|
Post Last Edit by btm09me at 20-6-2011 16:54
Mod, sebelumnya maaf kalau thread ini repost dari thread yang sudah ada. Mungkin artikel ini sudah basi tapi isinya cukup bagus untuk di diskusikan, karena menyangkut Sejarah Melayu dan Hang Tuah yang sampai saat ini masih terus menjadi pembicaraan/hangat di perbincangkan.
Perang Buku
Oleh An. Ismanto
“Perang Buku” adalah sebuah tradisi intelektual yang telah lama dipraktekkan oleh elit terdidik dalam masyarakat di nusantara. “Perang buku” terjadi ketika sebuah buku memperoleh tanggapan dari buku lain, yang dapat berupa kritik atau serangan terhadap proposisi dan asumsi yang diajukan oleh buku yang pertama. Pada masa lalu, “perang buku” seringkali merupakan wujud lain dari peperangan sebenarnya yang dilakukan dengan senjata di antara pihak-pihak yang saling memperjuangkan kepentingan masing-masing. “Perang buku”, tentu saja, jauh lebih beradab daripada saling bantai di medan laga.
Dalam kesusastraan Melayu Lama, “perang buku” yang pertama kali tercatat adalah antara Hikayat Raja Pasai dan Sejarah Melayu. Hikayat Raja Pasai diperkirakan telah disusun pada akhir abad ke-15 walaupun manuskripnya baru dipublikasikan secara luas pada paruh kedua abad ke-18. Sedangkan Sejarah Melayu diyakini telah disusun setelah 1511 karena telah mengandung narasi tentang jatuhnya kota Malaka ke tangan Portugis. Sementara Hikayat Raja Pasai tidak mencantumkan nama dan identitas pengarang, sebagian besar manuskrip Sejarah Melayu mencantumkan nama pengarang, yaitu Tun Seri Lanang, Bendahara Kesultanan Malaka.
Walaupun pengarang Hikayat Raja Pasai anonim, namun narasi karya ini jelas ingin menampilkan keunggulan dan gengsi Kesultanan Pasai atas Kesultanan Malaka. Misalnya, kisah pengislaman Malaka yang dilakukan langsung oleh Nabi Muhammad melalui mimpi Marah Silu. Dalam mimpi itu, Nabi Muhammad meludahi Marah Silu sehingga Marah Silu dapat membaca Al-Qur’an tanpa harus belajar terlebih dulu. Marah Silu inilah yang kelak menjadi raja Islam pertama di Indonesia dengan gelar Sultan Malikus Saleh. Selain itu, ada episode ketika utusan dari Malaka datang ke Pasai untuk menanyakan tentang suatu soal teologis kepada ulama di Pasai, yang memperlihatkan bahwa ulama Pasai lebih pandai daripada ulama Malaka.
Sejarah Melayu mengambil alih cerita pengislaman di Pasai tersebut dengan menceritakan bahwa yang diislamkan langsung oleh Nabi Muhammad melalui mimpi adalah Sultan Muhammad Syah, raja Islam pertama Kesultanan Malaka. Sedangkan Pasai diislamkan “hanya” oleh seorang fakir yang mendapatkan petunjuk dari Nabi Muhammad. Tun Seri Lanang juga menceritakan bahwa Kesultanan Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Siam dan raja Pasai dijadikan sebagai budak pemelihara ayam di istana raja Siam, yang kemudian dibebaskan oleh pasukan Malaka. Ini memperlihatkan bahwa derajat Pasai lebih rendah daripada Malaka. Sementara itu, walaupun Sejarah Melayu juga menceritakan tentang kedatangan ulama Malaka ke Pasai, namun kedatangan itu dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengetahuan keislaman para ulama Pasai, bukan untuk mengakui bahwa ulama Pasai lebih pandai daripada ulama Malaka.
Karya sastra Melayu lain yang menggelorakan “tantangan perang” adalah karyatama Hikayat Hang Tuah yang diyakini selesai disusun pada abad ke-18. Para pakar menyepakati bahwa karya ini adalah karya sastra Melayu yang paling “anti-Jawa”. Dalam karya ini, Hang Tuah dilukiskan sebagai laksamana Melayu yang tak terkalahkan dan moralnya tinggi, berlawanan dengan Betara Majapahit dan Patih Gajah Mada yang suka “bermain”. Hang Tuah dilukiskan sanggup mengalahkan Taming Sari, prajurit tua Majapahit yang sakti mandraguna, dan memperoleh keris lawannya itu—yang hingga kini diyakini diwariskan kepada orang Melayu sebagai Keris Taming Sari, salah satu simbol yang wajib ada dalam upacara-upacara resmi UMNO di Malaysia.
