View: 18411|Reply: 68
|
Indonesia is a Land of Sultan & Sultana - Festival Kraton Nusantara 2010
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by jasa_wisata at 28-11-2010 11:48
Royal Indonesia Festival Opened 26 November in Palembang
One of the 2 big royal festivals of Indonesia; the Festival Keraton Nusantara VII (FKN VII); has been opened in the city of Palembang in South-Sumatra.
The host will be Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin of Palembang (one of the 2 sultans here) and the local government.
It will be attended by 108 dynasties and ruling families and it was the plan to let it open by President Susilo Bambang Yudhyono of Indonesia.
The festival is organised by 4 of the 5 royal organisations in Indonesia;namely: Forum Informasi dan Komunikasi Keraton Nusantara (FKIKN), Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI), Forum Kerajaan dan Kelembagaan Adat Sulawesi (FKKAS); a royal organisation focussed namely on the Bugis, Makassarese and Mandar area on Sulawesi), and Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (one of the 2 organizations with that name).
The festival; a display of culture and history of Indonesia; a country with ca. 300 imperial, royal and princely dynasties; will last from 26-28 November and will be for the most part open for the general public.
Such royal festivals are very unique matters in Asia and has a stimulating effect on the consiousness of the people of Indonesia for their own local culture in this so-called modern time. |
|
|
|
|
|
|
|
Festival Keraton Nusantara VII
Selamat Datang di Kesultanan Palembang Darussalam
Benteng Kuto Besak dan Keraton Kuto Lamo
Kesultanan Palembang Darussalam, 26 - 28 November 2010
|
|
|
|
|
|
|
|
Malam Sambut di Griya Agung
Hj. Rustuty Rumaeesan (Raja Sekar Kokas, Papua Barat) dan H. Andi Moh. Arifin Ngalle (Raja Jeneponto, Sulawesi Selatan)
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto (Kesultanan Yogyakarta) dan Puro Pakualam Yogyakarta
Raja Tanmiahu Maluku Tengah
Raja Tallo |
|
|
|
|
|
|
|
Raja Edward Syah Pernong (Kerajaan Skala Brak, Lampung)
Ratu Kencanawangsa Dr. Ir. Arini Mariam, M.Sc dan Putra Mahkota (Kesultanan Mempawah, Kalimantan Barat)
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto dan Keluarga Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat
Beberapa Raja dan Permaisuri, diantaranya H. Andi Moh. Arifin Ngalle (Raja Jeneponto) dan Raja Buleleng
|
|
|
|
|
|
|
|
155 Raja dan Sultan Kumpul di Palembang
Jumat, 26 November 2010
PALEMBANG, KOMPAS.com - Sebanyak 155 kerajaan, kesultanan dan lembaga adat Nusantara berkumpul di Festival Keraton Nusantara VII di Palembang, 26-28 November.
Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdian, saat makan malam bersama di Griya Agung Palembang, Jumat (26/11/2010) malam, mengaku sangat bangga dengan kehadiran ratusan utusan dari 155 kerajaan, kesultanan dan lembaga adat di Palembang.
"Kegiatan ini merupakan salah satu upaya peningkatan kepedulian terhadap adat, istiadat dan budaya asli masing-masing daerah," katanya.
Menurut dia, keberagaman adat dan budaya Indonesia merupakan kekayaan yang patut dibanggakan bangsa, karenanya harus terus dipertahankan sehingga lestari sampai akhir zaman.
Kegiatan itu juga menjadi bentuk persatuan bangsa Indonesia dari berbagai latar belakang yang berbeda, tambahnya.
Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, mengatakan, festival itu merupakan agenda dua tahunan raja dan sultan Nusantara.
Palembang merupakan daerah pertama di Sumatera yang menjadi tuan rumah festival, katanya. Dia menjelaskan, kegiatan itu menjadi salah satu upaya mempertahankan keberagaman adat, istiadat dan budaya dari ratusan kerajaan, kesultanan dan lembaga adat.
