|
maseh dok merepek mcm dulu lagi nooo
tak amik pelajaran noo
tak reti nak amik kesedaran
pi la cari guru ngaji elok2
dok perasan bagus ngaji sendiri2 ,
nampak sgt sombong bodohnya |
|
|
|
|
|
|
|
This post contains more resources
You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register
x
|
|
|
|
|
|
|
sbb selepas jajahan british 60 tahun empayar star wars senator palpatine, tangan ghoib dan queen boneka paparan..
depa hilang kan bukti2 tersohir kehebatan empayar Islam terdahulu...
maka generasi akhir zaman tak memahami apa itu ulama warisatun anbiyak dan sistem pondok terpingir...
sebenarnya khalifah tu pewaris terdekat nabi saw, mereka lalui tempuh segalanya
bersama nabi saw, siap jadi keluarga besar nabi 4 kalifah tu bapa mertua sepupu menantu semua sekali
maka mereka lebih hebat dr sangkaan minda melayu berkaitan wali2 ni...
selepas nabi saw adalah sahabat, lepas tu barulah ulama sufi, tabiut tabien...dan seterusnya
generasi2 ulama sufi spt sultan awliyak yg besar2 hebat,
mereka2 inilah pewaris yg Allah susun pd umat nabi saw dlm memperkuat rangka zahir batin ruhani jasmani
sptmana yg nabi dan awliyak telah lihat dlm israk mikraj dan alam cermin luh mahfuz
(kembara ruhani) bukan semata utk nabi saw sorang saja
sebenarnya sesiapa yg telah ade sanad dr nabi saw telah mewarisi pecahan2 israk mikraj
dan segala ilmu2 alam akherat yg batin ghoib...kerana itu penting sgt bab2 sanad ni
lalu dipecahkan melalui sampaian ilmu baik dr segi lidah dan dada (nur) secara BERTALAQI PD SALIK (murid yg layak)
begitulah susunannya serba sedikit...
org2 soleh yg bertemu nabi saw...mereka tidak perlu naik flight utk saksi cari bukti satu2 perkara, atau buka kitab sana sini...
cukup saja mereka duduk beramal selepas solat
dan nanti akan tiba isyarat2 ilham dr malaikat baik musyahadah nur
atau melalui mimpi, atau nabi dtg sendiri (yaqazah)
sgt byk laluan2 kebenaran dari dada seorg mukmin (jiwa tenang hati rumah Allah)
sgtlah mahal tiada boleh dijual beli...
moga manfaat
shollun ala nabi saw... |
|
|
|
|
|
|
|
Edited by rantaikendoq at 2-3-2021 03:13 PM
Salam jumaat
permata tetaplah permata
kaca tetaplah kaca...
akal yg tiada nur itu la akal ghoflah xmemahami, samala spt iblis yg hebat dgn ilmu derajat bagai, tapi bila cemburu, masuk keluar jasad adam nak cari rahsia xreti duduk faham, iblis duk cari rahsia walhal berselisih dgn ruh dia sendiri xperasan, ruh dok ushar senyum pon xperasan, setan iblis xleh lihat ruh disitu rahsia mutlak, reti ilmu dgn reti duduk maseh berbeza, akal mana2 makhluk tetap terbatas walau sehebat iblis saiton membisik, hati qolbu mukmin itu ada sanad mursid tak berpisah dgn nur nabi saw, disitu pelajaran nabi musa dan khidr as, akal hanya terbatas 30%, selebihnya adalah qolbi yg menguasaii israk mikraj utk reti duduk faham syariat hakikat makrifatullah...barulah terbina sifat2 yg Allah suko, Allah suka mahabbah mahmudah mustofa radhiah mardhiah...barulah sedap memakai insan kamil, bapak insan bapak ruh segala isi 7 langit bumi didlm...pikir sama akal yg tiada mursid tiada akan ada NUR ...seperti org masuk utan tiada torchlight suluh perjalanan,
berkicau dan bertempiklah sekuatmana pon
posting lah apapon baik nafsu akal seton politik dalsafah idea apa sekalipon
p mai p mai, titiknya tetaplah berbalik mencari mursid juaa
shollollhu ala nabi saw..
semoga dipermudah segala urusan kesihatan... |
|
|
|
|
|
|
|
Sifat 20 ni pelajaran tauhid dalam kelas agama dan fardhu ain (kafa). Ini ilmu budak sekolah rendah silibus tahun 2 kot
ada rahap2nya sifat 20 ni, ada 4 lapis, sampai peringkat tertingi usul sifatlah..
Ia disusun ulama terdahulu supaya mudah difahami oleh orang yg baru mula nak kenal apa tu allah contohnya mualaf atau kanak2 yg mumayyiz, atau hidayatus sibyan...
Yg dah power2 boleh la tinggalkan sifat 20 ni dan beralih kepada ilmu yg lebih bombastik fantastik loba loba, pergi pd tasawur atau ilmu qolbi ,kerna rahsia2 yg halus2 berseni smua dlm hati....dgn syarat wajib ada guru mursid...
tanpa mursid, hampa belaka nohhh..
sifat 20 ni adalah asas macam pelajaran matematik operasi tambah tolak darab bahagi, gitewww🤣
tapi wahbabi tak mengaji benda asas ni, atay dia ngaji tapi tak tahkik faham, how come u jadi ostad apatah lagi mofteyy🤣
maka menjadillah mofti the monkey of the milennium🤣🤣🤣...
hadoi kasian...
|
|
|
|
|
|
|
|
Yahya bin Mu’adz al-Razi r.a. berkata, “Apabila kamu melihat orang menunjukkan tanda-tanda karamah, berarti jalan spiritualnya adalah jalan kaum Abdal. Jika kamu melihat orang menunjukkan karamah dan menyenandungkan pujian kepada Allah, berarti ia menempuh jalan cinta. Jalan kedua ini lebih utama daripada jalan pertama. Dan apabila kamu melihat orang yang berzikir dan hatinya bergantung kepada yang ia zikirkan, berarti ia menempuh jalan ahli ma’rifat {‘arifin). Inilah jalan yang paling tinggi derajatnya.”
