|
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
semoga selalu dalam lindungan dan ampunan; amin.
sedikit membahas konsep ketuhanan pada masyarakat Nusantara kuno dan istilah TUHAN dan HYANG. dimana keduanya adalah kata ASLI NUSANTARA, berasal dari akar kata pribumi dan BUKAN dari Sansekerta.
1 : TUHAN berasal dari TUAN~TOHAAN yg berakar dari kata TUHU yg bermakna PATUH, maka TUAN / TOHAAN berarti YANG DIPATUHI, semakna dengan LORD dalam bahasa inggris.
dalam lontar Carita Para Hyangan ditulis (mengenai perjalanan Sanjaya ke Pajajaran) :
tuluy dipulung minantu ku Tohaan di Sunda (kemudian diambil menantu oleh [Yang Diper] TUAN di Sunda.
dalam lontar Sanghyang Siksa ditulis :
Maka nguni di TOHAAN urang; suku ma pake disila, leungeun ma pake umun (maka kepada TUAN kita; kaki itu untuk bersila dan tangan untuk menyembah).
dalam lontar Bujangga Manik disebut :
seok na janma nu carek; "TOHAAN nu dek ka mana?" (banyak orang memanggil; "TUAN hendak ke mana?")
2 : sedangkan HYANG/HIYANG berasal dari kata HILANG/ILANG yg bermakna "ghaib" "tidak terlihat" "lenyap". menunjukan Tuhan Penguasa yg tidak tercerap penglihatan/indra/senses manusia, namun berkuasa atas manusia.
so, HYANG tidak menunjuk pada suatu berhala, namun justru identik dengan Allah dalam Islam. karena HYANG tidak berwujud ragawi/fisik, namun berkuasa dan semua wajib tunduk; bahkan raja dan dewa.
dalam lontar Sanghyang Siksa disebut 10 bakti/kepatuhan yg berujung di HYANG :
Nihan sinangguh dasa prebakti ngaranna. Anak bakti di bapa, ewe bakti di laki, hulun bakti di pacandaan, sisya bakti di guru, wang tani bakti di wado, wado bakti di mangkubumi, mangkubumi bakti di ratu, ratu bakti di dewata, dewata bakti di HYANG. (~Ini yang disebut SEPULUH BAKTI : Anak tunduk kepada bapak; isteri tunduk kepada suami; hamba tunduk kepada majikan siswa tunduk kepada guru; petani tunduk kepada wado; wado tunduk kepada mantri, mantri tunduk kepada nu nangganan; nu nangganan tunduk kepada mangkubumi; mangkubumi tunduk kepada raja; raja tunduk kepada dewata; dewata tunduk kepada hiyang.)
bahkan seluruh dewa [hindu] mematuhi HYANG / BATARA, yg merupakan Tuhan Utama kepercayaan pribumi.
Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala. Pahi manggihkeun si tuhu lawan preityaksa (~Maka para dewata semua berbakti kepada HYANG MAHA SEMPURNA PENGUASA ZAMAN Semua menemukan "Yang Hak" dan "Yang Wujud")
hal ini mirip konsep Allah pada waktu jahiliah yg tertutupi syirik.
ini juga menunjukan konsep monoteism pada jaman kuno di Nusantara. |
|
|
|
|
|
|
|
ni zaman mana ni ? tamdun agrarian ke ni ?
masyarakat permulaan tamadun kepercayaan mereka adalah animisme??? |
|
|
|
|
|
|
|
mbhcsf posted on 18-8-2013 11:02 PM
ni zaman mana ni ? tamdun agrarian ke ni ?
masyarakat permulaan tamadun kepercayaan mereka adalah ...
salaam, dear sister
sy kurang setuju jika memilah/membagi-bagi zaman dan perkembangan kepercayaan manusia secara evolutive ... dimana pengetahuan tentang Tuhan berkembang seiring dengan perkembangan culture manusia ... seakan2, manusia "baru" mengenal Allah setelah selang beberapa waktu ... dan Allah "diciptakan" dari pemahaman/akal manusia ...