Selain itu, festival menjadi agenda tahunan memperat silaturahmi bangsa Indonesia yang berasal dari kerajaan, kesultanan dan lembaga adat Nusantara, ujarnya.
Saat menjamu para raja tadi, Palembang juga menyambutnya dengan beragam tarian mulai dari Gending Sriwijaya sampai tarian modern.
Sultan Palembang memperkenalkan satu persatu perwakilan raja dan sultan yang hadir. Festival Keraton Nusantara juga dihadiri Kesultanan Brunei Darussalam dan Sulu Filipina dan Malaysia. |
|
|
|
|
|
|
|
Putri Aizian Utto Chamsa (Pemegang Tahta Kesultanan Buayan Maguindanao, Filipina) dan Pangeran Brunei Darussalam
Horas Tondi Mandangin !! Keluarga Istana Tunggang Bosar Kerajaan Batak (Kerabat) Dhasa Nawalu (Tapanuli Selatan, Sumatra Utara).
Kerajaan Sintang (Kalimantan Barat) dan Kerajaan Gowa (Sulawesi Selatan) |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by jasa_wisata at 28-11-2010 14:14
Sejarah Singkat Kraton Kaprabonan Cirebonfile:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot.png
Sultan Cirebo dan saudaranya
Kraton Kaprabonan adalah salah satu keturunan Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran (Abad XV), beristri permaisuri bernama Ratu Subang Larang, yang berputera:
- Pangeran Walasungsang atau Pangeran Cakrabuana yang bergelar Prabu Anom atau Sri Mangana.
- Ratu Mas Rarasantang.
- Pangeran Raja Sengara atau Kiai Santang Ratu Mas Rarasantang setelah menunaikan ibadah haji bersama kakaknya (Pangeran Walasungsang), namanya menjadi Hajjah Syarifah Mudaim. Dari sanalah Ratu Mas Rarasantang bertemu jodoh yang kemudian menikah dengan Sultan Mesir bernama Sultan Mahmud Syarief Abdullah dimana beliau keturunan ke-21 dari Rasulullah Muhammad SAW yang kemudian dikaruniai 2 orang putera, yaitu:
- Syech Nurudin Ibrahim Syarief Hidayatullah.
- Syech Syarief Nurullah Syech Syarief Hidayatullah (putera pertama Sultan Mesir) setelah berumur sekitar 26 thn, hijrah ke tanah Sunda dalam melaksanakan tugas untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan janji dan cita-cita ibundanya. Sedangkan Syech Syarief Nurullah (putera ke-2 Sultan Mesir) yang meneruskan ayahandanya sebagai Sultan Mesir, karena kakaknya tidak mau menjabat sebagai Sultan Mesir dan patuh perintah ibundanya.
Pada tahun 1479 M, Syech Syarief Hidayatullah Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara di Cirebon, dan bergelar: " Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Zaman Khalifatur Rasulullah SAW "
Pada tahun 1500 M Syech Syarief Hidayatullah telah menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, bahkan sampai ke negeri Cina (Tartar). Susuhunan Gunung Jati beristri dengan Nyai Kawunganten (adik bupati Banten), berputera Pangeran Maulana Hasanudin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Setelah itu beristeri lagi dengan Nyai Tepasari dan berputera Pangeran Pasarean yang meneruskan sebagai Kepala Pemerintahan di Cirebon yang nama lengkapnya adalah Pangeran Dipati Muhammad Arifin Pasarean. Pangeran Pasarean berputera Pangeran Adipati Carbon.