Abu Yazid r.a. berkata, “Pada permulaan olah spiritualku, Allah Swt. memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan karamah, tetapi aku tidak mempedulikannya. Kemudian tatkala Allah memperlihatkan lagi kepadaku, tahulah aku bahwa Allah menjadikan hal tersebut sebagai jalan untuk mengenal-Nya.” Selesailah penjelasan dalam Syarh Ibn ‘Ibad atas kitab Al-Hikam. |
|
|
|
|
|
|
|
Seringkali kita mendengar ceramah atau tulisan yang tersebar di buku atau internet, bahwa ilmu tasawuf itu tidak ada dalam Islam. Sesuatu yang tidak ada dalam Islam artinya bid'ah, karena termasuk sesuatu yang diada-adakan. Dan pelaku bid'ah akan masuk neraka. Maka tasawuf itu adalah sesat dan menyesatkan.
Saya pun sering bertanya-tanya, benarkah klaim sesat itu? Dan sedikit banyak membaca dan bergabung dengan pengajian tasawuf, ternyata klaim-klaim seperti itu tidak berdasar. Tidak ada yang baru sebenarnya dalam prinsip-prinsip yang dipelajari dalam tasawuf. Karena sesungguhnya, di zaman nabi pun tasawuf , fiqih, tauhid diajarkan dan dipraktekkan secara serempak. Klasifikasi ilmu-ilmu Islam tersebut barulah ada setelah jauh nabi Muhammad wafat.
Tasawuf lebih menfokuskan praktek Islam secara batiniah yaitu bagaimana mendekatkan diri kepada Allah secara ikhlas tanpa pretensi apapun kecuali kecintaan kepada sang Pencipta. Dan juga bagaimana kita bisa merdeka dari penyakit-penyakit hati seperti sombong, iri, dengki, kikir, dan ghibah. Karena semua penyakit itu akan berpotensi menjadi penghalang atau hijab antara manusia dengan Allah Swt. Sedangkan ilmu Fiqih menfokuskan diri bagaimana Islam diterapkan secara lahiriah. Bisa dikatakan semacam juklak atau petunjuk pelaksanaan bagaimana umat Islam menjalankan sholat, puasa, zakat, haji, mengubur jenasah, menikah, menghitung waris dan lain-lain. Jadi Fiqih dan tasawuf pada hakekatnya adalah ilmu lahir dan ilmu batin. Keduanya saling melengkapi, dan tidak bisa dipisahkan. Makanya tidak heran jika para ulama madzab pun semuanya bertarekat dan mempunyai guru tasawuf ( murshid ) yang jelas silsilahnya.
IMAM ABU HANIFAH ( HANAFI ) (85 H -150 H) (Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi) Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra . Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.
IMAM MALIKI (Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :
“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.
Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).
IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H) Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara 2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati 3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)
IMAM AHMAD BIN HANBAL (164-241 H) Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi) |
|
|
|
|
|
|
|
spesis wahbey terperasan salapey hati tisu bila ditegur pasti meroyan tersentap lalu berkata, aswj tiada akhlak
okey kita bertanya
apatu akhlak?
lalu beri jawapan yg tersasar, konfirm tak kenal akhlak
MASAKAN ZINDIQ FASIK MUNAFIK KAMU DPT MENGENAL AKAN SEBENAR AKHLAK???
kerana akhlak syariat berhakikat nabi saw adalah BUAHNYA DARI ILMU TASAWUF,
tanpa TASAWUF mustahil kamu beroleh buahnya AKHLAK jauh sekali MENGENAL AKHLAK HAKIKI
DAN ketahuilah bahwasanya formula akhlak (buah tasawuf) itu hasil dari 2 bahan utama iaitu....saya sambung kemudian utk melihat apa yg spesis W mencelop celopan
kasi kasi ekor kita tutup kepala sat
nak tgk jadi apa
bahkan jua ,tasawuf itu bukanlah amalan lahiriah(zahir) dan bukanlah jua suatu ilmu pengetahuan.... |
|
|
|
|
|
|
|
Antara prinsip utama tarekat tasawwuf ialah mempunyai rantaian silsilah perguruan dan pewarisan ilmu, amal, adab dan ahwal yang bersambungan sampai kepada Nabi s.a.w. Mengenai perkara ini, al-Kurdi (t.th;500) ada menyatakan bahawa sesiapa yang tidak bersambungan silsilahnya ke hadrah kenabian maka sesungguhnya dia terputus limpahan
13(kurniaan atau natijah kerohanian) dan dia tidak menjadi pewaris Rasulullah s.a.w. Silsilah yang bersambungan merupakan satu perkara asasi dan mesti ada pada setiap tarekat. Sebab itu sesuatu amalan yang dikatakan sebagai tarekat tetapi tidak mempunyai silsilah yang bersambungan sampai kepada Nabi s.a.w. adalah tidak dikira sebagai tarekat. Dari perspektif ilmu tasawwuf, silsilah merujuk kepada makna silsilah perguruan. Asasnya ialah persahabatan, perdampingan, talqin, tarbiyah, irshad dan pewarisan ahwal kerohanian dari guru kepada muridnya. Oleh itu proses pemberian silsilah ini kebiasaannya memerlukan masa yang agak lama, tidak seperti penerimaan hadis dalam sistem isnad ilmu hadis.Berasaskan IlmuAntara prinsip tarekat tasawwuf ialah perjalanannya berasaskan keilmuan, bukannya dongengan, khayalan dan sangkaan. Seseorang yang menjalani tarekat dengan berpandukan akal fikiran atau sangkaan semata-mata tanpa merujuk kepada pertunjuk ilmu yang terang akan mudah tergelincir dari landasan yang lurus dan seterusnya terhumbang ke jurang kebinasaan. Ini kerana jalan tasawwuf itu merupakan jalan yang berasaskan ilmu dan amal seperti yang telah ditegaskan oleh seorang tokoh tasawwuf terkenal, Shaykh `Abd al-Qadir al-Jaylani, (1968: 194) sebagaimana kata-kata beliau “Tidakkah anda mengetahui bahawa sesiapa yang merasa cukup dengan pendapatnya (buah fikirannya semata-mata) maka dia akan sesat? Tidak ada seorang yang berilmu pun kecuali dia memerlukan tambahan ilmu. Jalan (menuju kepada mengenal Allah) ini tidak dilalui dengan nafsu dan keinginan (hawa) bahkan (dilalui) dengan hukum dan beramal dengannya”. Imam al-Ghazali (1989:13) pula menentukan tugas menuntut ilmu ini sebagai `aqabah (halangan) pertama yang mesti ditempuh oleh setiap salik yang ingin menjalani jalan Allah. Ini dapat dilihat pada kenyataan beliau iaitu “Wahai orang-orang yang menuntut keselamatan dan ibadah, kewajiban anda yang pertama, mudah- mudahan Allah memberi taufiq kepada anda, ialah menuntut ilmu kerana ilmu itu adalah merupakan asas dan di atas asas inilah berligar semua yang lain”. