tak berapa nak ingat. |
|
|
|
|
|
|
|
Dengan menyebut keagungan Asma’ul Husna, Al-Mutakabbir, pemilik segala kekuasaan hanyalah Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa. Sesungguhnya malam-siang yang telah menjelang dan siang-malam yang telah berlalu adalah milik-Nya. Dan ketika suara penyeru Allah Yang Maha Mendengar bersahut-sahutan menyeru, bergantian sesuai perbedaan waktu di seluruh dunia, maka semua itu hanya milik Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.
Dan Rasulullah SAW, adalah utusan-Nya yang dimuliakan oleh Allah Yang Maha Mulia. Nuur Allah SWT telah dianugerahkan kepada Rasulullah SAW beserta pengikutnya untuk menerangi seluruh dunia. Dan Rasulullah SAW adalah manusia yang Fathanah (Cerdas). Beliau SAW menggambarkan apa yang sulit dijelaskan kepada kaum Quraisy, kaum Arab, dan pengikutnya. Kebijaksanaan beliau SAW dalam memilih perumpamaan tidak menyisihkan kebenaran. Maha Suci Allah yang telah menciptakan beliau SAW.
“Petir adalah pekerjaannya malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya cambuk dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.” (H.R Tirmidzi) |
|
|
|
|
|
|
|
Maha Benar Allah yang telah mengutus Rasulullah SAW dengan sifat Shiddiq (Benar) serta hikmah Al-Qur’an. Apa yang disampaikan Rasulullah SAW dalam Hadits Riwayat tirmidzi tersebut adalah suatu perumpamaan. Rasulullah SAW mengikuti apa yang diajarkan oleh Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur’an, yakni menjelaskan menggunakan pendekatan dengan sebuah perumpamaan. Dan tiadalah yang dapat mengambil hikmah, kecuali orang yang menyingkirkan nafsunya dan menggunakan akalnya untuk memahaminya.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29]: 43)
Telah kita ketahui bahwa Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Azza Wa Jalla. Namun dari apakah malaikat diciptakan? Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Itu merupakan sumber dari hadits bahwa malaikat diciptakan dari cahaya oleh Allah Sang Maha Pencipta. Rasulullah SAW adalah insan yang paling amanah, sehingga oleh musuhnya sendiri dipercaya sebagai orang yang paling amanah (jujur). Dan apapun yang disampaikan oleh beliau SAW adalah benar, sehingga sifat Rasulullah SAW teramat mulia, yakni jujur dalam menyampaikan sesuatu dan benar apa yang disampaikannya. |
|
|
|
|
|
|
|
Mari kita berpikir lebih dalam. Mengapa penciptaan malaikat dari cahaya tidak dicantumkan dalam Al-Qur’an oleh Allah Azza Wa Jalla? Mengapa hanya ada di dalam Al-Hadits? Hal tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasulullah, utusan Allah SWT. Untuk membuktikan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah SAW adalah benar.
Pembuktian pertama
Pertama-tama kita buktikan bahwa hadits tentang ‘Malaikat terbuat dari cahaya’ adalah benar. Caranya adalah merujuk pada Al-Qur’an. Salah satu ayat yang menceritakan karakteristik Malaikat sebagai cahaya adalah pada QS. Al-Maarij ayat 4,
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”(QS. Al-Maarij [69]: 4)
Ayat ini menjelaskan bahwa 1 hari bagi malaikat adalah 50.000 tahun bagi manusia. Ada dua interval waktu yang berbeda yang terjadi secara bersamaan. Agak susah membayangkannya, namun ada caranya. Caranya adalah dengan konsep Dilatasi Waktu. Sederhananya, konsep Dilatasi Waktu adalah suatu konsep dimana semakin cepat suatu benda melaju, semakin kecil interval waktu yang dialami benda tersebut. Rumus dari konsep Dilatasi Waktu adalah:
Equation 1
Dengan keterangan variabel t1 sebagai interval waktu yang malaikat alami, yakni 1 hari dan variabel t2 sebagai interval waktu yang manusia alami, yakni 50.000 tahun. Supaya satuan waktunya sama, maka 50.000 tahun adalah 50.000 x 365 hari dengan hasil 18.150.000 hari. Dan variabel v adalah kecepatan malaikat dan variabel c adalah konstanta kecepatan cahaya, yakni 299.792.459 m/s. Yang ditanyakan adalah berapa kecepatan Malaikat, oleh karena itu variabel v masih belum diketahui nilainya. Maka, kita masukkan nilai dari variabelnya.
