View: 23717|Reply: 206
|
Kawruh @ Falsafah Jawa
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by thessailly at 26-6-2010 15:05
untuk membetulkan pandangan sesetengah orang, disini sy lampirkan sedikit artikel yg menceritakan tentang kawruh jawa @ falsafah jawa.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Belajar KEJAWEN, bukan semata belajar ritual2 Jawa tetapi lebih pada belajar mengenai filsafat hidup (falsafah) ala Jawa.Sebagai manusia2 yang hidup (makan, minum, dan beraktivitas) di tanah Jawa, seharusnyalah setiap manusia itu tahu mengenai pandagan hidup tanah yang didiaminya.
Artinya belajar KEJAWEN adalah suatu keharusan. Tetapi saying karena bengkoknya pemahaman, KEJAWEN hanya dianggap sebagai ritual2 animisme dan dinamisme tinggalan manusia2 prasejarah.
Bahkan oleh para penganut Agama2 Samawi telah dijadikan barang haram yang najis untuk disentuh, padahal merekalah ajaran2 import yang masuk dan menjajah JAWA. KEJAWEN telah ditinggalkan, KEJAWEN telah dilupakan, bahkan KEJAWEN telah dinistakan dan dihinakan sebagai haram jadah yang tidak boleh disentuh sama sekali.
Pantaslah kalau sekarang ini banyak orang JAWA yang telah kehilangan kejawaannya (lali jawane) dan bahkan ada yang menolak menjadi JAWA sehingga menjadi perusak tanah JAWA (ora jawa).
Tanah JAWA menjadi merana karena tatanannya telah dirusak dan porak porandakan oleh pemikiran2 bengkok dan sesat, yang ingin menjadikan JAWA hanya sebagai tanah bukan JAWA sebagai suatu kesatuan kosmos, kesatuan dunia.
Tulisan ini disajikan untuk membuka mata hati dan mata bathin manusia2 yang hidup di tanah JAWA dan manusia2 keturunan JAWA yang bukan lagi lupa tetapi menolak dan bahkan menistakan JAWA dan KEJAWEN sebagai tatanan dan ajaran hidup di atasnya.
Tulisan ini hanya sebagian kecil, hanya beberapa butir tanah diantara bermilyar butiran tanah di Tanah JAWA yang tak terhitung jumlahnya.
Tulisan yang terbatas ini disajikan berdasar secuil pengetahuan penulis dan dilengkapi dengan saduran
dan adaptasi dari 2 tulisan dari Majalah Panjebar Semangat, edisi 41 dan 49, tanggal 11 Oktober dan 6 Desember 2008.
Tulisan yang sederhana dan jauh dari sempurna ini mewajibkan siapapun pembacanya untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman mengenai JAWA dan KEJAWEN dari berbagai sumber yang bisa didapatkannya.
Semoga berkenan dan bermanfaat.
KAWRUH KEJAWEN
Kawruh Kejawen merupakan filsafat hidup (falsafah) alah JAWA. Saat ini diartikan berbeda oleh banyak orang, Kejawen dianggap sebagai suatu aliran kepercayaan., bahkan dianggap sebagai AGAMA JAWA. KEJAWEN mencakup ide dasar kehidupan, mengenai adanya Tuhan, Dunia dan isinya, Asal usul manusia, Manusia dan alam, dan Tuntutan untuk hidup.
Bedanya, KEJAWEN tidak memiliki Kitab Suci seperti Agama2 yang ada.
Filsafat Jawa berasal dari oleh rasa dan spiritual orang Jawa sejak dahulu kala. Tuhan (Gusti kang Murbeng Dumadi) telah menaruh benih spiritual pada masing2 manusia untuk setiap bangsa. Spiritualisme Jawa bermanfaat untuk hidup di tanah Jawa dan untuk membangun peradaban Jawa.
JAWA merupakan wilayah tropis dengan gunung vulkanis yang beragam sehingga tanahnya subur dan keanekaragaman hayati yang cukup lengkap.Tetapi tanah JAWA juga rentan terhadap bencana alam, sehingga pengertian dan nilai2 hidup dibangun atas pemahaman tersebut. JAWA juga bersinergi (campur wayuh) dengan berbagai ajaran seperti Hindu, Buddha, dan Islam.
