View: 8082|Reply: 34
|
Tuhanku - Tuhanmu: Bagaikan Si Buta Yang Menjelaskan Bentuk Gajah ....
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 16-8-2010 08:17
Artikel ini cukup 'KONTROVERSIAL' ... untuk menambah pengetahuan anda saja ....
Tuhanku - Tuhanmu, Klaim Pepesan Kosong Si Buta Sejak Lahir Yang Menjelaskan Gajah!
Politikana; Sabtu, 14 Agustus 2010
Mencampur-adukan sejarah religi kelompok bangsa tertentu dan menempelkan satu nama tuhan baru sebagai tuhan utama adalah strategi umum yang digunakan oleh beberapa manusia jenius atau kelompok tertentu.
Di penghujung artikel, kita lihat padanan tindakan ini dengan kisah sekumpulan orang buta dari sejak lahir yang mencoba menjelaskan bentuk seekor gajah.
Tiga agama abrahamic, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam sama-sama mengklaim Musa [Nav Mosyeh] sebagai nabi dan mencantumkan kehidupannya sebagai bagian dari sejarah mereka.
Dalam Sefer Syemot di Kitab Torah, Tiga bulanan setelah Musa membebaskan keturunan Israel dari perbudakan bangsa Mesir, Ia menuju Gunung Sinai untuk menghadap Yahweh dan berdiam 40 hari dan 40 malam lamanya. Di sana, Yahweh kemudian menuliskan sendiri 10 Perintah-Nya di dua lempengan batu. Ketika Musa turun dilihatnya Harun membuat patung anak sapi untuk disembah. Musa marah dan membanting 2 batu itu hingga pecah. Dikemudian hari, Musa melakukan ritual yang sama untuk mendapatkan lagi 2 batu itu.
Apa isi 10 perintah Yahweh itu?
Menurut Literatur rabinic yang ada di kitab Tanakh [Di Alkitab adalah perjanjian Lama], yaitu kitab yang berisi Torah [5 Buku, ajaran secara oral/hukum oral, kemudian di bukukan menjadi Talmud [Mishnah dan Gemara]dan Midrash], Nevi'im [8 buku, nabi-nabi] dan Ketuvim [12 buku, tulisan-tulisan] di tuliskan:
1. Akulah TUHAN [Y@hovah, YHWH, JEHOVAH], Allahmu [Elohim], yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada allah lain di hadapan-Ku..[..]
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi..[..]
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan..[..]
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu..[..]
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
10. Jangan mengingini isteri tetanggamu.
Apa yang dapat kita pelajari dari 10 Perintah Tuhan ini?
Jika kita perhatikan, perintah ke-1 s/d ke-3 memberikan kita beberapa hal penting:
Kata 'Isra-El' artinya adalah Ia yang menang bergulat melawan Allah [El], Israel adalah nama lain dari Yakub [Perjanjian lama, kitab kejadian 32:24-30]. Semua keturunan yakub kemudian dinamakan kaum Israel.
El adalah dewa utama kaum kuno yang tinggal di Barat laut semit yang berbahasa Ugaritic (sudah punah), Canaanite (termasuk yahudi) Aramaic, Arabic]. El bersitrikan Dewi Aserah. El adalah nama generik dari sebutan tuhan/dewa. El juga berarti ELI, ILAH [arab], 'al?h/'el?h [Aramaic] dan 'el?ah [Ibrani]
Bentuk plural El pada bahasa ugaritic adalah ?ilhm, atau ?el?hîm setara denngan Elohim dalam bahasa ibrani.
Di Kitab Talmud El adalah: Baal/Hadad, Moloch atau Yahweh [YHWH, Y@hovah, Jehovah]. Biasanya kata YHWH dianggap sakral dan dihindari untuk disebutkan, Para yahudi mengganti sebutannya menjadi Adonai [setara dengan Adonis dalam bahasa yunani yang artinya tuanku.