Equation 2
Kemudian kita pindahkan nilai-nilainya ke sisi kanan dan variabelnya (v) ke sisi kiri untuk memudahkan perhitungan.
Equation 3
Hasilnya adalah v = 0,999995 x 299.792.459. Dan nilai terakhir yang didapat adalah v = 299.792.444,010377. Jadi, kesimpulannya adalah selisih kecepatan Malaikat (v) dengan kecepatan cahaya (c) adalah 14,989623 m/s atau kita bulatkan menjadi 15 m/s. Selisih ini sangatlah kecil jika kita bandingkan dengan kecepatan cahaya, jika kita bulatkan, 300.000.000 m/s atau 3 x 108 m/s. Jadi bisa kita abaikan selisihnya dan kita temukan bahwa kecepatan malaikat (v) nilainya sama dengan kecepatan cahaya (c).
Sebenarnya nilai dari variabel c bisa kita bulatkan dari awal menjadi 3 x 108 m/s dan juga bisa kita jadikan tetap sebagai variabel c. Hasilnya juga sama, yakni v = c . Penjabaran setiap variabel yang kita lakukan seperti langkah di atas mempunyai tujuan untuk memperjelas perhitungan.
Kesimpulannya, sesuatu yang mempunyai kecepatan cahaya pastilah terbuat dari cahaya. Contohnya adalah partikel Foton, yakni partikel cahaya. Berarti malaikat cepat dong? Bagaimana bisa berwujud manusia dan gerakannya seperti manusia, tidak secepat cahaya? Tentu kita harus membedakan Foton dengan Malaikat. Foton adalah paket-paket energi cahaya berupa gelombang elektromagnetik, dengan kata lain benda mati (Teori Dualisme Cahaya). Sedangkan Malaikat adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah Sang Maha Pencipta. Tentu saja, akan sangat mudah bagi Malaikat sebagai cahaya untuk mengimbangi kecepatan manusia. Namun, mustahil bagi manusia untuk mengimbangi kecepatan Malaikat, yakni kecepatan cahaya tanpa izin dari Allah Azza Wa Jalla.
Jelas sudah bahwa Al-Qur’an itu benar dan membenarkan. Dan Rasulullah SAW adalah orang yang jujur (Amanah) dan benar (Shiddiq). Tentu saja apa yang beliau SAW sampaikan, yakni Al-Qur’an, dan kebenaran beliau sebagai Rasulullah SAW adalah benar. Inilah sifat Rasulullah SAW yang mulia, yakni Tabligh atau menyampaikan. Dan juga terbukti bahwa Rasulullah SAW sangatlah cerdas dengan mengetahui bahwa Malaikat terbuat dari cahaya dan mampu memahami QS. Al-Maarij ayat 4 mendahului Albert Einstein.
Pembuktian kedua
Pembuktian kedua berkaitan dengan hadits Rasulullah SAW mengenai kilat-petir dan Malaikat. Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa petir adalah malaikat dengan cambuknya yang dari api untuk mengarahkan awan. Apakah benar? Mari kita pandang dari sudut ilmiah.