Tentu saja para pengarang Jawa tidak tinggal diam ketika diserang. Bahkan, serangan balik para pengarang Jawa jauh lebih besar dan bertubi-tubi daripada serangan pengarang Melayu yang hanya menyerang melalui Hikayat Hang Tuah saja. Sejak zaman kolonial hingga kemerdekaan, tak terhitung lagi buku-buku karya para pengarang Jawa yang hendak memperlihatkan keunggulan Majapahit atau Jawa atas etnis-etnis lain. Begitu besarnya serangan balik ini, sehingga M. Yamin pun, seorang bapak bangsa yang beretnis Melayu, “mengakui” keunggulan Majapahit/Jawa dalam buku babonnya 1000 Tahun Sang Saka Merah Putih. Selain itu, hingga kini pun penulisan dan pendidikan sejarah di lembaga-lembaga pendidikan kita begitu Jawa-sentris. Bahkan, para peneliti dari luar negeri pun mendukung penonjolan Jawa ini, antara lain Denys Lombard dengan Nusa Jawa Silang Budaya-nya yang legendaris itu.
“Tantangan perang” melalui buku lainnya ditabuh oleh Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang menyerang sejarah nasional Indonesia modern yang meletakkan Boedi Oetomo sebagai pelopor kebangkitan nasional Indonesia. Sejarah nasional itu, kita tahu, dikawal oleh berbagai buku besar, antara lain Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoenoed Purwonegoro dan Nugroho Notosusanto. Di dalam keempat novel itu, Pram mengajukan RM Tirto Adhi Soerjo dan surat kabar Medan Prijaji sebagai pemula pergerakan kebangsaan Indonesia. “Peperangan” ini tidak konklusif walaupun pada tahun 2007 Presiden SBY telah menetapkan RM Tirto Adhi Soerjo sebagai Pahlawan Nasional. Pasalnya, seperti yang terbaca dalam kurikulum, pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah masih mengunggulkan Boedi Oetomo atas Medan Prijaji.
“Perang buku” besar yang paling mutakhir adalah antara Kesastraan Melayu Tionghoa (Gramedia) “melawan” lusinan buku sejarah sastra Indonesia modern seperti Pujangga Baru Prosa dan Puisi, Angkatan 66, Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir? dan sebagainya. Kesastraan Melayu Tionghoa menentang buku-buku kanon sejarah sastra tersebut karena dianggap mengabaikan karya-karya sastra yang dihasilkan oleh para pengarang Indonesia yang beretnis Tionghoa. “Peperangan” ini tampaknya masih akan berlangsung lama karena dari 25 jilid yang direncanakan, Kesastraan Melayu Tionghoa hingga tahun ini baru mencapai 10 jilid.
Jika peperangan menggunakan senjata pembunuh terbukti hanya memberikan kesengsaraan kepada bangsa kita dan juga umat manusia seluruhnya, “perang buku” terbukti jauh lebih konstruktif dan telah memperkaya kehidupan rohani. Jadi, jika suatu saat nanti muncul sebuah buku bermutu yang menyerukan “tantangan perang”, adalah masuk akal jika kita mengharapkan adanya “serangan balik” dari pihak yang diserang oleh buku tersebut. Tentu kita akan menyambut “perang buku” tersebut dengan gembira.***
__________
An. Ismanto, redaktur di melayuonline.com.
Sumber: Dokumentasi BKBM (http://melayuonline.com/ind/opinion/read/350/perang-buku) |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Bagaimana menurut anda? Setujukah dengan artikel diatas yang menggambarkan kalau Hikayat hang Tuah cuma propaganda orang Melayu terhadap orang Jawa? Sila comment untuk di siskusikan. |
|
|
|
|
|
|
|
Perang Buku pertama kali mendengarnya.... |
|
|
|
|
|
|
|
perang saraf, perang saudara, perang kaya pernah le dengar. huhuhuhu..... ulat buku pon pernah dengar..... tapi perang buku ni first time. |
|
|
|
|
|
|
|
uiks,
bersungguh2 ni.
hehee..
kan sy dh kate, kalu itu pandangan anda, sy terima je.
stiap org ade pandangan berbeza, then, pandangan sy ni bukannye nak banggakan ape2 pun.
ok.
kalu nak berdikusi pun leh, lgpun sy bukannye pakar dlm hikayat or manuskrip2.
so, kite leh berdikusi n kongsi idea2 kat sini.
tp,
mule2 sy nak tanye,
btm09me ni org ape?
bangsa ape?
duk di mana? |
|
|
|
|
|
|
|
Cuma istilah aja. Dari dulu ternyata persaingan di nusantara sudah terjadi, walaupun sebenarnya hal yang biasa bila 1 kerajaan menyerang kerajaan lainnya/tetangganya karena motif ekonomi, tapi ketika kaum intelktual kedua kerajaan berperang dengan buku, kira2 apa yang melatarbelakangi persaingan itu? Mengapa Pasai merendahkan Melaka? Mengapa pula Melaka menyerang Jawa? Ini menarik untuk diketahui, tapi sepertinya perang ini sudah tidak sehat lagi, cenderung jadi perang antar etnis, terlebih ketika Hikayat Hang Tuah di tulis, tidak heran sampai saat ini orang Melayu mengaggap buruk (anti) orang Jawa begitu juga sebaliknya.