Pangeran Adipati Carbon berputera Panembahan Ratu I atau Pangeran Emas (Kepala Negara Carbon ke-2), bertahta mulai tahun 1528 M. Panembahan Ratu I berputera Pangeran Dipati Anom Carbon, Pangeran Dipati Anom Carbon berputera Panembahan Ratu II (Kepala Negara Carbon ke-3) wafat pada tahun 1601 M di Girilaya Yogyakarta ketika diundang oleh mertuanya, yaitu Amangkurat I Sultan Mataram katanya, tetapi ternyata ditipu muslihat oleh kolonial Belanda dengan cara disekap (dipenjarakan) untuk menandatangani penyerahan keukasaan pemerintah Cirebon kepada pemerintah Belanda. Namun Panembahan Ratu II tetap tidak mau menandatanganinya dan menyerahkan kekuasaan Cirebon kepada pemrintah Belanda, sampai akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman raja-raja di Girilaya, Imogiri Yogyakarta. Setelah wafatnya Panembahan Ratu II, kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon akhirnya lemah karena putera-puteranya masih kecil akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan pemerintah Belanda pada tahun 1601 M, sehingga kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon secara mutlak tidak ada lagi. Kesultanan Cirebon hanya diberi wilayah kekuasaan dan hak-haknya secara terbatas.
Panembahan Ratu II (Panembahan Ratu Akhir) berputera:
- Pangeran Martawijaya, bergelar Sultan Sepuh Samsudin, menetap di Keraton Kasepuhan.
- Pangeran Kartawijaya, bergelar Sultan Anom Badrudin, menetap di Keraton Kanoman.
- Pangeran Wangsakerta, bergelar Panembahan Toh Pati sebagai asisten Sultan Sepuh yang menetap di Keraton Kasepuhan dan beliau hanya menurunkan sampai 2 turunan, setelah itu punggal (tidak menurunkan lagi).
Dari Sultan Anom Badrudin Keraton Kanoman berputera:
- Pangeran Raja Adipati Kaprabon, dari ibunda Ratu Sultan Panengah (permaisuri ke-2) bergelar Sultan Pandita Agama Islam Tareqat, yang hijrah dan menetap di Keraton Kaprabonan.
- Pangeran Raja Mandurareja Qodirudin dari ibunda Nyi Mas Ibu (permaisuri ke-3) yang meneruskan sebagai Sultan Anom di Keraton Kanoman.
Keraton Kaprabonan mulai berdiri pada tahun 1696 M yang dipimpin oleh Pangeran Raja Adipati Kaprabon dengan cita-citanya mengembangkan agama Islam sesuai perjuangan para Waliyullah terdahulu, terutama karuhunnya Sunan Gunung Jati. Pada saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas, dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan, sehingga Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri (Mandita) dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya, beliau tetap mendukung perjuangan adiknya untuk mengusir kolonial Belanda walaupun tidak sampai berhasil karena pada saat itu kekuatan kolonial Belanda semakin besar dengan telah dibentuknya Pemerintahan Residen Belanda yang dipimpin oleh Delamoor. Kepemimpinan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat kuat dengan politik pendekatan persuasif dengan Kesultanan dan para tokoh masyarakat pada saat itu.
Pangeran Raja Adipati Kaprabon tetap memegang komitmen melaksanakan amanat dari Gusti Susuhunan Jati Syech Syarief Hidayatullah, yaitu "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin".
Maka dengan demikian beliau tetap tekun memperdalam agama tareqat dan menyebarkannya kepada para muridnya di sekitar wilayah Cirebon, bahkan banyak dari luar wilayah Cirebon yang berdatangan untuk menjadi muridnya, seperti dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada waktu diangkat menjadi Sultan Pandita Agama Islam Tareqat beliau telah diwarisi sebilah keris pusaka yang bernama Ki Jimat oleh Sultan Kanoman Pangeran Muhammad Badrudin dan beberapa kitab keagamaan maupun kitab pusaka dan sejarah yang sampai sekarang masih ada dan berjumlah sekitar 100 kitab dan tersebar di 4 paguron.