Petir terdiri dari dua, yakni Halilintar dan Kilat. Halilintar adalah suara yang dihasilkan petir, sedangkan Kilat adalah cahaya yang dihasilkan Petir. Petir sendiri merupakan gejala alam berupa lompatan listrik akibat adanya perbedaan potensial antara awan satu dengan awan lain. Awan mempunyai potensial listrik yang berbeda-beda. Semakin hitam awan, semakin besar kandungan uap airnya, semakin banyak gesekan yang timbul antar uap air, semakin besar listrik statis yang terkandung, semakin besar muatan listriknya. |
|
|
|
|
|
|
|
Suhu dari petir dapat mencapai 50.000 Kelvin atau setara dengan 49.727 0C. Suhu ini akan menyebabkan perbedaan tekanan. Karena perbedaan tekanan dan suhu, timbullah angin. Maka, tidak heran jika ada fenomena badai angin disertai petir menyambar-nyambar. Dari penjelasan tersebut sudah jelas akan ada angin yang ditimbulkan oleh petir, yang kemudian angin tersebut akan menggiring awan.
Bagaimana dengan cambuk api yang dimaksud Rasulullah SAW? Cambuk api yang termaksud adalah Kilat atau lompatan listrik. Dari data yang bisa dikumpulkan melalui kajian pustaka, kecepatan lompatan listrik mencapai 1 x 108 m/s. Sekitar 1/3 dari kecepatan cahaya. Dan lompatan listrik atau yang dalam skala kecil disebut sebagai bunga api, tidak lain adalah reaksi Fisis. Sama seperti listrik, api merupakan salah satu bentuk reaksi Fisis. Reaksi Fisis dapat berupa api, percikan, dan ledakan. Jadi, Kilat bukanlah cahaya karena kecepatan Petir kurang dari kecepatan cahaya. Dan Kilat adalah sama seperti api, yakni reaksi Fisis dimana senyawa-senyawa di sekitar awan seperti Uap Air (H2O), gas Oksigen, Nitrogen, Karbon dioksida, terbakar atau terionisasi.
Nah, sekarang sudah kita ketahui sisi ilmiah dari kebenaran hadits Rasulullah SAW mengenai Petir dan Malaikat. Mengapa Rasulullah SAW tidak menjelaskannya secara langsung, mengapa melalui perumpamaan? Alasannya adalah untuk memudahkan penjelasan. Pada 14 abad yang lalu, ilmu Fisika masih belum bisa dipahami oleh Bangsa Arab. Jadi, untuk menjelaskan gejala alam harus menggunakan perumpamaan yang mudah dipahami, namun demikian tidak melenceng dari kebenaran. Dan terlihat benar bahwasanya Rasulullah SAW adalah insan yang cerdas dengan mengumpamakan Petir dan Malaikat, karena kedua-duanya mempunyai karakteristik cahaya. Dan suara Halilintar sebagai cambuk. Apakah Petir bukan Malaikat? Allahu a’lam. Salah satu ayat dari Ar-Ra’d berikut akan menjelaskan Petir yang terdiri dari Kilat dan Halilintar sebagai ketakutan (adzab) dan harapan (tanda hujan).
“Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.”
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 12-13)
-multatuli
Golde, R. H. 1977. Lightning: The Physics of Lightning. London: Academic Press
Rakov, Vladimir A dan Martin A. Uman. 2003. Lightning: The Physics and Effects. Cambridge: Cambridge University Press
Rachidi, Farhad dan Marcos Rubenstein. 2011.Lightning Physics and Effects. http://www.serec.ethz.ch/EVENTS%20WEF%202011/LIGHTNING_14OCT11/1_RUBINSTEIN.pdf
http://www.physicsclassroom.com/class/estatics/Lesson-4/Lightning
http://en.wikipedia.org/wiki/Lightning
http://www.qalamulloh.net/ |
|
|
|
|
|
|
|
https://www.google.com/amp/s/multatulie.wordpress.com/2015/02/22/kebenaran-rasulullah-saw-antara-malaikat-dan-petir/amp/ |
|
|
|
|
|
|
|
Saja nak copy.
