View: 6068|Reply: 16
|
Telaah Kerajaan Sriwijaya
[Copy link]
|
akmala This user has been deleted
|
Kerajaan Sriwijaya
Bismillah
"... beliau membawa tentara dua laksa
dua ratus koli diperahu, yang berjalan darat seribu tiga ratus dua belas banyaknva, datang di Mukha Upang ..."
Salam kenal semua. Sepenggal di atas isi daripada prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang, di kaki bukit Siguntang, Palembang pada 29 November 1920, berangka tahun 605 saka atau 683 M.
Sejenak sahaja kita simak bahawa pada masa itu, Sriwijaya merupakan satu kerajaan besar.
Di sini ane nak minta masukan dari rekan2 sekalian yang ada tau mengenai sejarah perkembangan Sriwijaya. Kita di sini bisa saling share tentang itu semua. Ane juga ada pernah baca beberapa tulisan2 mengenai perkembangan Sriwijaya yang bisa kita sama-sama diskusikan.
A moment before, i apologize if i will always use Indonesian language for my writings. Somebody please confirm if you don't understand the meaning of the word.
Thxsss
Wassalam. |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by akmala at 29-12-2006 03:49 PM
Kerajaan Sriwijaya
Bismillah
"... beliau membawa tentara dua laksa
dua ratus koli diperahu, yang berjalan darat seribu tiga ratus dua belas banyaknva, datang di Mukha Upang ..."
...
salam...
dua laksa tue gapo mugo >>??? |
|
|
|
|
|
|
akmala This user has been deleted
|
dua laksa tu sama dengan 20.000 |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by nice_72 at 29-12-2006 05:12 PM
salam...
dua laksa tue gapo mugo >>???
meggi laksa asam kot?? |
|
|
|
|
|
|
akmala This user has been deleted
|
Sumber Sejarah Sriwijaya[/]
Prasasti
- Prasasti Kedukan Bukit di Palembang
- Prasasti Talang Tuo di Palembang
- Prasasti Telaga Batu di Palembang
- Prasasti Palas Pasemah di Lampung Selatan
- Prasasti Hujung Langit di Lampung Utara
- Prasasti Karang Brahi di Jambi
- Prasasti Kota Kapur di P. Bangka
- Prasasti Sojomerto di PEkalongan - Jawa Tengah
Prasasti2 ini terdiri dari hufur Pallawa dengan memakai bahasa Melayu Kuno menggunakan |
|
|
|
|
|
|
akmala This user has been deleted
|
- Prasasti Ligor di Muang Thai
- Prasasti Conton di Kanton
- Prasasti Siwagraha
- Prasasti Nalanda di India
- Piagam Leiden di India
- Prasasti Tanjor
- Piagam Grahi
- Prasasti Padang Roco
- Prasasti Srilangka
Prasasti dan Piagam ini memakaki bahasa sankskerta dan tamil. |
|
|
|
|
|
|
akmala This user has been deleted
|
Sumber Berita Cina
- Kronik Dinasti Tang
- Kronik Dinasti Sung
- Kronik Dinasti Ming
- Kronik Perjalanan I-Tsing
- Kronik Chu Fan Chi oleh Chau Ju Kwa
- Kronik Tao Chih Lio oleh Wang TA Yan
- Kronik Liang Wai Tai Ta oleh Chou Ku Fei
- Kronik Yeng Yai Shey Lan oleh Ma Huan |
|
|
|
|
|
|
|
Srivijaya atau Sriwijaya adalah empayer Melayu yang tertua yang terletak di lembah sungai Musi di Palembang. Di Nusantara tidak ujud bahan tulisan yang boleh dijadikan bahan rujukan. Sejarah yang di tulis sekarang adalah hasil penyelidikan para sejarah barat dengan menggunakan rujukan idari Imperial annal maharaja Cina dan manuskrip-manuskrip yang di tulis oleh kerajaan Chola di India. Cabaran yang paling berat sekali ialah menyeragamkan tarikah dan nama tempat yang tertulis dari kedua-dua sumbar sejarah itu. Kesan archeology yang terpenting sekali adalah di Bukit Seguntang dan disinilah diandaikan sebagai pusat civilisation Srivijaya. |
|
|
|
|
|
|
|
laksa = 20,000 ka...selama nie ingat laksa = 100 juta..tapi tak logik la pulak askar sampai 200 juta kan..koli tu sama ke ngan kuli ? |
|
|
|
|
|
|
|
wehhh aku tanya org tua kat kampung... depa kata 1 laksa = 500 ribu |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by nice_72 at 3-1-2007 09:24 AM
wehhh aku tanya org tua kat kampung... depa kata 1 laksa = 500 ribu
Nie unit metrik zaman dulu ke? :hmm: |
|
|
|
|
|
|
|
ehhhh silap la..... 1 laksa = 100 ribu..
bila depa baca kitab lama depa ada sebut 5 laksa = 500 ribu..
sorry............. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #5 akmala's post
Untuk membatu teman-teman di Malaysia
Prasasti bermaksud incription atau tulisan yang jadi bahan sejarah saperti di atas batu bersurat, kayu atau cebisan kulit dan kertas.