Eksistensi JAWA susah dirunut karena semua bukti tertulis dan tercatat merupakan sinkritisme dengan Hindu, Buddha, dan Islam.Catatan asli tentang JAWA yang dapat dirunut adalah HARI PASARAN, WUKU, MANGSA, WINDU, dan TAUN serta DINA PARINGKELAN.
Bukti kejawaan nampak dalam mahakarya MAHABHARATA dan RAMAYANA yang penuh dengan ide2 JAWA, termasuk silsilah raja2 yang berbeda dengan yang di India.
Masuknya Islam menambah kasanah filsafat JAWA dalam bentuk Layang, Suluk, dan Serta Kapunjangan.
Berisi ajaran2 Tasawuf Islam yang kaya dengan unsur konseptualisme JAWA.
Contohnya adalah sejarah nabi2 Islam yang bercampur dengan dewa2.
Cerita Kakawin Serat Kapunjangan merupakan penyikapan JAWA terhadap masuknya ‘ agama baru’ dari luar JAWA.
JAWA sangat pluralistis dan siap hidup dengan perbedaan agama dan kepercayaan.Bukannya dikooptasi, tetapi JAWA menjadi warna baru dari tiap2 agama impor yang masuk ke tanah JAWA.
JAWA memiliki bukti kehidupan, baik berupa fosil maupun artefak dari ribuan tahun yang lalu, tetapi JAWA juga penuh dengan artefak yang berbau agama impor. Hal ini membuktikan bahwa JAWA adalah tempat yang nyaman untuk berkehidupan dan perkembangan budaya dan peradaban.
|
|
|
|
|
|
|
|
Dasar2 Filsafat JAWA
1. Kesadaran Religius
Keimanan dan kepercayaan kepada sesembahan (Tuhan Semesta Alam) yang mendasari munculnya sistem religi dan ritual penyembahan.
2. Kesadaran Kosmis
Menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta dan isinya. Menciltakan ritual sesaji dengan falsafah “sakabehing kang ana manunggal kang kapurbalan kawasesa dening Kang Murbeng Dumadi”.
3. Kesadaran Peradaban
Pemahaman mengenai hubungan manusia dengan manusia.
Berwujud ajaran:
· Memayu hayuning pribadi,
· Memayu hayuning kaluwarga,
· Memayu hayuning bebyaran,
· Memayu hayuning Negara,
· Memayu hayuning bawana.
Menurut Prof. Dr. Branders (1889), manusia JAWA telah memiliki 10 dasar kehidupan asli yang ada sebelum masuknya agama2 impor, yaitu:
(1) Pertanian, sawah, dan irigasi, (2) pelayaran, (3) perbintangan, (4) wayang, (5) gamelan, (6) batik, (7) metrum, (8) cor logam, (9) mata uang, dan (10) system pemerintahan.
Budaya2 tersebut ada sejak JAWA kuno dan merupakan kedaulatan spiritual JAWA, filsafat yang digunakan untuk hidup di tanah JAWA, filsafat hidup lengkap di JAWA.
Kesempurnaan, Kesatuan, dan Keutamaan
1. Kesadaran Religius
Iman adanya Tuhan (sesembahan) yang memunculkan ritual penyembahan.
Sembah Raga, Jiwa, dan Sukma, yang mencakup semua daya hidup berupa cipta, rasa, karsa, dan daya spiritual. Bertentuk Tapa Brata (Durung wenangamemuja lamun during tapa brata).
Terdiri dari 5 bentuk:
1) Mengurangi makan dan minum (anerima),
2) Mengurangi keinginan hati (eling),
3) Mengurangi nafsu birahi (tata susila),
4) Mengurangi nafsu amarah (sabar), dan
5) Mengurangi berkata2 atau bercakap2 yang sia2 (sumarah).
Tapa Brata bukan tata cara penyembahan seperti pada agama impor tetapi hanya sarana untuk menata kekuatan hidup (dayaning urip). Tapa Brata merupakan sifat totalitas menjalani hidup yang benar dan baik menuju kesempurnaan. Hidup yang sempurna (sukma) akan bersatu dengan Sang Sempurna (Guruning Ngadadi). Ilmu Kesempurnaan (Kawruh Kasampurnan)
2. Kesadaran Kosmis
3. Kesadaran Peradaban
Berupa hubungan manusia dengan sesama manusia.