Hadis marfu itu ada 2 bentuk,
1) As-Shorih
2) Al-Hikmi
Tiap orang pasti ada buat silapnya. Nama pun manusia.
|
|
|
|
|
|
|
|
Soalan: Apakah yang dimaksudkan dengan hadith Marfu’?
Jawapan :
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah baginda SAW.
Berdasarkan soalan yang diajukan, soalan tersebut berkaitan dengan ilmu mustholah hadith atau dinamakan sebagai ulum al-Hadith. Hadith Marfu’ adalah salah satu daripada jenis-jenis hadith yang melibatkan sanad dan juga matan dalam sesebuah hadith.
Definisi Hadith Marfu’
Imam al-Baiquniy di dalam manzhumahnya telah memberi definisi berkaitan hadith Marfu’ adalah seperti berikut:
Maksudnya: “Apa yang disandarkan kepada Nabi SAW dinamakan [Hadith Marfu’]”.
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Imam al-Baiquniy, kita memahami bahawa hadith Marfu’ adalah setiap hadith yang disandarkan kepada Nabi SAW samada dari sudut perkataan, perbuatan, ikrar dan juga sifat Nabi SAW. Tambahan pula, tidak menjadi syarat bahawa hadith Marfu’ ini sanadnya perlulah bersambung.
Pembahagian Hadith Marfu’
Hadith Marfu’ terbahagi pada dua bahagian sebagaimana yang terdapat di dalam kitab mustholah al-Hadith:
Pertama: al-Marfu’ al-Shorih ( )
Al-Marfu’ al-Shorih bermaksud apa yang disandarkan secara terus atau jelas kepada Nabi SAW daripada perkataan perkataan, perbuatan, ikrar dan juga sifat Nabi SAW. Contohnya seperti:
Maksudnya: “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda…”.
Kedua : al-Marfu’ al-Hukmi ( )
Manakala, al-Marfu’ al-Hukmi pula bermaksud, hadith tersebut diungkapkan oleh para sahabat RA tanpa disandarkan kepada Nabi SAW secara jelas. Contohnya adalah:
Maksudnya: “Kami diperintahkan dengan sesuatu atau kami ditegah dengan sesuatu”.
Hukum Hadith Marfu’ al-Hukmi
Para ulama’ telah berbeza pendapat dalam meletakkan hukum bagi hadith Marfu’ hukmi ini kepada beberapa pendapat:
Hukumya adalah marfu’ dan ini adalah pendapat jumhur ulama’.
Hukumya adalah tidak marfu’. Ini adalah salah satu pendapat dalam mazhab al-Zhahiriyyah dan juga pendapat imam al-Haramain.
Hukumnya adalah tawaqquf dan ini adalah pendapat imam al-Sam’ani.
Hukumnya adalah marfu’ jika ia datang daripada sahabat yang besar. Manakala, jika ia datang daripada selain daripada sahabat-sahabat yang besar maka hukumnya perlu dilihat.
Hukum Hadith Marfu’
Hukum hadith Marfu’ boleh menjadi sahih, hasan, dhaif atau maudhu’ (palsu) bergantung pada sanad dan matannya.
Persoalan
Apakah hukum apabila tabi’in mengucapkan “kami diperintahkan dengan sesuatu atau kami ditegah dengan sesuatu” sepertimana hadith Marfu’ Hukmi tetapi ia daripada tabi’in?
Ini adalah masalah yang menjadi perselisihan dalam kalangan ulama’ dalam menentukan hukum hadith tersebut. Akan tetapi, pendapat jumhur ulama’ dalam kalangan ahli hadith, hukumnya adalah mursal sebagaimana yang diplih oleh Ibn Salah RA.
Penutup
Semoga dengan pencerahan yang ringkas ini dapat memberi sedikit manfaat dan menambah kefahaman kita dalam ilmu Hadith, seterusnya dapat kita memelihara hadith-hadith Nabi SAW daripada sebarang pendustaan ke atas nama Baginda SAW yang mulia. Amin.