Kronik bukan bermaksud sakit kronik tetapi chronicle atau rekod yang tersimpan oleh pemerintah |
|
|
|
|
|
|
akmala This user has been deleted
|
PRASASTI KEDUKAN BUKIT
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/9/90/Pr_KB.jpg)
Terdiri dari 10 baris
Transcription :
1. Swasti cri cakawarsatita 605 ekadaci cu
2. klapaksa wulan waicakha dapunta hiyang nayik di
3. samwau manalap siddhayatra disaptami cuklapaksa
4. wulan jyesta dapunta hiyang marlapas dari Minanga
5. Tamvan mamawa yam wala dualaksa danan koca
6. duaratus cara di samwau danan jalan sariwu
7. tluratus sapulu dua wannakna datam di Mukha Upang
8. Sukhacitta di pancami cuklapaksa wulan
9. laghu mudita datam marwuat wanua
10. Criwijava siddhayatra subhiksa |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #14 akmala's post
Syabas akmala! Di sini jelas bahawa beradaban Melayu terbukti telah lama ujud. Nenek moyang kita zaman dulu sudah pun menpunyi tulis sendiri. Munkin diserapkan dari pengaruh Sanskrit.Chola?......munkin. |
|
|
|
|
|
|
|
RE: Sejarah Kerajaan Sriwijaya - A First Imperium from Indonesia
Bukit Siguntang, "Landmark" Kota Sriwijaya
Minggu, 14 Maret 2010
Kanal-kanal yang dahulu berfungsi untuk mencegah banjir terlihat di kompleks Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan
Hampir saja mobil membentur batu besar. Mobil yang akan parkir di halaman Museum Sriwijaya, di dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, itu tepat berada di depan batu prasasti peninggalan Sriwijaya. Satu sisi batu bertuliskan huruf Pallawa berbahasa Melayu Kuno ditemukan di kaki Bukit Siguntang pada tahun 1928. Aksaranya ditumbuhi lumut.
Bukit Siguntang, yang letaknya tak jauh di sebelah utara Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, merupakan bukit paling dikenal di Palembang, Sumatera Selatan. Prasasti batu yang tergolek di halaman museum itu merupakan salah satu fragmen sejarah Palembang tua.
”Telah masyhurlah pada segala negeri bahwa anak raja anak cucu raja Iskandar Dhu’l-karnain turun ke Bukit Si Guntang Maha Miru, maka segala raja-raja dari segala negeri pun datanglah menghadap raja itu sekaliannya dengan persembahannya”.
Demikian sepenggal kalimat yang ditulis dalam kitab Sejarah Melayu, 13 Mei 1612. Kalimat ini mengindikasikan kesakralan Bukit Siguntang.
Bukit Siguntang yang posisinya sekitar 26 meter di atas permukaan laut itu berupa bukit kecil, letaknya sekitar 5 kilometer arah barat Kota Palembang. Meskipun bukit ini tidak begitu tinggi, gundukan tanah yang tersisa 20-an hektar di sana merupakan bentang alam yang tertinggi untuk Kota Palembang. Apabila kita naik ke atap Jembatan Ampera dan memandang ke arah barat laut, akan tampak Bukit Siguntang menonjol di dataran rendah Kota Palembang yang luas.
Tinggalan Sriwijaya
Pada tahun 1920 dan 1928, di daerah kaki Bukit Siguntang ditemukan beberapa fragmen dari sebuah arca. Setelah semua fragmen disatukan, fragmen- fragmen tersebut ternyata berasal dari sebuah arca Buddha Sakyamuni yang cukup besar. Kepala arca itu sendiri ”ditemukan” oleh FM Schnitger di Museum Nasional Jakarta.
Setelah semuanya disatukan, arca Buddha Sakyamuni diketahui berukuran tinggi 277 sentimeter (cm), lebar bahu 100 cm, dan tebal 48 cm. Berdasarkan ciri-cirinya, pakar arkeologi menetapkan arca itu berasal dari sekitar abad ke-6 Masehi. Arca Buddha Sakyamuni sekarang ditempatkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Di Bukit Siguntang juga ditemukan stupa dari batu pasir, 1 prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno, 1 prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Sanskerta, serta 1 pinggan emas dengan tulisan berupa ajaran Buddha. Selain itu, ditemukan juga 1 arca Bodhisattwa, 1 arca Kuwera, 1 kepala arca Bodhisattwa, dan pecahan-pecahan keramik yang berasal dari masa Dinasti T’ang (abad ke-8 sampai ke-10 Masehi). Arca Kuwera yang dibuat dari perunggu dan kepala arca Bodhisattwa sekarang sudah hilang.