Dalam romawi, El adalah Elus/Cronus, anak pasangan ouranous [Dewa Langit] dan Gaia [dewi bumi]. El adalah cucu dari Elioun/Elyon. Dalam bahasa Canaanite, El adalah anak dari Shamayim [dewa Langit] Eretz [dewi Bumi] adalah eretz[
YHWH atau ELOHIM adalah tuhannya kaum Israel. Karena YHWH/Elohim membebaskan kaum Israel dari orang-orang MESIR artinya juga sangat jelas yaitu YHWH/Elohim bukan tuhannya orang-orang Mesir [dan semua bangsa-bangsa selain kaum Israel]
Di Nasrani, dalam Kitab perjanjian lama di Injil [yang juga berisi Torah dan talmud] tercantum dengan jelas bahwa keturunan Yahudi menyebut tuhan mereka dengan nama YHWH dan Elohim.
Walaupun Yesus adalah keturunan Yahudi namun catatan perjalanan kehidupannya di perjanjian Baru, yang dibuat oleh orang lain, yang ditulis dalam bahasa Yunani [klaim kalangan nasrani: di tuliskan oleh beberapa orang dari 12 murid Yesus] tertulis bahwa tuhannya yesus bukanlah YHWH/ELOHIM namun Theos.
Theos [Yunani]/Deus [latin] merupakan bentuk maskulin dari Thea [Yunani]/Dea [Latin], yang artinya dewa dan dewi.
Ketika Yesus masih hidup, 12 orang murid dipilih langsung oleh Yesus. Nama ke-12 murid itu tercantum di pintu gerbang surganya Nasrani dan mereka jugalah yang menjadi Hakimnya.
Setelah Yesus wafat dan Yudas salah seorang muridnya juga tidak ada, maka untuk menggenapi jumlah 12, Dihadapan 120 orang, diusulkan 2 nama dan setelah dilakukan pengundian, Mathias terpilih menjadi rasul yang ke-12 untuk menggantikan kedudukan Yudas. [Kisah Para Rasul 1:15-26]
Setelah beberapa waktu berlalu, Di satu tempat dekat Damsyik, seorang peranakan Yunani dan Yahudi bernama Saulus, mengangkat dirinya sendiri sebagai murid yesus. Saulus beralasan bahwa ia bertemu roh Yesus dan setelah beberapa hari kemudian dengan model pengakuan yang sama ia menyatakan bahwa Roh Yesus melantiknya menjadi Rasul Bangsa lain. Saulus kemudian berubah nama menjadi Paulus
Semua murid Yesus mencantumkan Musa sebagai bagian dari sejarah religi mereka akan tetapi tuhan yang mereka sembah bukanlah YHWH/ELOHIM melainkan Yesus dan juga Theos [bentuk maskulin daripada Thea.
Di Islam, Taurat [alttawraat]-nya Musa disebutkan sebanyak 16 X di Alqur'an [AQ 3:3, AQ 3:48, AQ 3:50, AQ 3:65, AQ 3:93, AQ 5:43-44, AQ 5:46, AQ 5:66, AQ 5:68, AQ 5:110, AQ 7:157, AQ 9:111, AQ 48:29, AQ 61:6, AQ 62:5].
Al Qur'an menyatakan bahwa Taurat-nya Musa diturunkan oleh Allah SWT dan bukan oleh YAHWE/Elohim.
Selama 11 Tahun masa kenabian Muhammad, dari mulai diangkat sebagai Nabi hingga peristiwa Isra Mira'j tidak dijelaskan bagaimana ritual Menyembah Allah SWT di lakukan oleh Muhammad dan pengikutnya. Setelah Isra Mira'j, perintah Shalat di turunkan dan Kiblat shalat adalah menghadap Yerusalem [Baitul Maqdis]. Ini berlangsung selama 16 bulanan lebih. Ritual menyembah tuhan dilakukan dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan selama berabad-abad oleh kaum Yahudi namun kiblat mereka sama.
Di AQ 2:143-144, 149-150, terdapat peristiwa perpindahan Qiblat, yaitu dari arah Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
KH.Drs.A. Masduqi Machfudh menjelaskan bahwa tujuan kiblat ke Baitul Maqdis adalah untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi, karena kiblat mereka adalah Baitul Maqdis dan untuk menarik mereka kepada syari'at Al Qur'an dan agama yang baru.