Wallahua’lam
muftiwp.gov.my/ms/artikel/irsyad-al-hadith/1095-irsyad-al-hadith-siri-ke-118-hadith-marfu |
|
|
|
|
|
|
|
Telah diriwayatkan sebuah hadits berkenaan dengan asbabun nuzul ayat ini oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli; telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Sarah Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas, bahawa Rasulullah S.a.w mengirimkan seorang lelaki kepada seseorang dari kalangan orang-orang Badwi yang kafir. Beliau S.a.w memerintahkan kepada pesuruhnya itu, "Pergilah dan serulah dia untuk memeluk (agama)ku!"
Pesuruh itu berangkat menuju tempat lelaki Badwi itu. Setelah datang, dia berkata kepadanya, "Rasulullah S.a.w menyerumu!" Lelaki Badwi itu bertanya, "Siapakah Rasulullah, dan apakah Allah itu, apakah dari emas ataukah dari perak atau dari tembaga?"
Pesuruh Rasulullah S.a.w kembali menghadap kepada Rasulullah S.a.w dan menceritakan apa yang dialaminya, Dia berkata kepada Nabi S.a.w, "Telah aku ceritakan kepadamu bahawa orang itu jauh lebih ingkar daripada apa yang diperkirakan. Dia mengatakan anu dan anu kepadaku (menunjukkan keingkarannya)." Rasulullah S.a.w bersabda kepadaku, "Pergilah lagi kamu kepadanya!"
Pesuruh Rasulullah S.a.w berangkat lagi kepadanya untuk kedua kalinya, dan lelaki Badwi yang diserunya mengatakan hal yang sama dengan sebelumnya. Maka pesuruh Rasulullah S.a.w kembali dan berkata kepada Rasulullah S.a.w, "Wahai Rasulullah, telah aku ceritakan kepadamu bahawa dia lebih ingkar daripada itu."
Rasulullah S.a.w bersabda kepadanya. "Kembalilah kamu dan serulah dia!" Pesuruh Rasulullah S.a.w kembali kepada lelaki Badwi itu untuk yang ketiga kalinya, tetapi lelaki Badwi itu mengeluarkan jawapan yang sama kepada utusan Rasulullah. Ketika sedang berbicara dengan utusan Rasulullah, tiba-tiba Allah mengirimkan awan di atas kepala lelaki Badwi itu, lalu awan tersebut mengeluarkan guruhnya, dan petir (halilintar) menyambar lelaki Badwi itu mengenai kepalanya sehingga kepalanya hilang. Maka Allah S.w.t menurunkan firman-Nya;
"....... dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki." [Surah Ar-Ra'd : 13]
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadits Ali ibnu Abu Sarah dengan sanad yang sama. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya dari Abdah ibnu Abdullah, dari Yazid ibnu Harun, dari Dulaim ibnu Gazwan, dari Sabit, dari Anas, lalu disebutkan hal yang semisal. Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Abdur Rahman ibnu Sahhar Al-Abdi. Disebutkan bahawa Nabi S.a.w pernah mengutusnya kepada seseorang yang berlaku sewenang-wenang untuk menyerunya agar memeluk Islam. Tetapi lelaki yang diserunya bertanya, "Bagaimanakah menurut kalian tentang Tuhan kalian, apakah dari emas, atau dari perak atau dari permata?" Ketika lelaki yang diseru itu membantah mereka yang menyerunya, tiba-tiba Allah mengirimkan segumpal awan, lalu awan itu mengeluarkan suara guruhnya, kemudian Allah melepaskan halilintar mengenai lelaki yang diseru itu sehingga kepalanya hilang. Dan turunlah ayat ini.
