|
Syekh Yusuf Al-Maqassari: Pahlawan Nasional Indonesia di Afrika Selatan
[Copy link]
|
|
hai, apa khabar? sudah lama saya tidak menyertai laman ini. saya begitu sibuk dengan kehidupan s ...
blabla Post at 26-7-2010 19:19
kalau begitu kamu ni mesti orang brunei or singapore..hahahaha |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 6# blabla
Salam blabla,
Izinkan saya menjawab soalan anda.
1. Mengapa tidak boleh menukar agama.
Dalam konteks beragama, anda boleh menukar kepada apa2 agama pun. Tetapi, yang menjadi isu ialah implikasinya. U kena tahu, di dalam Quran, Allah allows u pilih mana2 agama/Tuhan yang u rasa betul jika u rasa agama/tersebut boleh membantu u dalam hidup di dunia & lepas u mati. Allah tidak akan rugi apa2, tetapi sebagai manusia implikasi yang u kena hadapi ialah adakah agama/Tuhan yg u pilih itu akan menyelamatkan u ?
2. Tak perlu isi borang.
Sesungguhnya, zaman dulu2 pun kalau nak tukar kepada Islam atau murtad (keluar dari Islam), u dont have to use borang. Cuma pada zaman sekarang, religion authorities buat begitu untuk protect orang yang keluar dari sesuatu agama. In today's context where religion, culture, etc have becoming policy tools for development, data perlu ada.
3. Beragama.
U must understand why a person choose a religion regardless of Islam, Christianity etc. Dalam pop culture sekarang, they choose to become a person with religion due to sense of belonging, so that, if people ask, they will say..i'm a Muslim or Christian or etc. However, u also have to remember, choosing a religion for whatever pop reason will slowly leads to a question.."AM I CHOOSING A RIGHT RELIGION" ...and this brings to point no 4.
4. Religion as a guidance.
Ask anybody who has religion and practise the religion, and they will tell u that they choose religion because they see it as a 'manual' on how to live on earth. And, now, which religion can guide u ? this brings to point no 5.
5. True one.
In this world, u r offered with MANY RELIGION choices. So, how to know, which one is the correct one ? This is where u have to study all religions before u take up one. Study the logic, the history, the rationale...and question the things on holy books : Quran, Bible, kitab hindu or..anything. Do comparative study.
6. Compare Atheist too.
Don't forget to compare what u believe now with other religions. If you want the true answer, analyse it intellectually. Because i know for some fact they choose to become Muslim or Christian or anything just as an 'escapism' or simply to get presents during Christmas, Hari Raya or Chinese New Year.
Having said that and done all these....I proudly say I CHOOSE Islam. ....
Hope these help.
U may want to read 'HISTORY OF GOD' by Karen Armstrong for a quick comparison. Wallahualam.
Salam. |
|
|
|
|
|
|
|
JF,
After reading all your postings and the comments, i am not sure what is actually ur real purpose of posting the history. Well, i know the fact that people upload it to share...but in your case, u like to provoke others' sensitivity.
Your nawaitu maybe want to share, but the nawaitu of provoking others' sentiment...obviously outweight the nawaitu to share.
If you havent see it clearly, originating from that nawaitu, most of subsequent comments menjurus kepada pergaduhan, and negativity..rather than percambahan idea and critical thinking.
You must realize that many who came to history board is because they want some intellectual criticsm...(tho there are gossips here n there...but it is minor). PPl get fed-up with childish remarks about Melayu Malaysia or Melayu Indonesia or Melayu Africa.
Well, u can continue with what u like to do because it is your board...but one thing for sure..I'm not sure u will have pahala/rewards for doing that. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 23# shaz_liz
good post..thumb up.. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 27-7-2010 20:39
Macassar, Pengucilan Terakhir Yusuf
KOMPAS.com/HERY PRASETYO
Sebuah tulisan besar "Macassar" tertera di tembok menuju kompleks makam Syeikh Yusuf di Kampung Macassar, Cape Town, Afrika Selatan.
KOMPAS.com — Bangsa Indonesia punya pahlawan besar yang juga dihormati di Afrika Selatan (Afsel). Bahkan, tempat tinggalnya pun masih dihormati warga sekitar dan dikenal dengan baik. Dia tak lain adalah Syeikh Yusuf dari Goa, Makassar.
Dia lahir pada 3 Juli 1626 dari pasangan Abd Allah dan Aminah. Syeikh Yusuf merupakan kerabat dekat kerajaan Goa saat itu. Masa mudanya dihabiskan belajar agama Islam di Arab Saudi dan Yaman.
Sepulang dari belajar dan berhaji, dia banyak membantu Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dalam memerangi VOC. Dia bahkan menikahi anaknya. Namun, ada sumber yang mengatakan bahwa istrinya adalah adik Sultan Ageng.
Karena kegigihannya itu, Belanda sangat membencinya. VOC akhirnya berhasil menangkapnya pada 1683 dan membuangnya ke Sri Lanka.
Namun, itu tak mengakhiri komunikasi Syeikh Yusuf dengan para pejuang Indonesia. Setiap kali pulang haji, banyak warga Indonesia yang mampir ke Sri Lanka untuk bertemu Syeikh Yusuf.