Keris Ki Jimat di dalamnya terukir dengan guratan emas dan tertulis Arab yang bermakna kalimat Tauhid dan keselamatan dunia akhirat. Setelah pesatnya perkembangan kemurdan keagamaan, 11 tahun kemudian Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada tahun 1707 M mendirikan Langgar atau Tajug untuk tempat belajar ngaji dan agama agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik, yang akhirnya juga dapat dijadikan tempat untuk pertemuan menyusun perjuangan melawan Belanda pada waktu itu.
Dalam setiap perjuangannya untuk mengadakan pelawatan ke daerah-daerah lain, P.R.A. Kaprabon menggunakan kereta berkuda yang dikawal oleh beberapa abdi dalemnya. Dengan kelincahan dan kepandaiannya dengan dalih agama, beliau tidak pernah ditangkap oleh tentara Belanda pada waktu itu, dan penyebaran agamanya pun cukup berhasil sampai ke pelosok-pelosok.
Setelah Pangeran Raja Adipati Kaprabon sebagai Sultan Pandita agama Islam Tareqat wafat pada tahun 1734 M, kemudian secara turun-menurun diteruskan oleh puteranya, yaitu:
- Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon (1734 - 1766)
- Pangeran Brataningrat Kaprabon (1766 - 1798)
- Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon (1798 - 1838)
- Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon (1838 - 1878)
- Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon (1878 - 1918)
- Pangeran Angkawijaya Kaprabon (1918 - 1946)
- Pangeran Aruman Raja Kaprabon (1946 - 1974)
- Pangeran Herman Raja Kaprabon (1974 - 2001)
- Pangeran Hempi Raja Kaprabon (2001 - sekarang)
|
|
|
|
|
|
|
|
aku rase wak.. istilah 'sultan' utk raja2 indonesia kurang tepat...
'sultan' itu satu gelaran al mutawakkil allallah... yang di kurniakan oleh khalifah kepada wakil pemerintah Islam di negara Islam
in history.. sultan melaka... sultan johor.. and sultan acheh saje yg pernah diberi pengiktirafan "Sultan" oleh khalifah Othmaniah
So.. basically.. gelaran 'sultan' tidak cocok dipakai di indonesia kecuali bagi Acheh |
|
|
|
|
|
|
|
'Sultan Melaka' tu tak dijemput ke?
Selain dari gelaran 'sultan' tu....tolong tulis sultanah sebagai 'sultanah' bukan 'sultana' sebab sultana tu...KISMIS!! |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 14# alphawolf
Kismis? |
|
|
|
|
|
|
|
kerajaan negeri johor dan brunei tu diwakili oleh siapa yerkk??? yg johor tu..adakah johor riau??? |
|
|
|
|
|
|
|
kerajaan negeri johor dan brunei tu diwakili oleh siapa yerkk??? yg johor tu..adakah johor riau???
anonymous Post at 29-11-2010 10:23
ha'ah.. tapi.. medal bukan johor punyer.. mcm pinggan je aku tengok |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 17# unekspekted_III
erm.. pelik jer tngok medal2 n lelain.. tul ker yg dtg tu dr kerajaan johor...dan bruneii??? dan napa kerajaan johor n brunei pun pergi??? klo johor .. maybe johor riauu.... ( tp rasa sultan johor riau dahulu2 duk kt muar klo x slah lah )... dan brunei sama.... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply unekspekted_III
erm.. pelik jer tngok medal2 n lelain.. tul ker yg dtg tu dr kerajaan joh ...
anonymous Post at 29-11-2010 10:46
keturunan puteri hamidah masih di riau.. but sultan ali descendant di Muar.. |
|
|
|
|
|
|
|
Maluku HOTT!! |
|
|
|
|
|
|
|
so mean..... waris2 sultan ni masih ader dan...dorang x di jemput.. hehehe.. sbb tulah.. dier tulis kerajaan negeri johor... bukan sultan of johor.. tp ptut tukar... jd riau... or.. johor riau....shj... bukan johor darul takzim... |
|
|
|
|
|
|
| |
|