[Imam Ibnu Katsir - Tafsir Ibnu Katsir, Surah ar-Ra'd, ayat 13]
Dalam riwayat an-Nasai'e dan al-Bazzar, dari Anas, ada dikemukakan bahawa Rasulullah mengutus seorang sahabatnya kepada pembesar jahiliyah untuk mengajaknya beriman kepada Agama Allah. Berkatalah pembesar itu, "Apakah Tuhan yang engkau ajak supaya aku menyembahNya itu dibuat daripada besi, tembaga, perak atau dari emas?" Kemudian utusan itu kembali melaporkan kejadian tersebut kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah S.a.w menyuruhnya kembali kepada pembesar tersebut sebanyak tiga kali dan Allah mengirim petir untuk menyambarnya sehingga terbakar. Maka turunlah ayat ini (Ar-Ra'd, ayat 13) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
[Imam as-Suyuthi - Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul]
Kisah Amir ibnut Tufail dan Arbad ibnu Rabi 'ah
Berhubung dengan asbabun nuzul ayat ini ulama tafsir menceritakan kisah Amir ibnut Tufail dan Arbad ibnu Rabi 'ah ketika keduanya tiba di Madinah dan menghadap kepada Rasulullah S.a.w, lalu keduanya meminta separuh dari urusan itu buat mereka berdua kepada Rasulullah S.a.w. Tetapi Rasulullah S.a.w menolak permintaan mereka berdua. Maka Amir ibnut Tufail berkata kepada Rasulullah S.a.w, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar akan memenuhi kota Madinah untuk memerangimu dengan pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki."
Maka Rasulullah S.a.w menjawabnya, "Allah pasti menolakmu melakukan hal tersebut, demikian juga orang-orang Ansar." Kemudian keduanya berniat akan membunuh Rasulullah S.a.w. Untuk itu, salah seorang dari keduanya mengajak Rasulullah S.a.w berbicara, sedangkan yang lainnya menghunus pedang untuk membunuh Rasulullah S.a.w dari arah belakang. Akan tetapi, Allah S.w.t melindungi diri Rasulullah S.a.w dari perbuatan keduanya dan menjaganya.
Akhirnya keduanya pergi meninggalkan kota Madinah, lalu berkeliling menemui kabilah-kabilah Arab Badwi, mengumpulkan orang-orangnya untuk memerangi Rasulullah S.a.w. Maka Allah mengirimkan awan yang mengandungi halilintar kepada Arbad, kemudian Arbad mati terbakar disambar halilintar. Adapun Amir ibnut Tufail, Allah mengirimkan penyakit ta'un kepadanya; akhirnya tubuh Amir terkena penyakit bisul yang besar, sehingga Amir merintih-rintih kesakitan dan berkata, "Hai keluarga Amir, aku diserang bisul seperti bisul bonggol unta, dan kematianku sudah dekat, iaitu di rumah keluarga Saluliyah." Akhirnya matilah keduanya. Semoga mereka berdua dilaknat oleh Allah. Berhubung dengan peristiwa seperti itu Allah menurunkan firman-Nya;
"....... dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah." [Ar-Ra'd: 13]
Al-Hafidz Abul Qasim At-Thabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mas'adah ibnu Sa'id Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Imran, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman dan Abdullah (keduanya anak Zaid ibnu Aslam), dari ayahnya, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas, bahawa Arbad ibnu Qais ibnu Hazz ibnu Jalid ibnu Ja'far ibnu Kilab dan 'Amir ibnut Tufail ibnu Malik tiba di Madinah untuk menemui Rasulullah S.a.w. Lalu keduanya menemuinya, ketika itu Rasulullah S.a.w sedang duduk, maka keduanya duduk di hadapan Rasulullah S.a.w.
Amir ibnut Tufail berkata, "Hai Muhammad, apakah yang akan engkau berikan kepadaku jika aku masuk Islam?" Rasulullah S.a.w bersabda, "Engkau akan memperolehi hak seperti kaum muslim lainnya dan mempunyai kewajiban yang sama dengan mereka."