Ini membuat Belanda semakin gerah. Maka dari itu, pada 1694, Belanda mengirim Syeikh Yusuf ke Cape Town, Afsel, menggunakan kapal Voetboog. Dia diikuti dua istrinya, 12 anaknya, 12 imam, dan beberapa pengikut.
Rupanya, Belanda masih takut kepada pengaruh Syeikh Yusuf. Di Cape Town, dia ditempatkan di daerah perbukitan, Zandvielt, di luar Cape Town. Daerah yang amat terpencil. Ini upaya VOC menghindari pengaruh Syeikh Yusuf kepada para budak, terutama budak asal Indonesia. Namun, tetap saja para budak sering ke Zandvliet, berhubungan dengan Syeikh Yusuf. Pengaruhnya tetap kuat. Bahkan, mereka kemudian menyebarkan agama Islam di daerah itu.
Saking kuatnya pengaruh Syeikh Yusuf, Zandvliet akhirnya berubah nama menjadi Macassar. Pasalnya, Syeikh Yusuf berasal dari Makassar, Sulawesi. Sampai sekarang, orang menyebutnya Kampung Macassar.
Syeikh Yusuf meninggal pada 23 Mei 1699 dan dikuburkan di tempat itu juga. Namun, pada 1705, kerangka Syeikh Yusuf dipindahkan ke Makassar dan dikubur di Desa Katangka, Gowa.
Meski begitu, makam Syeikh Yusuf di Macassar atau Zandvlied, Cape town, masih dipertahankan dan tetap dirawat dengan baik. Bahkan, sampai sekarang orang Cape Town masih menghormati jasanya. Mereka menyebut makam itu "Kramat". Orang Cape Town sendiri sebagian besar tak tahu apa arti "kramat" atau "keramat".
"Anda orang Indonesia harus mengunjungi Tuan Yusuf di Kramat. Dia orang Indonesia," kata Karim, warga Cape Town.
Saat ini, Macassar dihuni 40 kepala keluarga. Tempat itu cukup sepi dan tenang. Namun, di saat-saat tertentu, makam Syeikh Yusuf menjadi ramai dikunjungi orang Afsel atau orang asing, terutama dari Indonesia dan Malaysia.
Meski kerangkanya sudah dipindah ke Makassar pada 1705, makam itu dirawat. Bahkan, Hajee Sulaiman Shah Mohammed dan keluarganya membangunnya dengan peletakan batu pertama oleh Sir Frederic de Waal, administrator pertama Provinsi Cape.
Presiden Soeharto pernah mengunjungi tempat ini pada 21 November 1997. Sebelumnya, dia menetapkan Syeikh Yusuf sebagai pahlawan nasional pada 7 Agustus 1995.
Bicara soal tempat, untuk ke Kampung Macassar tak sulit. Hampir setiap orang di Cape Town tahu arahnya. Perjalanan dari Cape Town bisa melewati Mitchell Plain, kemudian Khayelietsha. Lalu, di perempatan Baden Powell Drive akan terlihat papan bertuliskan Macassar Rd.
Nah, itu artinya sudah dekat. Tinggal mengikuti arah jalan itu, kemudian akan ada tembok bertulisankan "MACASSAR". Dari tulisan itu ke arah makam hanya sekitar 500 meter.
Namun, sebelum makam akan terlihat masjid Nurul Latif. Di depan masjid itu ada prasasti bahwa tempat itu pernah direnovasi oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri pada 2002.
Yang unik, pada bulan April, di tempat ini akan ada Easter Festive atau Festival Paskah. Kampung Macassar adalah daerah Islam, tapi juga ramai pada saat paskah.
Cuma, festival itu didominasi kegiatan membaca Al Quran. Rupanya, ini ada sejarahnya.
Dulu, ketika bangsa kulit putih berkuasa dan masih ada perbudakan, mereka selalu merayakan hari Paskah. Pada saat itu, budak-budak asal Indonesia yang beragama Islam juga ingin senang seperti mereka. Maka dari itu, ketika para majikan mereka merayakan Paskah, para budak yang beragama Islam membuat acara sendiri, tepat pada hari Paskah. Mereka mengisi acara itu dengan membaca Al Quran.
"Saya juga pernah bertanya-tanya dan penasaran, kenapa di Kampung Macassar ada perayaan pada hari Paskah. Ternyata, itu sejarahnya," kata Jaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria yang tinggal di negeri itu sejak 1995.
Kampung Macassar memang amat bersejarah. Daerah kecil itu menjadi pengucilan terakhir pahlawan Syeikh Yusuf, hingga dia meninggal. Dan, tradisi yang dia tinggalkan pun masih berkembang. Bahkan, tempat itu masih dihormati orang Afsel, terutama warga Cape Town.