Namun Orang-orang Yahudi itu berkata: "Muhammad menyalahi agama kita tetapi mengikuti kiblat kita". Sikap orang-orang Yahudi tersebut membuat Nabi Muhammad saw tidak senang [Khulashatul Kalam fi Arkanil Islam, Sayyid Ali Fikri, KH.Drs.A. Masduqi Machfudh, Ramadlan 1416 H] kemudian lewat perantara malekat jibril, turunlah perintah pindah kiblat Baitul Maqdis ke Ka'bah, yaitu di tempat yang sama di mana kaum Arab selama berabad-abad juga melakukan ritual-ritual pada sesembahannya, Di antara banyak suku arab tersebut, suku Quraish adalah salah satunya. Diantara para sesembahan yang ada saat itu, Allah SWT adalah salah satunya. Allah SWT merupakan tuhannya kaum Quraish.
Ibn kathir di tafsir AQ 2:114, menjelaskan bahwa setelah penaklukan Mekkah para penyembah berhala [termasuk Yahudi dan Nasrani] yang kedapetan masuk Masjidil Haram akan dijadikan budak atau dibunuh kecuali mereka masuk Islam.
Islam dan Nasrani sama-sama memasukan sejarah religi bangsa Yahudi ke dalam ajaran mereka dengan mengakui kenabian Musa namun demikian mereka menolak mengakui YHWH/ELOHIM-nya kaum yahudi sebagai tuhan dan secara sepihak menyatakan sesembahan baru merekalah yang merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib di sembah.
Tuhan kaum Yahudi, Nasrani dan Islam jelas berbeda satu sama lainnya namun yang lahir belakangan selalu mengklaim bahwa tuhan di ajarannyalah sebagai satu-satunya tuhan yang asli. Untuk mempertahankan klaim itu, tradisi saling berbaku hantam tampaknya melekat erat di 3 ajaran ini.
***
|
|
|
|
|
|
|
|
Pada system pendidikan di India, mereka yang mencari ilmu selalu tinggal bersama gurunya [catuspathiis/pasraman]. Kehidupan pendidikan mereka ditanggung oleh pemerintah yang berkuasa/kepala daerah dan/atau masyarakat umum. Hampir setiap Brahmana mumpuni mempunyai pasraman sendiri dan kemudian berlanjut turun temurun. Rsi-Rsi/Brahmana terkenal dijaman itu di antaranya adalah Atthaka [Astaka], Vamaka, Vamadeva, Vessamitta [Vishvamitra], Yamataggi [Jamadagni], Anggirara [angiras], Bharadvaja, Vasettha [Vasistha], Kassapa [Kasyapa] dan Bhagu [Bhrigu]
Saat itu tidak ada standarisasai kurikulum, jadi masing-masing dari para Rsi/Brahmana menciptakan kurikulum dan metode pengajarannya sendiri sehingga Murid-murid yang belajar pada brahmana yang berbeda, pengetahuannya-pun berbeda-beda pula. Perbedaan itu kerap menimbulkan pertentangan pendapat antara satu pasraman dengan pasrama lainnya. Perbedaan pendapat tersebut adalah sumbangan keragaman interpretasi pada kupasan-kupasan Veda dari jaman ke jaman.
Hindu mengenal banyak dewa dan dewi yang di puja dan disembah sebagai tuhan utamanya. Dari jaman ke jaman terjadi perubahan peringkat status Dewa utama karena beberapa dewa tiba-tiba menjadi populer, beberapa menjadi tidak populer, beberapa meningkat status dari dewa biasa menjadi dewa utama dan lambat laun mengerucut menjadi 3 Nama Dewa saja sebagai tuhan utama, yaitu Brahma, Vishnu dan Siva.
Sebelum jaman Buddha, Brahma adalah Tuhan tradisi Hindu.