Amir ibnut Tufail berkata lagi "Apabila aku masuk Islam, mahukah engkau jika aku memegang tampuk pemerintahan selepasmu?" Rasulullah S.a.w bersabda, "Hal itu bukanlah untukmu, bukan juga untuk kaummu, tetapi engkau boleh memegang tali kendali kuda (memimpin pasukan berkuda)." Amir menjawab, "Sekarang saya adalah pemimpin pasukan berkuda Najd. Berikanlah kepadaku kekuasaan ke atas daerah-daerah pedalaman, dan engkau mempunyai kekuasaan di daerah-daerah perkotaan."
Rasulullah S.a.w menjawab, "Tidak." Ketika keduanya telah pergi dari hadapan Rasulullah S.a.w, berkatalah Amir, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku akan memenuhi kota Madinah dengan pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki untuk memerangimu." Rasulullah S.a.w menjawabnya, "Allah pasti mencegahmu."
Setelah Arbad dan Amir keluar dari sisi Rasulullah S.a.w, Amir berkata, "Hai Arbad, aku akan menyibukkan Muhammad darimu dengan pembicaraan, lalu pukullah dia olehmu dengan pedang. Kerana sesungguhnya orang-orang Madinah itu (bila kamu membunuh Muhammad) paling tidak tuntutan mereka adalah diyat. Mereka pasti tidak mahu berperang, maka kita beri mereka diyat-nya." Arbad berkata, "Akan saya lakukan."
Keduanya kembali lagi menemui Rasulullah S.a.w. Amir berkata, "Hai Muhammad, kemarilah bersamaku, aku akan berbicara denganmu." Rasulullah S.a.w bangkit dan pergi bersama Amir, lalu Keduanya duduk dekat pagar kebun kurma. Amir berbincang-bincang dengan Rasulullah S.a.w, sedangkan Arbad menghunus pedangnya. Tetapi ketika Arbad meletakkan tangannya pada gagang pedang, tiba-tiba tangannya kaku dan menempel pada gagang pedangnya sehingga dia tidak dapat mencabut pedang.
Ketika Arbad dalam keadaan demikian, dalam waktu yang cukup lama dirasakan oleh Amir, tiba-tiba Rasulullah S.a.w berpaling ke belakang dan melihat Arbad dalam posisinya yang demikian, maka beliau pergi meninggalkan keduanya.
Akhirnya Amir dan Arbad pergi dari hadapan Rasulullah S.a.w, dan ketika keduanya telah sampai di Al-Harrah (iaitu Harrah Raqim) keduanya turun beristirehat. Sa'd ibnu Mu'az dan Usaid ibnu Hudair keluar (dari Madinah) mengejar keduanya. Sa'd dan Usaid berkata, "Tunjukkanlah dirimu, hai dua orang lelaki musuh Allah; semoga Allah melaknatmu berdua!" Amir bertanya, "Siapakah temanmu itu, hai Sa'd?" Sa'd menjawab, "Ini adalah Usaid ibnu Hudair, panglima pasukan."
Keduanya pergi dari Madinah. Ketika sampai di Ar-Raqm, Allah mengirimkan halilintar bagi Arbad, lalu halilintar menyambarnya hingga mati. Sedangkan Amir ketika dia sampai di Al-Kharim, Allah menimpakan penyakit bisul yang membinasakannya.
[Imam Ibnu Katsir - Tafsir Ibnu Katsir, Surah ar-Ra'd, ayat 13] |
|
|
|
|
|
|
|
Jika tanya saya, adakah hadis diatas palsu? Jawapan saya : "tanyalah tok guru kamu. Bukan ke tok guru kamu itu mursyid?" |
|
|
|
|
|
|
|
Awak tak kenal saya, makanya, berhati2lah ketika nak mempermainkan sesuatu yg boleh menyusahkan kesemuanya menerusi taghut. |
|
|
|
|
|
|
| |
|