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu itu dalam menjalani jalan Allah. Untuk mendapatkan ilmu seseorang salik itu perlu mempelajarinya kerana ilmu itu diperolehi menerusi proses pembelajaran seperti yang dituntut oleh Islam.Penglibatan tokoh-tokoh tasawwuf terkenal dalam usaha mencari ilmu sehingga mereka dikenali sebagai “sa’ihun” yang bererti “orang-orang yang mengembara” sudah cukup menjadi bukti yang menunjukkan bahawa menuntut ilmu itu adalah satu perkara yang perlu dilakukan oleh salik dalam perjalanannya menuju kepada Allah. Seseorang salik yang tidak berilmu lebih mudah ditipu dan diperdaya oleh syaitan berbanding salik yang berilmu. Abu Hurayrah ada meriwayatkan satu hadis di mana Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud “Tidak disembah (dilakukan ibadah kepada) Allah dengan sesuatu yang lebih afdal (utama) dari fiqh (memahami) agama dan seorang faqih itu lebih sukar bagi syaitan (untuk menipu dan menyesatkannya) berbanding seribu orang `abid (ahli ibadah).Berlandaskan Akhlak Karimah (Adab)Penjagaan dan penerapan akhlak karimah merupakan antara prinsip utama tarekat tasawwuf. Para salik dikehendaki menjaga dan mengambil berat tentang persoalan akhlak. Kejayaan perjalanan kerohanian mereka sangat berkait rapat dengan penjagaan dan perlaksanaan akhlak ini. Mereka menjaga akhlak ini dalam hubungan mereka dengan Allah s.w.t. dan
14RasulNya s.a.w. Demikian juga dalam hubungan dengan kaum muslimin, masyarakat seluruhnya dan juga makhluk lain. Akhlak adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan daripada tarekat tasawwuf dan kehidupan seseorang salik. Beberapa definisi tasawwuf yang dikemukakan oleh para ulama adalah menyentuh sudut akhlak. Mereka mendefinisikan tasawwuf sebagai kemuliaan, ketinggian dan kemurnian akhlak. Abu Bakr al-Kattani contohnya telah memberikan beberapa definisi tasawwuf, antaranya ialah “tasawwuf itu adalah akhlak, sesiapa yang melebihi engkau pada akhlaknya maka dia melebihi engkau dalam kesufian”. Abu Muhammad al-Jariri (w.311 H) pula mendefinisikan tasawwuf sebagai “memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar daripada setiap akhlak yang hina”. (al-Qushayri, 1990:.280). Demikian juga Abu al-Husayn al-Nuri telah memberikan beberapa definisi tasawwuf, antaranya ialah “tasawwuf itu bukanlah amalan lahiriah dan tidak juga suatu ilmu pengetahuan, tetapi ia adalah akhlak”. Oleh itu sufi atau ahli tasawwuf itu ialah orang yang memiliki kemuliaan, ketinggian dan kemurnian akhlak. Dalam perjalanan tarekat, seseorang salik perlu menempuh perjalanan kerohanian yang disebut ahwal dan maqamat bagi memperolehi kesucian hati dan seterusnya menemui hakikat dan mencapai ma`rifat. Ini kerana tarekat merupakan perjalanan khusus bagi para salik yang menuju kepada Allah dengan menempuh dan melalui berbagai peringkat (manzilah) dan meningkat dalam berbagai maqam (al-Jurjani1938:183). Ahwal bermaksud kejernihan zikir yang memasuki atau menempat di dalam hati atau hati berada dalam kejernihan zikir tersebut.(al-Tusi, 1960:66). Ia merupakan suatu pengertian (kefahaman atau ma`rifat) yang masuk ke dalam hati tanpa sengaja dan usaha mendapatkannya.(al-Qushayri, 1990:236) Maqamat pula bermaksud sesuatu yang dicapai hakikatnya oleh seseorang dengan cara menempuh atau mengusahakannya iaitu adab-adab yang diperolehi menerusi suatu bentuk usaha dan dicapai menerusi suatu bentuk tuntutan, menghadapi kepayahan dan menanggung bebanan. (al-Qushayri, 1990:236)Di antara maqamat itu ialah al-tawbah, al-war`, al-zuhd, al-faqr, al-sabr, al-rida, al-tawakkul dan lain-lain. (al-Tusi, 1960:66). Manakala ahwal itu pula ialah seperti al-muraqabah, al-qurb, al-mahabbah, al-khawf, al-raja’, al-shawq, al-uns, al-tama’ninah, al-mushahadah, al-yaqin dan lain-lain. (al-Tusi, 1960:66). Semuanya merupakan akhlaq Nabi Muhammad s.a.w. Oleh itu dapat disimpulkan bahawa maqamat dan ahwal itu sebenarnya adalah himpunan akhlaq Nabi s.a.w. yang menjadi tangga seseorang itu untuk mencapai hakikat tasawwuf dan seterusnya menjadi seorang sufi yang benar. Kerana itu, perjalanan kerohanian salik sebenarnya adalah usaha untuk berakhlak dengan akhlak Nabi s.a.w. dan nilai atau tahap kesufian seseorang itu terlihat pada sejauhmana akhlak Nabi s.a..w. diterap dan direalisasikan dalam diri.Dari satu sudut yang lain, akhlak merupakan buah dari tasawwuf. Pencapaian hakikat tasawwuf akan membuahkan berbagai akhlak mulia. Rasulullah s.a.w. merupakan contoh tauladan bagi para salik dalam persoalan akhlak ini. Mengenai perkara ini Allah s.w.t. telah berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 21 yang bermaksud “sesungguhnya bagi kamu pada diri rasulullah s.a.w. ada contoh tauladan yang baik untuk orang-orang yang mengharapkan (meyakini) Allah dan hari akhirat dan banyak mengingati Allah”. Rasulullah s.a.w. itu sendiri diutuskan adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana hadis yang bermaksud “sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. |
|
|
|
|
|
|
|
Imam Syafi’i pernah berkata, “Ta’allam falaisal mar’u yuuladu ‘aaliman." Artinya adalah: "Belajarlah karena tidak ada orang yang terlahir dalam keadaan berilmu."
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda,
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
"Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali."