Sedangkan Siva dan Vihnu sebagai tuhan, baru tercipta ratusan tahun setelah Buddha Gautama parinibanna [wafat]. Teks Buddhisme Suta pitaka, Devaputtasamyutta [2:12 dan 2:21] menyebutkan adanya Visnu [Vennu/Venhu] dan Siva namun saat itu, mereka bukanlah Deva yang menonjol [Rhys Davids, Buddhist India, Hal 236]. Deva Putta Samyuta, merupakan teks berbahasa pali mengenai kumpulan para Deva yang baru terlahir di alam Indra/Sakka. Venhu/Vennu dan Siva merupakan prototipe dewa India sebelum mereka menjadi dewa utama dalam Hinduisme bakti yang theistic.
Kisah-kisah avatar memang ada di teks Brahmana-brahmana yang berkaitan dengan Veda, yang disusun tidak berapa lama sebelum jaman Buddha, legenda para avatara itu popular dimasyarakat namun Vishnu sebagai avatar tidak ada di legenda saat itu [The Bhagavad Gita, C. Jinarajadasa, From the Proceedings of the Federation of European Sections of the Theosophical Society, Amsterdam 1904, Theosophical Publishing House, Adyar, Madras. India, November 1915]
Kemudian di beberapa jaman ada upaya mengatakan Brahman dan brahma itu berbeda.
Mengutip Ajaran Pokok dalam Upanisad, SM Smnivasa Chan meyatakan bahwa: Brahma berasal dari akar kata kerja brh yang artinya ‘tumbuh’ (brhati) dan menyebabkan tumbuh (brhmayati). Dalam Atharvairas Upanisad, "brhati, bhmayati tasmad ucyate parabrahma" artinya "Itu disebut Brahman karena itu bertumbuh dan menyebabkan tumbuh”. Dalam sanskrit, walaupun dibaca Brahman namun yang dituliskan tetap saja Brahma, selain tulisan 'brahma' pada Atharvairas Upanisad di atas, contoh lain misalnya: "ayam ?tm? brahma" [Brihadaranyaka Upanishad 4.4.5] artinya Atma adalah Brahma atau Atman adalah Brahman!
DR. FRANK MORALES atau Sri Dharma Pravartaka Acharya mengatakan bahwa Brahman bukanlah tuhan namun merupakan sikap sebagaimana tercantum di Taittariya Upanishad' II.1: "satyam jnanam anantam brahma", "Brahman adalah dari kebenaran sejati, pengetahuan dan keabadian"
Buddhisme menjelaskan prinsip-prinsip bersatu dengan Brahma[n] melalui pemenuhan kualitas mental tertentu sehingga dari sebab-sebab dan kondisi tersebut memungkinkan seseorang mencapai alam Brahma[n], seperti yang dimaksudkan di Tevijja Suta [klik disini]
Note:
Sutta tersebut antara lain berisi:
Pengakuan dua orang brahmana muda bahwa Para brahmana yang menguasai tevijja [Tiga Veda: Rig Veda, Sama Veda dan Yajur Veda] baik itu guru-nya..guru dari gurunya..atau hingga 7 generasi yaitu Atthaka [Astaka], Vamaka, Vamadeva, Vessamitta [Vishvamitra], Yamataggi [Jamadagni], Anggirara [angiras], Bharadvaja, Vasettha [Vasistha], Kassapa [Kasyapa] dan Bhagu [Bhrigu]..juga tidak pernah melihat langsung Brahma..
Cara bersatu dengan Brahman melalui pemenuhan beberapa kualitas mental tertentu [..]
Sebagai penutup artikel, berikut di bawah ini adalah kisah sekumpulan orang buta sejak lahir yang berusaha menjelaskan bentuk gajah.
Pada jaman Sang Buddha, terdapat sejumlah pertapa dan brahmana, pengembara dari berbagai macam aliran, yang hidup di sekitar Savatthi [Sravasti, Sekarang Uttar Pradesh, India Utara dengan batas utara adalah Nepal]. Mereka mempunyai berbagai pandangan, berbagai kepercayaan, berbagai pendapat, dan mereka menggantungkan dukungan mereka dari berbagai pandangan mereka itu.