Ini akar dari permusuhan kedua negara, Malaysia yang identik dengan Melayu, dan Indonesia yang di dominasi Jawa.
|
|
|
|
|
|
|
|
Reply 5# manuskrip_lama
Gue Indonesia asli/tulen, suku Betawi-Sunda, dalam membuat thread ini tak ada niat sedikitpun untuk merendahkan etnis lain, cuma ingin berdiskusi aja.. So maaf kalau ada kata2 gue yang kurang berkenan di hati. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 7# btm09me
owh.
macam tuh.
owh.
ya.
saya faham.
ini hanya utk berdikusi.
saya ok saja btm09me.
lagipun, saya hanya budak baru belaja.
dont worry btm09me.
sebabnye,
dari perbincangan sihat di antara malaysia dan indonesia, akan menyebabkan sejarah2 kite (malaysia dan indonesia) menjadi lebih baik.
kan btm09me?
salam perkenalan.
btmo9me beragama apa?
saya beragama islam.
jadi btm09me ni menetap di mana?
bandung?
kalau bandung, saya teringin sangat nak ke sana. dengar2 nya, cantik keindahan tuhan kat sana.
lagipun dikatakan sejuk.
kan btm09me? |
|
|
|
|
|
|
|
satu lagi,
btm09me ni orang sejarah indonesia kah? |
|
|
|
|
|
|
|
perang buku ni menggunakan sejarah berdasarkan fakta ke atau legenda rekaan semata2? kalau hikayat2 ditulis sangat lewat, dan bercanggah pulak dgn tulisan yg lagi awal, bagi para sejarawan sukar nak menerima kisah tu sebagai benar |
|
|
|
|
|
|
|
Depa nak fight la tu.....tengok aje le...yang disentuhnya cuma Pasai (Sumatera) dengan Majapahit (Jawa).....
Ganyang Malaysia cara intelektual gamaknya.... |
|
|
|
|
|
|
|
Depa nak fight la tu.....tengok aje le...yang disentuhnya cuma Pasai (Sumatera) dengan Majapahit (Ja ...
alphawolf Post at 21-6-2011 07:56
Jadi apa pendapat bro Alphawolf? Setuju atau kontra dengan artikel diatas? Tolong di sertakan juga sedikit argumentasi..
@Manuskrip, gue orang biasa, yang senang pada sejarah, bola dan dunia militer.
|
|
|
|
|
|
|
|
patutlah...... China / Korea Selatan dan Jepun bergaduh sampai sekarang ini pasal Buku Sejarah... |
|
|
|
|
|
|
|
Bila masa pulak Melaka serang Majapahit? |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 6# btm09me
Maaf ya, saya sendiri keturunan Jawa dan saya tiada masalah dengan etnik lain di malaysia...atau mereka ada masalah dengan kami.....hingga berbunuhan.... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 14# alphawolf
Maksudnya menyerang dengan buku/Hikayat Hang Tuah. |
|
|
|
|
|
|
|
Perang buku?Ada erk?
Tak pernah pulak aku dengar..kalau perang saudara..perang dunia..perang tiga segi tue pernah lah jugak aku dengar..
Btw,ada info lagi tak?? |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 15# alphawolf
Betul tue mod..Tak perlu mempersoalkan soal bangsa..Bukankah kita semua dari rumpun dan asas yang sama?
Nabi Adam A.s.. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 18# 7teen
Side discussion...
ramai yg ckp mcm tu..tp aku kurang setuju sbrnya...mmg tuhan dah jadikan pelbagai kaum (supaya kamu berkenal-kenalan), so kl pukul rata semua jd 'melayu' dh mcm tak betul la pulak..apa salahnya..yg hitam biarlah nampak hitam..yg putih biarlah putih...kl dalam hitam,luar cat putih, kan ke 'kepalsuan' tu namanya....
kan bagus kl dpt tgk dgn jelas -Kl jawa dia begini-begini..kl sunda mcm ni pulak..lain pulak ngn batak, melayu,bugis,banjar,minang,dll..baru la hidup dlm 'semangat' yg betul spt dianjurkan quran.. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 7teen
Side discussion...
ramai yg ckp mcm tu..tp aku kurang setuju sbrnya...mmg tuha ...
thessailly Post at 21-6-2011 19:13
malaysia patut amalkan konsep macam bangsa indonesia, walaupun semua etnik dan bangsa termasuk cina dan eurasian dikira bangsa indonesia (bagus utk normalisasi pada peringkat kenegaraan), tapi indonesia masih kekalkan nama dan budaya etnik dan bangsa masing2 pada standard yg sepatutnya. hasilnya orang indonesia sangat patriotik dalam masa yg sama, budaya dan etnik masing2 masih kekal dan semua kenal etnik masing2. tak macam malaysia, org bugis dan jawa dh ada yg tak kenal adat dan bahasa sendiri |
|
|
|
|
|
|
| |
|