Ilmu Adalah Warisan Para Nabi
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Bermula ilmu yg fardhu ‘ain menuntut bagi para lelaki mukallaf iaitu 3
- Ilmu Usuluddin
- Ilmu Fekah
- Ilmu Tasawwuf
Bermula asal ‘amal dan makrifah itu ‘ilmu, dengan sebab itulah wajib menuntut ilmu
Adapun asal mengenal Allah Ta’ala itu iaitu MENGENAL DIRI. Adapun bernama agama itu, iaitu
Iman, Islam, tauhid dan makrifah
Apa erti iman, Islam, tauhid dan erti makrifah?
Erti Iman;
-percaya pd Allah Ta’ala
Percaya Rosul
Percaya malaikat
Percaya kitab kitabNya
Percaya hari akherat
Percaya qada’ dan qadar – iaitu untung baik dan jahat itu daripada Allah
Erti Islam itu, menjunjung perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syara’
Erti Tauhid itu, mengESAkan zat, sifat dan Af’al Allah
Erti ma’rifah itu, membezakan antara muhdath (bersifat baharu) dgn Qodim
Surah az-Zukhruf ayat 36;
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
BARANGSIAPA BERPALING DARI ZIKIR AKAN ALLAH (mengingati, menyebut akan Allah), kami akan turunkan kepadanya seorang syaitan (qorin) yang terus menerus menjadi kawan seiring dengannya. |
|
|
|
|
|
|
|
PENJELASAN TENTANG YAQAZAH...
sesuatu yg ditolak oleh wahabi syiah - bukan ASWJ...
Kekeliruan Tentang Bertemu Nabi SAW Secara Jaga
نحمد الله العظيم، ونصلّي ونسلّم على رسوله الكريم؛
Perkara khilaf seumpama ini, jika tidak disertai dengan nada ‘keras’, tidak perlu untuk diperpanjang-panjangkan lagi. Namun, jika sudah menggunakan nada ‘keras’ seperti; “membuka pintu kefasadan yang besar”, “membawa kecelaruan dalam amalan agama”, “memusnahkan rujukan penting umat Islam”, “perlu dibendung kerana membawa kemusnahan kepada masyarakat Islam” dan “menjauhkan mereka dari ajaran Nabi s.a.w.”, maka menurut hemat saya kekeliruan-kekeliruan seumpama ini wajar diperjelaskan. [*Saya tidak mahu menyebut siapa dan dari mana sumber kekeliruan ini kerana pada saya ia tidak perlu]
1. Kekeliruan:
Seseorang tidak boleh bertemu secara sedar (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. kerana seseorang yang mati tidak lagi boleh bertemu dengan orang yang hidup secara sedar.
Jawapan:
Benar, dalam hal keadaan biasa seseorang tidak boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. Tetapi, sebagai suatu karamah seseorang yang soleh boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. Hukumnya adalah harus dan mungkin, tidak mustahil. Malah secara praktis ia memang berlaku kepada sebahagian wali-wali Allah Taala dan orang-orang yang soleh. Maka tidak harus bagi kita menuduh mereka berbohong atau berdusta dalam dakwaan berkenaan. Melainkan jika kita mempunyai bukti kukuh tentang pembohongan atau pendustaan tersebut.
Antara mereka ialah; Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani, Syeikh Abu al-Hasan al-Syazili, Imam Abu al-‘Abbas al-Qurtubi, Syeikhul-Akbar Muhyiddin Ibn al-‘Arabi, Syeikh Khalifah bin Musa, Syeikh Abu al-‘Abbas al Mursi (w. 686H), Syeikh Abu ‘Abdillah al-Qurasyi, Syeikh Kamaluddin al-Adfawi, Syeikh ‘Ali al-Wafa’i, Syeikh ‘Abd al-Rahim al-Qinawi, Syeikh Abu Madyan al-Maghribi, al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti, Syeikh ‘Ali al-Khawwas, Syeikh Ibrahim al-Matbuli, Imam Abu al-‘Abbas al-Qastallani, Syeikh Abu al-Su‘ud ibn Abi al-‘Asya’ir, Syeikh Ibrahim al-Dusuqi, Sayyid Nuruddin al-Iji, Syeikh Ahmad al-Zawawi, Syeikh Mahmud al-Kurdi, Syeikh Ahmad bin Thabit al-Maghribi, Imam al-Sya‘rani, Syeikh Abu al-Mawahib al-Syazili, Syeikh Nuruddin al-Syuni, al-Habib ‘Umar bin ‘Abdul Rahman al-‘Attas (penyusun Ratibul ‘Attas), Sayyidi ‘Abd al-‘Aziz al-Dabbagh, Syeikh Muhammad bin Abi al-Hasan al-Bakri, Sayyidi Ahmad bin Idris, Syeikh Ahmad al-Tijani dan lain-lain.
Antara dalilnya adalah zahir hadis berikut yang menunjukkan seseorang yang soleh boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w., tetapi dengan syarat mestilah pernah bertemu dahulu secara mimpi (ru’ya) dengan baginda s.a.w. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
« من رآني في المنام فسيراني في اليقظة، ولا يتمثل الشيطان بي»
“Sesiapa yang melihatku di dalam mimpi, maka dia akan melihatku secara yaqazah (di dalam keadaan jaga), kerana syaitan tidak boleh menyerupaiku”. [Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ahmad. Lafaznya dari al-Bukhari]
Antara ulama yang mengatakan atau mengiktiraf kemungkinan boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. ialah:
1. Imam Ibn Abi Jamrah al-Maliki dalam Bahjah al-Nufus.
2. Al-‘Allamah Ahmad al-Nafrawi al-Maliki dalam Syarh Risalah Ibn Abi Zayd.
3. al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Sahih al-Bukhari.
4. al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti dalam Tanwir al-Halak fi Imkan Ru’yah an-Nabi wa al-Malak.