Beberapa brahmana dan pertapa yang memastikan dan berpegang pada pandangan ini: "Dunia ini kekal; hanya ini yang benar, dan (pandangan) lainnya salah."
Beberapa pertapa dan brahmana yang bersikeras: "Dunia ini tidak kekal; hanya ini yang benar, (pandangan) lainnya salah."
Beberapa yang bersikeras:
"Dunia ini terbatas;..... Dunia ini tidak terbatas; ..... Jiwa kehidupan dan tubuh itu sama; ..... Jiwa kehidupan dan tubuh itu berbeda; .... Sang Tathagata ada di luar jangkauan kematian; ..... Sang Tathagata ada tetapi tidak berada di luar jangkauan kematian; ..... Sang Tathagata ada dan sekaligus tidak ada di luar jangkauan kematian; ..... Sang Tathagata bukannya ada dan bukannya tidak ada di luar jangkauan kematian; hanya ini yang benar, dan (pandangan) lainnya salah."
Dan mereka, hidup bertengkar, penuh perselisihan dan penuh percekcokkan, saling menyakiti dengan ucapan-ucapan kasar, dengan mengatakan:
"Dhamma [Dharma = Ajaran, Kebenaran] adalah seperti ini, Dhamma tidak seperti itu! Dhamma tidak seperti ini, Dhamma seperti itu!"
Note:
Kata "Tathagata" sangat tidak jelas artinya. Secara singkat diterangkan sebagai "Dia yang dengan demikian (Tatha) sudah datang (agata) atau pergi (gata)" menuju Penerangan Sempurna, atau "Dia yang sudah tiba di (agata) Kebenaran (Tatha)", seperti yang sudah dipergunakan oleh Buddha-Buddha yang lampau.
Namun dalam kitab komentar dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan kata 'Tathagata' di topik ini adalah Jiwa/Atta/Atman
Tentang 'Jiwa', Mahavira, T?rtha?kara ke-24, [Jina, seorang yang tercerahkan di ajaran Jain] berpandangan bahwa:
"Jiwa adalah permanen dan juga tidak permanen. Dari sudut pandang substansinya maka Jiwa adalah permanen. Dari sudut pandang perubahannya bergantung dari kelahiran, lapuk/tua dan kehancuran maka jiwa adalah tidak permanen" [Vy?khy?prajñapti/Bhagvatis?tra, 7:58–59]
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Sang Buddha yang ketika itu berada di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika, di hadapan para Bikkhu menceritakan satu kisah:
"Dulu, O, bhikkhu, ada seorang raja di Savatthi ini juga memerintahkan seorang pengawal: 'Pengawal yang baik, bawalah semua orang di Savatthi yang buta dari lahir.'
"Ya, Yang Mulia," jawab laki-laki itu, dan sesudah menahan semua orang buta di Savatthi, dia mendekati Raja dan berkata, 'Semua orang buta di Savatthi sudah dikumpulkan, Yang Mulia.'"
"Sekarang, tunjukkanlah pada orang-orang buta itu seekor gajah."
"Baiklah, Yang Mulia," laki-laki itu menjawab Sang Raja, dan dia membawa seekor gajah ke hadapan orang-orang buta itu, dengan mengatakan, 'Hai, orang-orang buta, ini adalah seekor gajah.'
"Pada beberapa orang buta, laki-laki itu memberikan kepala Sang Gajah, dan mengatakan, "Ini adalah seekor gajah."
Kepada beberapa yang lain dia menghadapkan telinga gajah itu dan mengatakan, "Ini adalah seekor gajah."
Bagi beberapa dia menghadapkan gadingnya ..... belalainya ..... tubuhnya ..... kakinya .....bagian belakangnya ..... ekornya ...... rambut di ujung ekornya, dan mengatakan, "Ini adalah seekor gajah."
"Kemudian, O, bhikkhu, sesudah menunjukkan gajah kepada orang-orang buta, laki-laki itu menghadap Sang Raja dan berkata, 'Orang-orang buta itu sudah mengenali gajah, Yang Mulia. Lakukanlah sekarang apa yang Baginda pikir cocok.'