Prasasti Bukit Siguntang, yang tercampak di halaman Museum Sriwijaya, menyebutkan tentang banyaknya yang terlibat dalam peperangan yang menelan banyak korban jiwa, sebab-sebab peperangan, dan kutukan kepada mereka yang berbuat salah. Informasi itu penting karena dari sekian banyak prasasti Sriwijaya, hanya prasasti ini yang memuat tentang peperangan dengan korban jiwa yang besar.
Tinggalan-tinggalan dari Bukit Siguntang itu merupakan suatu bukti bahwa pada masa lampau bukit tersebut merupakan pusat puja bakti masyarakat pemeluk ajaran Buddha.
Raja-raja Melayu
Menelusuri usia arca Sakyamuni yang berasal dari abad ke-6 Masehi, ini mengindikasikan bahwa di Bukit Siguntang telah ada pusat upacara jauh sebelum kelahiran Sriwijaya (16 Juni 682). Diduga sebelum Dapunta Hyang membangun Sriwijaya, dia melakukan upacara Waisak terlebih dahulu di Bukit Siguntang itu.
”Adapun negeri Palembang itu, Palembang yang ada sekarang inilah. Maka di hulu Sungai Tatang itu ada sebuah sungai, Melayu namanya; di dalam sungai itu ada sebuah bukit bernama Bukit Si Guntang; di hulu Gunung Maha Miru, di daratnya ada satu padang bernama Padang Penjaringan. Maka ada dua orang perempuan berladang, Wan Empo seorang namanya dan Wan Malini seorang namanya; dan keduanya itu berumah di Bukit Si Guntang itu, terlalu luas humanya....”
Sepenggal kalimat itu tercantum dalam Sejarah Melayu. Seterusnya, kitab tersebut menceritakan turunnya Sang Siperba (makhluk setengah dewa) ke Bukit Siguntang dan mengawini Wan Empo dan Wan Malini. Keturunannya yang bernama Parameswara di kemudian hari membangun Melaka dan menurunkan raja-raja Melayu di Semenanjung Tanah Melayu.
Bukit Siguntang oleh sebagian masyarakat, terutama Melayu di Sumatera dan Semenanjung, dianggap suci karena merupakan ”punden”-nya orang- orang Melayu. Di bagian puncaknya terdapat ”makam-makam” yang dipercaya sebagai makam leluhur raja-raja Melayu. Setiap 1 Muharram banyak peziarah yang datang.
Kini, Bukit Siguntang yang sudah telanjur dikenal luas itu kurang mendapat perhatian. Padahal, dengan dituliskannya nama Iskandar Dhu’l-karnain dalam Sejarah Melayu yang diidentikkan dengan Alexander the Great dari Macedonia, nama Bukit Siguntang juga dikenal di Yunani.
Para peziarah yang datang dari Singapura dan Melaka mengenalnya sebagai tempat asal muasal pendiri Tumasik dan Melaka. Para ilmuwan arkeologi dan sejarah mengenalnya sebagai situs dari masa Sriwijaya. Djohan Hanafiah (budayawan) dan Darwis Hidayat (Majelis Budhayana) sepakat bahwa Bukit Siguntang dipakai sebagai ikonnya Sriwijaya.
Juga arca Buddha Sakyamuni yang kini di Museum Mahmud Badaruddin II dikembalikan ke tempat asalnya di Bukit Siguntang.
”Kami bersedia membantu memindahkan prasasti Bukit Siguntang itu ke dalam ruangan museum,” ujar Darwis Hidayat ketika melihat bahwa lempengan batu tersebut adalah prasasti yang keadaannya rawan rusak. |
|
|
|
|
|
|
|
Batu bersurat Kedukan Bukit dengan jelas mengatakan bahawa pihak yang menakluk wilayah Palembang itu datang dari Minanga Kamwar yakni Muara sungai Kampar. Maka Sriwijaya asli adalah terletak di propinsi Riau. Dulunya dikenali sebagai Malayu.
Sriwijaya tiruan pula adalah Kedah. Di bawah pemerintahan dinasti Sailendra ,empayar Kedah telah menakluk seluruh empayar Sriwijaya pertengahan 690an. Tak cukup dengan merampas Srivijaya, nama Sriwijaya pun mereka hijack sekali. Barangkali kerana takut keistimewaan perdagangan dengan China ditarik balik oleh kerajaannya. Selama 200 tahun identiti Sriwijaya digunakan oleh empayar Kedah Sailendra . Sekitar tahun 900 barulah mereka tukar nama empayar menjadi Zabag . |
|
|
|
|
|
|
| |
|