5. Imam al-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim.
6. Imam al-Ghazali dalam al-Munqiz min al-Dhalal.
7. Imam Syihabuddin al-Qarafi,
8. Imam ‘Afif al-Din al-Yafi‘i al-Syafi‘i dalam (روض الرياحين).
9. Al-‘Allamah Ibn al-Haj al-Maliki dalam al-Madkhal.
10. Al-Qadhi Ibnu al-‘Arabi al-Maliki dalam kitabnya (قانون التأويل).
11. Imam Ibn ‘Ata’illah al-Sakandari (w. 709H) dalam kitab Lata’if al-Minan.
12. Al-Qadhi Syaraf al-Din al-Barizi dalam (توثيق عرى الإيمان).
13. Imam Tajuddin al-Subki.
14. Imam al-Qurtubi dalam (التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة).
15. Al-‘Allamah Ibn Battal al-Maliki
16. Al-‘Allamah Ibn al-Tin
17. Imam ‘Izz al-Din ibn ‘Abd al-Salam dalam al-Qawa'id al-Kubra.
18. Al-‘Allamah Mulla ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Syama'il.
19. Al-Qadhi Ibn al-Munayyir.
20. Imam Ibn Daqiq al-‘Id.
21. Imam ‘Abd al-Wahhab al-Sya‘rani dalam beberapa kitabnya.
22. Imam Ibn Hajar al-Haytami al-Makki dalam al-Fatawa al-Hadithiyyah.
23. Al-‘Allamah ‘Abd al-Ra’uf al-Munawi dalam Faydh al-Qadir.
24. Syeikh ‘Abdul Qadir bin ‘Abdullah al-‘Idrus (w. 1038H) dalam kitabnya al-Nurus Safir ‘an Akhbaril Qarnil ‘Asyir.
25. Imam Abu al-‘Abbas al-Qurtubi dalam al-Mufhim.
26. Imam al-Qastallani dalam al-Mawahib al-Laduniyyah.
27. Imam al-Baqillani.
28. Al-‘Allamah Sadruddin al-Qunawi dalam Syarh al-Arba‘in.
29. Al-‘Allamah Burhanuddin al-Biqa’i dalam al-Hawi.
30. Al-Qadhi ‘Iyadh al-Maliki.
31. Al-‘Allamah al-Maziri.
32. Al-‘Allamah Nuruddin al-Iji.
33. Al-‘Allamah ‘Abd al-Ghani al-Nabulsi dalam Syarh Salawat al-Jaylani.
34. Syeikh Ahmad ibn ‘Ajibah al-Hasani (w. 1224H) dalam al-Futuhat al-Ilahiyyah.
35. Al-‘Allamah Syeikh Ibn ‘Allan al-Siddiqi.
36. Al-‘Allamah Najmuddin al-Ghazi dalam kitabnya al-Kawakib al-Sa’irah.
37. Imam Syah Waliy Allah al-Dihlawi dalam al-Durr al-Thamin.
38. Al-‘Allamah al-Alusi dalam tafsir Ruh al-Ma'ani.
39. Sayyid ‘Abdul Rahman al-‘Idrus dalam kitab Syarh Salawat al-Badawi.
40. Syeikh ‘Ali al-Ajhuri al-Maliki dalam al-Nur al-Wahhaj.
41. Syeikh Muhammad al-Khalili dalam al-Fatawa.
42. Syeikh ‘Abdullah Sirajuddin al-Halabi dalam al-Solat 'ala al-Nabiy.
43. Al-‘Allamah Syeikh Yusuf al-Nabhani dalam Sa‘adah al-Darayn, Syawahidul Haq dan Jami‘ Karamatil Auliya’.
44. Syeikh Badi‘ al-Zaman Sa‘id al-Nursi.
45. Syeikh Ibrahim al-Bajuri dalam Syarh al-Syama’il.
46. Syeikh Muhammad Hasanain Makhluf.
47. Syeikh Abu al-Qasim Muhammad al-Hafnawi dalam Ta'rif al-Khalaf.
48. Al-‘Allamah Dr. ‘Abdul Halim Mahmud, Syeikhul Azhar.
49. Al-‘Allamah Sayyid ‘Abdullah al-Siddiq al-Ghumari dalam kitabnya Fadha’ilun Nabi SAW.
50. Al-‘Allamah Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki dalam al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah.
51. Al-‘Allamah Dr. Muhammad Sa‘id Ramadan al-Buti.
52. Al-Allamah Dr. ‘Ali Jum‘ah, Mufti Mesir dalam al-Bayan.
53. Dr. ‘Umar ‘Abdullah Kamil,
54. Dr. Mahmud al-Zayn.
55. Datuk Seri Maharaja Awang Haji Ismail bin Umar Abdul Aziz, Mufti Brunei.
Dan ramai lagi jika diperincikan secara detil.
2. Kekeliruan:
Iktikad seperti ini membuka pintu kefasadan yang besar dan seterusnya membawa kecelaruan dalam amalan agama. Ini kerana, seseorang yang telah berjumpa Nabi s.a.w. seterusnya akan mendakwa ajaran-ajaran tambahan yang diberikan oleh baginda s.a.w. kepadanya.
Jawapan:
Belum ada orang mukmin soleh yang telah berjumpa Nabi s.a.w. mendakwa membawa ajaran-ajaran tambahan yang diberikan oleh baginda s.a.w. kepadanya, dalam erti kata, ajaran-ajaran tambahan yang tidak ada asalnya dalam al-Quran mahupun hadis. Kesemua yang dinyatakan sekiranya betul, hanyalah berbentuk petunjuk dan nasihat yang tidak lari dari ruang lingkup syarak, atau mempunyai asalnya daripada al-Quran dan hadis.
Kata al-‘Allamah al-Muhaddith Syeikh Muhammad al-Hafiz al-Tijani (w. 1398H):
“Kami tidak beriktikad bahawa di sana - selepas Rasulullah SAW - terdapat suatu syariat baru dalam apa jua bentuk sekalipun. Dan apa yang dibawa oleh baginda SAW mustahil untuk dimansuh sebahagian daripadanya, atau ditambah sesuatu terhadapnya. Sesiapa yang mendakwa sedemikian, maka dia adalah kafir terkeluar daripada agama Islam.
Sesungguhnya kami, meskipun kami berpendapat harus seorang wali itu melihat Rasulullah SAW dalam keadaan jaga, tetapi kami menganggap hukumnya adalah sama seperti hukum mimpi tidur yang benar. Tidak dapat dipegang kecuali atas apa yang menepati syariatnya SAW. Penyaksian-penyaksian para wali itu bukanlah suatu hujah, tetapi yang menjadi hujah adalah syariat Muhammad SAW. Adapun penyaksian-penyaksian tersebut, hanyalah berita-berita gembira (busyra) yang terikat dengan syariat baginda yang mulia; apa yang diterima olehnya kami juga menerimanya dan apa yang tidak diterima olehnya, maka mazhab kami adalah bersangka baik padanya. Maka kami hukumkannya seperti hukum mimpi yang tertakwil.