Kemudian Raja mendekati orang-orang buta itu dan berkata, 'Apakah kalian sudah mengenali gajah?'
- "Ya Baginda, kami sudah mengenal gajah." "Beritahukan padaku, hai orang-orang buta, seperti apakah gajah itu?" Orang-orang buta,
- yang sudah memegang kepala gajah menjawab, 'Baginda, seekor gajah adalah seperti tempayan air.'
- yang sudah memegang telinga gajah menjawab, 'Seekor gajah, baginda, adalah persis seperti keranjang penampi.'
- yang memegang gading gajah menjawab, 'Baginda, seekor gajah adalah seperti mata bajak;
- yang sudah memegang belalainya menjawab, 'Seekor gajah, baginda, adalah seperti tiang bajak.'
- yang sudah memegang tubuhnya menjawab,'Seekor gajah, baginda, adalah seperti ruangan penyimpan.'
- yang sudah memegang kakinya menjawab, 'Seekor gajah, baginda, seperti sebuah tiang.'
- yang sudah memegang bagian belakangnya menjawab,'Seekor gajah, baginda, adalah seperti lesung.'
- yang sudah memegang ekornya menjawab, 'Baginda, seekor gajah adalah seperti sebuah alat penumbuk.'
- yang sudah memegang rambut di ujung ekornya menjawab, 'Seekor gajah, baginda, adalah seperti sebuah sapu.'
|
|
|
|
|
|
|
|
"Dengan mengatakan, 'Seekor gajah adalah seperti ini, seekor gajah tidak seperti itu! Seekor gajah tidak seperti ini, seekor gajah adalah seperti itu!'
Mereka saling berkelahi dengan tinju-tinju mereka. Dan raja itu sangat gembira (melihat pemandangan itu)."
"Demikian pula, O, bhikkhu, para pengembara dari berbagai aliran itu juga buta, tidak melihat ..... dengan mengatakan:
'Dhamma adalah seperti ini! .... Dhamma adalah seperti itu!'"
Kemudian, Sang Bhagava mengungkapkan kotbah inspirasi ini:
Beberapa pertapa dan brahmana, demikian mereka disebut, Sangat terikat pada pandangan-pandangan mereka sendiri; Orang yang hanya melihat hal-hal dari satu sisi Terlibat pertengkaran dan perselisihan
Note:
Sumber: Tipitaka Udana 6.4.
Dalam versi Jainisme, kisah ini dikisahkan bukan oleh seorang Raja, namun seorang Bijak, dengan jumlah orang buta adalah 6. Tercantum di di kitab Tattvarthaslokavatika, karangan Vidyanandi [Abad ke-9 M] dan Kitab Sy?dv?damanjari, karangan ?c?rya Mallisena [Abad ke-13 M].
Moral kisah ini dalam aliran Jainisme Anek?ntav?da [Tergantung persepsi] dan Sy?dv?da [ada persyaratan], adalah kebenaran dan kenyataan itu mempunyai banyak sudut pandang dan tidak ada satu sudut pandang yang benar2 secara utuh menyatakan kebenaran. Kenyataan adalah sesuatu yang kompleks, yang tidak dapat dinyatakan dalam satu ekspresi tunggal untuk menggambarkan realitas seutuhnya sehingga terminologi "sy?t" [mungkin/bisa jadi] seharusnya dipergunakan mendahului suatu pandangan yang memiliki suatu kondisi tertentu.
Seorang semi biarawati aliran Jain yaitu [Samani] Charitra Pragya, mengatakan, "Bahkan seorang T?rtha?kara yang memiliki pengetahuan tak terbatas-pun, tidak dapat secara utuh mengekspresikan realita karena terbatasnya bahasa yang merupakan ciptaan manusia"
Versi Hindu, di kisahkan oleh Ramakrishna Paramahamsa [abad ke-18].
Versi Islam kisah orang buta dan Gajah dikisahkan para sufi persia yaitu di abad ke-12 M bernama Hakim Abul-Majd Majd?d ibn ?dam San?'? Ghaznavi dan di abad ke-13 M, Jal?l ad-D?n Mu?ammad R?m?.
