View: 2707|Reply: 15
|
CERITA HIKMAH: TEMANKU MATI TERBAKAR
[Copy link]
|
|
Abu Abdillah berkata: "Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pemah kualami sendiri beberapa tahun lain, sehingga mengubah total perjalanan hidupku. Sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, demi peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka kuungkapkan kisah ini.
Ketika itu kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat. Satunya lagi adalah setan. Kami pergi berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lalu kami bawa ke sebuah taman yang jauh terpencil. Di sana, kami berubah menjadi serigala-serigala yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati.
Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda, atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak mungkin pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biasa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, ditemani minuman laknat. Satu hal kami lupa.saat itu, makanan.
Segera salah Seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat, jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi teman kami itu belum kembali. Pukul sepuluh malam, hatiku mulai tidak enak dan gusar. Maka aku segera membawa mobil untuk mencarinya. Di tengah perjalanan, di kejauhan aku melihat jilatan api. Aku mencoba mendekat. Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat.Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila. Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala. Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.
Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih: "Api..., api...!"
Aku memutuskan untuk segera membawa ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: ";Tak ada gunanya.. aku tak akan sampai...!
Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku meninggal dihadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: "Apa yang mesti kukatakan padaNya? Apa yang mesti kukatakan padaNya?"
Aku memandanginya penuh keheranan. "Siapa?" tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari dasar Sumur yang amat dalam, dia menjawab: "Allah!"
Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit, gemanya menyelusup ke setiap relung malam yang gulita, lain kudengar tarikan nafasnya yang terakhir. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun.
Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakar dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.
Pada diriku sendiri aku bertanya: "Aku,... apa yang harus kukatakan padaNya?"
Air mataku menetes, lain sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan Shubuh menggema:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anla Ilaaha Illa Allah... Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah... Hayya 'Alash Shalaah..."
Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja, mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah.
Aku segera bangkit, mandi dan wudhu, menyucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamkanku selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu, aku tak pernah lagi meninggallkan shalat. Aku memuji Allah, yang tiada yang layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Mahasuci Allah yang telah mengubah berbagai keadaan. Dengan seizin Allah, aku telah menunaikan umrah. Insya AIlah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu? Umur ada di tangan Allah. |
|
|
|
|
|
|
|
subhanallah.... satu lagi pengajaran |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #4 demonagirl6's post
tu dulu..tapi la ni dah insaf..
satu cerita yang ada pengajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by kawasakininja at 9-7-2008 08:41 AM
tu dulu..tapi la ni dah insaf..
oh faham2...
dulu jantan tuh lakhanat 100%..
skrang neh dier kurang lakhanat.. |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Reply #6 demonagirl6's post
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by demonagirl6 at 9-7-2008 09:08 AM
oh faham2...
dulu jantan tuh lakhanat 100%..
skrang neh dier kurang lakhanat..
Kalo dah tobat dan berubah jadik baik 101% mana ada dah laknatnye.. ishh cik demona nie... |
|
|
|
|
|
|
|
Hmm.. words yg tak patut tu harap jangan digunakan ye laling-laling semua... dalam board ni ada words yg haram guna... nanti kalau saya cantas banyak-banyak jangan pulak marah |
|
|
|
|
|
|
|
Mobil tu apa? Sore tu apa? |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #1 ikhwanindo's post
Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakar dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.
ungkapan yg mmberi kesan yg dalam... << ditujukan kpd diri In sendiri... |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by jaundice at 12-7-2008 07:32 PM
Mobil tu apa? Sore tu apa?
mobil = kenderaan
sore = petang |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by indah1285 at 13-7-2008 06:41
Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakar dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus ...
yup...amat dalam Dan ini kisah nyata bukan rekaan ajer |
|
|
|
|
|
|
|
Balas #14 ikhwanindo\ catat
lama tak nampak mas... sihat ker... |
|
|
|
|
|
|
| |
|