Kita tidak ragu lagi bahawa kebanyakan mimpi itu perlu kepada takwil/tafsir. Namun, kami memilih bersangka baik kerana seorang mukmin yang bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah SWT, dan ia sayang terhadap agamanya, serta patuh mengikutinya, kami menolak bahawa ia sengaja berdusta ke atas Rasulullah SAW. Keadaan berjaga dalam perkara ini adalah sama seperti keadaan tidur, sedang dia membaca sabdaan baginda SAW: “Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia menempah tempat duduknya daripada api neraka”. – tamat kata-kata Syeikh Muhammad al-Hafiz al-Tijani
3. Kekeliruan:
Dengan itu, segala hadis yang telah dikumpul oleh para ulamak yang menjadi tonggak sandaran hukum dan panduan bagi umat Islam sepanjang zaman sudah tidak lagi diperlukan. Ini kerana sudah ada sumber hadis lain yang lebih dekat kepada baginda.
Jawapan:
Kekeliruan ini hanya pendapat akal dan khayalan semata-mata yang tidak berpijak kepada realiti yang berlaku dalam dunia kerohanian ahli-ahli sufi yang hak. Tiada siapa dari kalangan wali-wali Allah Taala dan orang-orang soleh ini mengatakan segala hadis yang telah dikumpul oleh para ulama yang menjadi tonggak sandaran hukum dan panduan bagi umat Islam sepanjang zaman sudah tidak lagi diperlukan kerana sudah ada sumber hadis lain yang lebih dekat kepada baginda. Pada saya, kekeliruan kerana berkhayal ini disebabkan kerana tidak cukup menelaah, membaca dan memahami.
4. Kekeliruan:
Setelah situasi ini wujud maka banyaklah amalan-amalan yang boleh ditambah dan diwujudkan berdasarkan arahan langsung daripada Rasulullah kepada guru atau orang yang mencapai darjat menemui Rasul s.a.w.
Jawapan:
Sudah ratusan tahun isu bertemu secara sedar (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. ini dibincangkan oleh para ulama. Namun, hakikatnya tiada langsung akidah baru atau hukum-hakam baru yang didakwa oleh orang-orang soleh dan wali-wali Allah Taala yang pernah bertemu dengan Rasulullah s.a.w. Kebanyakannya jika betul adalah berkaitan zikir, doa dan selawat. Dan kesemua itu pula tidak terkeluar dari dalil-dalil dan perintah-perintah syarak yang umum mengenainya. Bahkan menurut ramai ulama, masalah-masalah yang khusus berkaitan zikir dan doa ini pintu perbahasannya adalah lebih luas, tidak sepertimana amalan-amalan ibadah lain, selamamana ia tidak melanggar batas-batas syarak. Jika benar ada penerimaan sesuatu secara yaqazah, maka hukumnya adalah seumpama hukum apa yang diperolehi daripada kasyaf, ilham dan mimpi yang benar. Mesti ditimbang dengan neraca syarak.
Cuba perhatikan kata-kata Syeikh Muhammad al-Hafiz al-Tijani tadi:
“Meskipun kami berpendapat harus seorang wali itu melihat Rasulullah SAW dalam keadaan jaga, tetapi kami menganggap hukumnya adalah sama seperti hukum mimpi tidur yang benar. Tidak dapat dipegang kecuali atas apa yang menepati syariatnya SAW”.
5. Kekeliruan:
Hadis adalah tonggak kedua agama Islam, apabila tonggak ini telah berjaya dicerobohi, maka panduan umat Islam akan menjadi goyah dan berkecamuk. Percaya bahawa seseorang boleh menerima taklimat terus dari Nabi s.a.w akan memusnahkan salah satu rujukan penting umat Islam yang diberitahu sendiri oleh Rasulullah s.a.w iaitu, kitabullah dan sunahnya.
Jawapan:
Percaya bahawa seorang wali atau orang soleh boleh menerima taklimat terus dari Nabi s.a.w tidak akan memusnahkan institusi hadis yang sudah sedia ada. Jika benar mereka bertemu secara sedar (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w., maka adalah amat MUSTAHIL baginda s.a.w. akan menyuruh kepada perkara-perkara yang akan memansuhkan atau merosakkan syariatnya sendiri. Tidak dapat diterima dek akal bahawa Nabi s.a.w. akan mengkucar-kacirkan syariat yang telah dibangunkan dengan titik peluh dan darah dagingnya sendiri.
Apa yang dikhayalkan itu tidak akan berlaku selama-lamanya kerana para wali atau orang-orang soleh tersebut adalah golongan yang amat takut kepada Allah SWT, sangat cinta kepada baginda Nabi s.a.w., terlalu sayang dengan syariat baginda s.a.w., dan begitu kasih kepada umat baginda s.a.w. Apakah dapat diterima akal, mereka ini berusaha untuk merosakkan syariat baginda s.a.w.dan menyesatkan umatnya?? Seolah-olah mereka tidak pernah dengar hadis baginda Nabi s.a.w.: “Sesiapa yang berdusta ke atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia menempah tempat duduknya daripada api neraka”.
Jangan terlalu berprasangka buruk kepada ahli-ahli sufi seolah-olah mereka semua orang yang bodoh, tidak mengerti syariat dan akan menerima secara membuta tuli siapa saja yang mendakwa bertemu dengan Nabi s.a.w., walaupun dari orang yang jahil. Jika ada ahli sufi yang menyeleweng, maka sandarkan kesalahan itu kepadanya sahaja, bukan kepada semua golongan ahli sufi.
6. Kekeliruan:
Para ulamak silam antaranya Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud Ahmad dan ramai lagi, berjuang hingga berjaya menjadikan sumber rujukan Islam kedua ini terpelihara dari dicampur adukkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Jika ada orang yang mengaku menerima taklimat dari baginda tetapi tidak disandarkan kepada sumber yang telah dikumpulkan oleh ulamak silam maka dakwaan itu dianggap salah dan pembohongan.
Jawapan:
Rangkap akhir di atas dapat difahami sebaliknya begini; Jika ada orang yang mengaku menerima taklimat dari baginda dan disandarkan kepada sumber yang telah dikumpulkan oleh ulamak silam maka dakwaan itu dianggap benar. Alhamdulillah, ada sedikit kemuafakatan.
Cubalah belek contohnya, kitab al-Durr al-Thamin fi Mubasysyarat al-Nabi al-Amin SAW susunan Imam al-Mujaddid Syah Wali Allah al-Dihlawi yang menghimpunkan 40 peristiwa bertemu Rasulullah s.a.w. secara mimpi dan jaga. Perhati dan fahamkan, apakah ada yang tidak bersandarkan kepada syariat baginda s.a.w.?