dari sisi agama, Islam menekankan bahwa tawhid adalah "fitrah" yg ada seketika manusia terwujud di dunia ... terlebih Bapak Adam yg secara langsung berinteraksi dengan Allah dengan "senses" nya, sehingga pengetahuan akan Allah, Tuhan yg Satu, Penguasa Alam Raya, telah ada sedari awal.
dari sisi logika, ketika manusia mulai berpikir, maka pengetahuan tentang keberadaan Tuhan, yg menguasai alam dan mengendalikan kejadian/event, sudah langsung muncul berbarengan dengan kemampuan berpikir ... untuk itu, tidak ada alasan bahwa manusia tidak mengetahui keberadaan Tuhan sedari awal, atw beralasan bahwa perlu beberapa generasi untuk mengetahui Tuhan ... maka persepsi tentang Tuhan telah ada semenjak manusia ada.
dan, tentang perilaku masyarakat primitive yg menyekutukan Tuhan dengan arwah nenek-moyang, benda2, atw apapun, hal ini tidak menghilangkan persepsi mereka bahwa terdapat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Mengatur Seluruh Alam ... hanya saja kebodohan dan sifat tamak mereka yg menyekutukan Tuhan dengan hal2 lain ... bahwa dengan lebih banyak penolong meskipun tidak masuk akal ... akan lebih aman
jadi, kemampuan dan tanda2 untuk mengetahui Tuhan yg SATU, Penguasa Alam Raya, telah ada sejak manusia pertama kali berpikir, ini bukan hasil perkembangan evolusi pemikiran manusia.
mengenai bahan yg sy sebutkan di atas, itu adalah sastra lama, masa pra-Islam ... hanya ingin menjelaskan duduk perkara beberapa istilah yg masih digunakan hingga beberapa masa yg lalu. dalam beberapa text yg sy tahu (lontar = lembaran daun nipah, kelapa, atw aren yg ditulisi huruf2, semacam buku) terdapat indikasi bahwa leluhur bangsa2 Nusantara telah mengenal SATU TUHAN MAHA GAIB yg tidak tercerap human-senses, tidak berwujud berhala, dan tidak terkait arwah makhluk ... namun DIA berkuasa atas segalanya ... mirip pengertian Allah dalam Islam.
sy rasa, kepercayaan atas SATU TUHAN MAHA KUASA, ini cukup MEMUDAHKAN konversi masyarakat Nusantara ke dalam Agama Islam ... toh persepsi Tuhan mereka relatif sama dengan apa yg diajarkan Islam. di beberapa tempat, pusat keagamaan tradisional (Hindu/Budha/Pribumi) LANGSUNG BERUBAH menjadi pusat agama Islam ! penerimaan masyarakat lokal sangat cepat terhadap ajaran Islam, hal ini tentu didorong oleh konsep/persepsi agama yg tidak terlalu berbeda, atw malah MENYEMPURNAKAN pemahaman yg ada.
selain itu, beberapa suku memang memiliki tradisi menjaga makanan/ dietary law. ini semakin memudahkan konversi.
|
|
|
|
|
|
|
|
Author |
Post time 19-8-2013 10:31 AM
From the mobile phone
|
Show all posts
sebagai rujukan tahun :
Siksa Kandang Karesiyan ~ 800-1300 Masehi, huruf kawi, hukum & filsafat.
Bujangga Manik ~ 1400 Masehi, huruf kawi, chronicle & geografi.
Carita Para Hyangan ~ 500-1500 Masehi, huruf kawi, sejarah.
semua adalah lontar.
|
|
|
|
|
|
|
|
Sebab tu ada perkataan sembah-Hyang
Perlis Indra Ka-Hyang-an
Kayangan berada di atas langit, sebab 'Arosy Allah S.W.T. berada di atas langit dan Allah duduk di atas 'Arosy |
|
|
|
|
|
|
| |
|