Dunia ini dipenuhi orang-orang buta asal-usul ajaran namun berlagak melek dan menjadikan pengikutnya percaya membabi-buta |
|
|
|
|
|
|
|
ko guna bahasa baboon ka nih? |
|
|
|
|
|
|
|
ko guna bahasa baboon ka nih?
jepukpisemase Post at 16-8-2010 03:28
dia ni indon dengki kt mesia |
|
|
|
|
|
|
|
......x faham lah... |
|
|
|
|
|
|
|
meroyan sorg2 kot |
|
|
|
|
|
|
|
kesian..... |
|
|
|
|
|
|
|
dia ni indon dengki kt mesia
jaa139 Post at 16-8-2010 08:50 AM
bahasa beruk layak dipakai untuk beruk2 indon je |
|
|
|
|
|
|
|
worang kapir tulis artikel nih..sbb tu dia kata worg islam pong sama buta tak kenai tuhan...n ada ka dia bandingkan tuhan ngn gajah?astaga....
sesapa yg kata ada point tuh aku isytiharkan kapir harbi laknatullah sbb mengiyakan allah sama mcm gajah, seekor binatang sembahan hindu kejawen:re: |
|
|
|
|
|
|
|
slam dan Nasrani sama-sama memasukan sejarah religi bangsa Yahudi ke dalam ajaran mereka dengan mengakui kenabian Musa namun demikian mereka menolak mengakui YHWH/ELOHIM-nya kaum yahudi sebagai tuhan dan secara sepihak menyatakan sesembahan baru merekalah yang merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib di sembah.
Tuhan kaum Yahudi, Nasrani dan Islam jelas berbeda satu sama lainnya namun yang lahir belakangan selalu mengklaim bahwa tuhan di ajarannyalah sebagai satu-satunya tuhan yang asli. Untuk mempertahankan klaim itu, tradisi saling berbaku hantam tampaknya melekat erat di 3 ajaran ini.
statement bodo :re: |
|
|
|
|
|
|
|
worang kapir tulis artikel nih..sbb tu dia kata worg islam pong sama buta tak kenai tuhan...n ada ka ...
7anan Post at 16-8-2010 18:48
hehe. bersungguh-sungguh nampaknya si pondan gila penyembah yahudi ni.. siap bagi fatwa lagi tu..huishhhh..
tolong2..takut nyerrrrr aku..!!!!ahahaha..
-aku rasa Rasulullah dulu jgnkan isytiharkan org lain kafir..panggil org lain "kafir" pun tak penah*.. ni ajaran yahudi mabuk mana ko pakai ni pondan? ko sendiri dah la sesat, nak sesatkan orang lain pulak ye? (*da byk kali aku tulis dlm forum ni)
-dan utk org2 lain yg nampak "bahasa" yg dibawa si pondan gila penyembah yahudi ni pun berdiam aje.. aku tak tau apa yg korang fikirkan. at least tegur2 la sikit.. baru namanya masyarakat muslim. saling nasihat menasihati, saling tegur menegur.
-woi pondan, at least tekan ko la klik button 'reply' tu..baru aku tau ade org reply post..nk tekan tu pun takut ke apa? sori la..selalu aku mmg skip je ko punye post. kalau baca rasa nak muntah...ni pun sebab ada org bgtau td. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by thessailly at 16-8-2010 21:52
Reply 15# C.K
gen beruk ada 95% persamaan dgn manusia..ko bukan manusia ke? |
|
|
|
|
|
|
|
95% ke, 99%? tak igt..ko cari la sendiri. |
|
|
|
|
|
|
|
ada worang hat terasa cilik cabai lam mulot dia ka ck?kita ckp menda umum...kalu dh samakan allah ngn gajah, kalu dh kata worg islam tuh buta, tecari2 tuhan sebenaq, tak ka kapir tuh ck
kalu nabi idop pong dia kapirkan aku rasa...tp taktau lah kalu dh worg tuh mmg berfalsafah kapir, patotla dia rasa tak salah artikel nih |
|
|
|
|
|
|
| |
|