7. Kekeliruan:
Sebarang ajaran sufi yang percaya dengan asas ini perlu dibendung kerana akan membawa kemusnahan kepada masyarakat Islam dan menjauhkan mereka dari ajaran Nabi s.a.w yang walaupun dari sudut penampilan mereka mengajak kepada ibadat dan berbuat baik.
Jawapan:
Menurut pengetahuan saya setakat ini, tidak ada satu pun tariqat sufi muktabar di dunia pada hari ini yang menolak keharusan bertemu secara sedar/jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. Apakah seluruh tariqat-tariqat sufi ini dengan puluhan juta pemgamalnya perlu dibendung dan dibanteras...? Apakah kemusnahan benar-benar berlaku kepada masyarakat Islam dan mereka telah jauh dari ajaran Nabi s.a.w. disebabkan seluruh tariqat sufi di dunia pada hari ini menyatakan – sesudah sekian lama - seorang soleh harus bertemu secara sedar/jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. ??
Tidak ada orang waras yang mengatakan demikian. Bahkan ramai dari kalangan alim ulama tariqat-tariqat sufi ini adalah pemelihara-pemilhara sunnah baginda s.a.w. baik sunnah yang zahir mahupun sunnah yang batin. Berapa banyak rahmat dan manfaat rohani yang tersebar di seluruh dunia sama ada kita sedari ataupun tidak, disebabkan usaha-usaha mereka.
Memang seluruh tariqat sufi di dunia pada hari ini menyatakan harus bertemu secara sedar/jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w., namun realitinya perkara tersebut tidak selalu berlaku pun kerana ia adalah suatu karamah yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki sahaja. Bahkan dalam tempoh 100 tahun, barangkali hanya beberapa orang sahaja yang boleh dibilang dengan jari mendakwa demikian, atau dikatakan mengalaminya. Jika peribadi dan latar belakangnya bertunjangkan syariat, maka baru boleh diterima dakwaan itu. Jika sebaliknya, maka dakwaan tersebut adalah wajib ditolak.
Perlu juga dilihat bagaimana cara mereka dapat mencapai peringkat kerohanian yang tinggi itu; Apakah zikirnya 100,000 setiap hari, atau selawatnya 50,000 setiap hari, atau tahajjudnya 500 rakaat setiap hari? Atau apakah hanya sekadar berjanggut, berjubah dan berserban besar saja, tetapi amalannya ‘kosong’?? Kata al-‘Allamah Ibn Al-Haj dalam kitab al-Madkhal (3/194):
“Sebahagian orang mendakwa melihat Nabi s.a.w. secara yaqazah, sedangkan ia merupakan satu perbahasan yang sempit (sukar) untuk diperbahaskan. Amat sedikitlah dari kalangan mereka yang mengalaminya, kecuali terhadap mereka yang amat mulia di zaman ini. Walau bagaimanapun, kami tidak mengingkari sesiapa yang mengaku pernah mengalaminya, dari kalangan orang-orang yang mulia yang dipelihara oleh Allah s.w.t. zahir dan batin mereka.”
Wallahu a’lam.
RUJUKAN;
sawanih.blogspot.my/2012/07/blog-post.html?m=1
Ustaz Mohd Khafidz Soroni
Pengarah INHAD, Kolej Universiti Islam Antarabangsa (KUIS)
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelajaran Usuluddin ni nak kena ada disiplin,tak bolehterus belajar tasawwuf. |
|
|
|
|
|
|
|
itulah bezanya bagi pelajar salik yg masuk tarekat mana2 ...
kebiasaannya mereka akan diajar fekah usuludin dan tasawuf
serta amalan wirid mursid yg sampai pd nabi saw
belajar bukan sekadar pada huruf dan kertas ...tetapi juga
ilmu yg menjadi buah amal dan menghasilkan derajat iman
sptmana nabi saw mendidik para sahabat...
dan derajat iman itu harus disertai dgn zikir wirid yg bersih...
bersih disini bermaksud diiktiraf, diberi direct oleh nabi saw dan oleh wali2 besar...
yg mana menghasilkan ainul yakin dan haqqul yakin ke atas
serta dpt membasuh sifat2 nafsu amarah lawamah dan seterusnya naik pd mutmainnah
kerana jiwa roh yg Allah terima adalah mutmainah ke atas
tanpa tasawuf tidak akan naik derajat iman yg membasuh nafsu2 keji,
dan tidak dpt membuahkan solat mikrajul mukmin...
|
|
|
|
|
|
|
|
Assalamualaikum warahmatullah pd tuan2 semua
sudah lama tidak menukil
semoga dipermudah segala urusan tuan2 sekalian
sedikit perkongsian pada yg mencari faham....
Bismillah...
Membetulkan sudut pandang antara salik dan guru tarekat
zaman skang ni rmai yg semakin tengelam kelabu asap
tidak tahu mana yg nak pegang alHaq
mana yg batil
rmai yg gaul2 sekali
dlm bentuk lendir hayal dlm kepala
dan besembang mulut syahwat ikut suka
kerana itu mereka sampai bila2 tiada kan memahami perkara sebenar
kerana tiadanya sanad hidup dlm bimbingan guru
guru yg dah pindah alam tetap sentiasa hadir pd murid saliknya
asalkan memelihara amal guru itulah ibarat memakai persalinan guru kita...
maka kekallah amal guru tu dlm nafas nyawa ruh kita..
kekal dlm solat dan zikir selawat
kekallah bersama guru kita yg baqobillah sentiasa bersama Allah didalam Allah
bukan kita, kita menumpang cahaya guru kita
utk sampai pd nabi saw...
kita tiada apa....
org tarekat yg tak dpt pglmn fana
susah laa sikit
tp masih ok lg sbb menganalkan zikir
ada org tarekat atau salik yg Allah tak buka pglmn tu
tp dia ada bhgn lain di akhirat nanti
sbb tu tak tau laa perjalanan org lain
mula mula guru
pastu fana fi rasul
pastu fana fillah
then last sekali fana fi sheikh semula
dan baqa ia di situ
alasan dia mudah je
hanya guru yg lebih kenal.Allah dan Rasul
jd baik pakai pakaian tuan guru
simple menumpang????????????