Bahkan, di dekat makam itu ada kedai kopi memakai nama dengan ejaan bahasa Indonesia, yakni "Warung Kopi". Pemilik warung itu, Raimah, mengatakan, "Ya, itu bahasa Indonesia. Kami banyak mengenal bahasa Indonesia karena Tuan Yusuf," katanya.
|
|
|
|
|
|
|
|
Bo-Kaap, Bagian Sejarah Indonesia
Kamis, 29 Juli 2010
BO-KAAP termasuk salah satu tempat bersejarah di Cape Town, Afrika Selatan. Di sinilah pertama kali perbudakan di Afsel dimulai pada abad ke-17. Dan, budak pertama yang dibawa Belanda ke Cape Town tak lain orang Indonesia, bernama Abraham van Batavia, pada 1653.
Saat membawa budak ke Cape Town, Belanda langsung mengubah nama-nama mereka. Ada yang dinamakan berdasarkan bulan kehadirannya, atau asal daerahnya. Ada Bambang van Java, December van Bale, August van Macassar, dan sebagainya.
Wajar jika pengaruh Indonesia di Bo-Kaap sangat besar. Bahkan, banyak penduduk Bo-Kaap yang kemungkinan keturunan orang-orang Indonesia.
Bo-Kaap sekarang masih ada dan menjadi salah satu kotapraja di Cape Town. Ini kota indah, bersih, tertata rapi, dengan cat rumah berwarna-warni.
Terletak di lereng Signal Hill, Bo-Kaap juga menghadap ke Table Mountain. Daerah yang menyenangkan. Bagi orang Indonesia, mengunjungi Bo-Kaap selolah ada kedekatan psikologis.
Selain secara historis banyak keturunan budak dan tahanan politik Indonesia yang tinggal di sini, banyak pula budaya dan adat istiadat Indonesia yang masih bertahan. Sebagai misal, masakan sebagian orang Bo-Kaap ada yang mirip masakan Indonesia, seperti sambal, kari, dan bubur.
Beberapa bahasa Indonesia juga masih akrab terdengar di wilayah ini. Sebagai misal, tramakasie (terima kasih), boeka (buka), kamar mandie (kamar mandi), belajar, berkalahie (berkelahi), dan sebagainya. Ini bukti betapa Indonesia punya pengaruh yang kuat.
Ini juga menjadi daerah Muslim yang amat kuat. Dan, orang-orang Indonesia pula yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Cape Town.
Di daerah itu juga ada Restauran Bismiellah. Ternyata, wajah-wajah para pelayannya tak jauh dari wajah Indonesia. Setidaknya, kulit mereka rata-rata coklat. Begitu ada tamu dari Indonesia, mereka langsung bersemangat dan banyak tanya.
"Oh, Anda dari Indonesia," kata seorang pelayan dengan bahasa Inggris.
"Salamat datang!" lanjutnya, yang maksudnya selamat datang.
"Mungkin saya keturunan Indonesia. Saya tak tahu. Yang saya tahu, saya orang Afrika Selatan," kata Fatima, salah seorang pelayan Restauran Bismiellah.
Salah satu bukti keberadaan Indonesia adalah makam Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam. Dia berasal dari Tidore, Maluku, Indonesia.
Imam Abdullah adalah salah satu tahanan politik semasa VOC menjajah Indonesia. Dia adalah pangeran Kerajaan Tidore. Dia dibuang Belanda ke Cape Town pada 1780. Dia juga pernah ditahan di Robben Island. Di pulau buangan itu, dia menulis banyak buku tentang Islam dan surat-surat dalam Al Quran, dengan mengandalkan daya ingatnya.
Buku-bukunya menjadi referensi utama Muslim di Cape Town sampai abad ke-19. Pengaruhnya juga sangat kuat. Dia juga membangun sekolah Islam pertama di Bo-Kaap, mengambil murid dari anak-anak para budak dan anak-anak kulit hitam. Maka, dia dijuluki Tuan Guru.
Julukan itu sendiri memakai bahasa Indonesia. Dan, orang Cape Town sampai sekarang tetap menyebutnya Tuan Guru. Dia juga salah satu tokoh besar yang dihormati warga Cape Town. Salah satu dari tiga imam besar yang pernah ada di Bo-Kaap. Dua imam besar lainnya adalah Tuan Nuruman dan Tuan Sayed Alawie. Hanya saja, Sayed Alawie berasal dari Yaman. Dia terkenal karena propaganda di kalangan para budak untuk melawan perbudakan.
Warga Cape Town yang cukup tahu Indonesia, Karim, langsung membawa Kompas.com ke Bo-Kaap. "Kamu orang Indonesia, harus ke Bo-Kaap. Ini tempat perbudakan pertama dan banyak orang Indonesia dibawa ke daerah ini. Siapa tahu, Anda akan banyak bertemu keturunan Indonesia," katanya.
Namun, faktanya sulit. Sebab, sebagian orang sudah tak bisa menelusuri silsilah keluarganya. Mereka kadang hanya mengira-ngira mungkin punya darah Indonesia.
Meski begitu, pengaruh Indonesia di Bo-Kaap tetap terasa. Selain ada makam Tuan Guru, juga banyak bahasa Indonesia yang masih bertahan di Bo-Kaap.
|
|
|
|
|
|
|
|
x sangka plak stat tahun 1626 dah ada negara indonesia |
|
|
|
|
|
|
| |
|