Ketika berusia 39 tahun, Laura Vikmanis ditinggalkan oleh suaminya. Laura merasa sedih, galau dan kecewa. Suaminya meninggalkan dia demi seorang perempuan yang lebih muda.
Suatu saat Laura sedar, dia tak boleh berterusan dalam kesedihan, dia perlu bangkit dan melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk mengisi hari-harinya. Maklumlah, dua anak perempuannya sudah remaja.
Idea itu datang dari adik Laura. Ketika mereka berdua tengah menonton perlawanan football, Cincinnati Bengals. Adiknya memberikan cadangan kepada Laura, mengapa kamu tidak jadi Cheerleader saja.
Tiga tahun kemudian, Laura merealisasikan idea itu. Di usia 42 tahun dia menjadi cheerleader. Laura dicatatkan sebagai cheerleader paling tua di liga football Amerika Syarikat. "Sampai sekarang aku masih tak percaya," katanya.
Untuk menjadi cheerleader, Laura perlu perjuangan keras. Dia tidak diterima pada audition pertama. "Aku merasa takut, semua berusia lebih muda 20 tahun dariku," kata Laura.
Tahun berikutnya, Laura kembali ke audition. Setelah berlatih keras, dia berjaya mengalahkan ratusan calon yang usianya jauh lebih muda. Dia terpilih menjadi cheerleader Cincinati Bengals.
Keluarga Laura menyokong apa yang dilakukannya. "Pada mulanya mereka tak menyangka, mereka hanya berkata, itu menarik untuk dicuba," katanya. "Tapi bila aku terpilih mereka menangis."
New Line Cinema, rumah produksi yang membuat film The Hobbit, Sex and The City, tertarik untuk mengangkat kisah ini ke layar perak. "Ini kisah yang menarik, dia bangkit dan mencari dirinya lagi," kata penulis naskah, Emily Cook. |