Samalah sptmana para sahabat yg menumpang kasih dan pakaian baginda nabi saw, siddiq amanah tobligh fatnah, mustopha
ibaratnya mudah je
ruh kita halus serupa.lidi je
sekali repih hancur????????????
dtg guru bantu membesarkan
pastu fana ke rasul koho besar
pastu fana fillah koho lg besar
tp kena ingat tu pglmn kita
kalau berhenti situ
rugi
kena balik semula.pakai yg guru punya
baru dia tambah besar besar dan besar
moga guru ni Allah dan Rasul.lantik
pakai dia guru punya gak
sapa lg leh challenge????????????
cahaya atas cahaya
menerangi bukan diri dia je
bahkan org lain
bahkan seluruh alam
tu pasal kena balik ke sheikh????????????
menumpang
nak harap fana fillab kita
besar cengkerang siput babi je pun
nak terang diri sendiri boleh la
nak terangkan anak beranak msykt
mana leh
ibarat melihat lampu kecik kat tgh lautan
serupa kunang kunang????????????
pastu sembang lebat pulak dlm.medsos
walhal org tengok lampu dia besar kunang kunang je
tp berasa seolah olah fana fillah dia terang satu dunia
Gitula sedikit ringkasan pd mereka yg tak penah tempuh perjalanan sanad sufi ni
kdg tu pelik heran, sbb depa rasa depa tiru sidiq amanah tabligh fatnah nabi saw tu dah rasa hebat, tapi adakah guru kita tu tak hebat dlm sifat rosul?adakah murid lebih hebat dr gurunya?
situ pon dia terlupa nak tilek dah...
tu kata berbalik apajua pon kembali pd didikan ruhaniah mursid dan pakaian mursid kembali jua...
murid baru dok tiru2, guru dah sampai lama dah lagi hebat..lagi besar wilayah dia dlm berjalan Allah dlm Allah..
salik pon maseh dlm mujahadah nafsu, maseh belum aman dr terpedaya dan tipudaya...
HAL HAAL PERKAITAN BAWAH ASUHAN MURSID
wali besar besar yg duk ada pun tak sanggup jalan sorg lagi walau pun sebenarnya dia org lg power kerohanian ni
30-40 tahun MUSYAHADAH...
tp still.duk bawah guru lg
malas nak.penat penat
atas org jugak
mana guru nak lepaskan dia boleh jalan sendiri
tp kebanyakkannya malas nak jalan sendiri
nak.duk bawah guru lg
walhal ukur dari apa yg dia dapat
kira tahap apa yg sultan sultan awliya dapat jugak
sama sebiji tak.lari????????
syok ramai ramai bawah guru lg best
duk.diam.diam org tak kenal
sampai masa Tuhan buka jugak org akan kenal
kalau nak dikenalkan laa
tak kenal.lg bagus
Xyah penin kepala bab org lain |
|
|
|
|
|
|
|
BAHAGIAN 2
Sudut pandang tasawuf dlm fana dan baqa
ilmu dr guru yg sanadnya sampai pd nabi saw lebih suci tingi mulia dr ilmu iblis
kerna ilmu iblis tiada pengajian tasawuf
ilmu iblis ni ilmu sekadar di akal saja
tapi tiada penyucian dlm dada, hati, qolbi
kerna itu ilmu iblis tidak mampu memmbawa akhlak sptmana nabi saw
kerna ilmu iblis tidak TAHU bagaimana nak cuci ujub riak takbur sombong
nak cuci ujub riak sombong ni hanya dgn ilmu tasawuf saja..
tasawuf ni la akhlak pakaian nabi saw, dlm ertikata lain, amalan guru2 wali2 terdahulu..
segala unsur tanah air api angin ni semua bawah nur muhd, jd memangla iblis setan surga neraka bawah nur muhd, sbb tiada yg lebih mulia tingi suci dr nur muhammad...awal kejadian
nur muhd tu la rahsia ruh yg allah letak dlm diri kita ni yg ada NAMA DI LANGIT...
yg disebut2 Allah...
yg berjalan Allah dlm Allah..
tak semua melalui makam fana ni
rmai yg ,celop2 cerita tapi xmelalui, dan rmai yg tak faham pon sebenarnya
depa sembang tapi cuba tanya apa permulaan fana tu, perolehan dlm fana tu, dan akhirnya di mana
mana kepala mana ekornya fana tu...
nabi2 wali2 tempuh fana melalui guru di atas guru mereka juga...
kalau xde guru, mai kot mana fana tu...
kecuali bagi sesetengah wali Allah ...
permulaan fana tu adalah melalui guru kita tu sendiri, ibaratnya permulaan seorg anak tu bermula dari ibubapanya jua,
lepas tu pertengahan fana tu kita akan tempuh lalui dgn fana fi rosul (peleburan sifat2 nabi makam nabi bertemu nabi saw - pd yg ada rejki), bukan kita punya semua tu kita amik harung utk kenai sifat2 kemuliaan nabi saw wajah nabi 9 sifat tu...
lepas tu baru sampai pd fana FILLAH ( NI MASUK permulaan JALAN BAQO - baru nak belaja kenai sunguh2 alHaq tu apadia, dari wahdah bawa naik ke Ahdah - atas dr Ahad lagi, dia ada nama2 khusus, tingai nama Allah tak pakai dah...
lepas tu dah naik ke pucuk semua masuk dlm hadart Allah, MERASA BERASA KECUT LIUR PEDIH TEKAK - JELIRA MCM MAKAN ASAM ORG TUA2 KATA, MASUK HADAP DEPAN DEPAN ALLAH, TU kata seolah jadi pengantin Allah
berasa sunguh sunguh taw dah lagumana yg kata DIA DIA DIA tu...
larut masuk dlm DIA DIA DIA
tak sangup berpisah dah
tapi masa DIA tentukan kita kena balik takleh dok lama ralit situ
pastu turun balik
then, kemudian dah faham baqa tu apa
patah balik pegi kat guru kita semula
fana fi syiekh level baqabillah, pakai pakaian guru kita
pakai pakaian guru tu bermaksud, memakai amalan yg guru tu amanah kasi kita la beserta apa yg nabi saw bagi kat kita - pelihara AMANAH JAGA ISTIQAMAH SAMPAI AKHIR NAFAS KITA - atau ghoib kembali pd Dia - berjalan Allah dlm Allah kekal,
tu la kesudahan perjalanan fana baqobillah pd sesiapa pon jua...
ni semua jalan sultan2 wali yg besar2 mmg mcmtu...
bukan wali biasa wali kecik
ni sultan raja wali yg besar2 pon mcmtu la...
sbb tu terkadang melihat wajah wali Allah ni, terasa sekali rasa2 mabuk tuhan, dzauk kedalaman mabuk tuhan seseorg tu mai singah kat kita serupa udara nafas
tu kita bole terkena karan juga sikit
mcmtu la...
semoga beroleh manfaat pada yg mencari...insyallah |
|
|
|
|
|
|
| |
|