Manusia sebagai makhluk utama harus berhubungan dengan sesame manusia dalam keutamaan (beradab). Mewujudkan kesadasaran berintergrasi apalagi dalam bernegara. Konsep “tata tentrem kerta raharja” menjadi tujuan utama. Sebagai konsep bermasyarakat dan bernegara.
Pengetahuan keutamaan merupakan ajaran untuk menciptakan dunia yang indah (memayu hayuning bawana). Untuk menciptakan dunia yang indah dibutu*kan keutamaan budi pekerti, nilai kerukunan, dan keselarasan yang menjadi nilai utama.
Sehingga, FILSAFAT JAWA (KEJAWEN) merupakan filsafat keutamaan, filsafat keselarasan, dan filsafat keberadaban untuk menciptakan hidup yang rukun, selaras, dan beradab yang berlandaskan budi pekerti dan spiritualitas yang luhur.
http://danstep.blog.friendster.com/bawarasa-kawruh-kejawen/
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
in essence, falsafah kejawen ini sgt selari dgn ajaran islam, terutamanya kepada sifat percaya kepada kewujudan Tuhan semesta Alam, dan keutamaan kepada pekerti yang luhur...begitu juga dengan kewujudan sistem pemerintahan, cabang2 ilmu, dan lain2..
-thessailly |
|
|
|
|
|
|
|
-post 1 tuh dah tak boleh diedit la..dia tanak berubah... juling gak la kalau baca.. :p
-so, kat mana yg dia ada cakap kena sembah dewa-dewa hindu? masuk kuil? kena sembah jin ke? ada tak?
-kalau ada, share la. nak tau gak.. |
|
|
|
|
|
|
|
beberapa filusuf jawe yg aku jumpa:
Dadio banyu, ojo dadi watu" (Jadilah air, jangan jadi batu)
Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.
Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutu*an orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLAH pasti membutu*kan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.
Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutu*kan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?
Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Anda tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi anda bisa memecah batu dengan palu.
Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru.
"Sopo Sing Temen Bakal Tinemu"
Filosofi lainnya adalah kata-kata "Sopo sing temen, bakal tinemu" (Siapa yang sungguh-sungguh mencari, bakal menemukan yang dicari). Tampaknya filosofi tersebut sangat jelas. Kalau Anda berniat untuk mencari ilmu nyata ataupun ilmu sejati, maka carilah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan menemukannya.
Namun jika Anda berusaha hanya setengah-setengah, maka jangan kecewa jika nanti Anda tidak akan mendapatkan yang anda cari. Filosofi di atas tentu saja masih berlaku hingga saat ini.
"Sopo sing kelangan bakal diparingi, sopo sing nyolong bakal kelangan"
(Siapa yang kehilangan bakal diberi, siapa yang mencuri bakal kehilangan).
Filosofi itupun juga memiliki kesan yang sangat dalam pada kehidupan. Artinya, nenek moyang kita dulu sudah menekankan agar kita tidak nyolong (mencuri) karena siapapun yang mencuri ia bakal kehilangan sesuatu (bukannya malah untung).
Contohnya, ada orang yang dicopet. Ia akan kehilangan uang yang dimilikinya di dalam dompetnya. Tetapi GUSTI ALLAH akan menggantinya dengan memberikan gantinya pada orang yang kehilangan tersebut. Tetapi bagi orang yang mencopet dompet tersebut, sebenarnya ia untung karena mendapat dompet itu. Namun,ia bakal dibuat kehilangan oleh GUSTI ALLAH, entah dalam bentuk apapun.
Dari filosofi tersebut, Nenek moyang kita sudah memberikan nasehat pada kita generasi penerus tentang keadilan GUSTI ALLAH itu. GUSTI ALLAH itu adalah hakim yang adil.
http://kawruh-kejawen.blogspot.c ... &max-results=22 |
|
|
|
|
|
|
|
Falsafah Bugis berpuluh kali ganda lebih hebat dari Falsafah Jawa yang kau ceritakan... |
|
|
|
|
|
|
|
JAWAmemiliki bukti kehidupan, baik berupa fosil maupun artefak dari ribuantahun yang lalu, tetapi JAWA juga penuh dengan artefak yang berbauagama impor. Hal ini membuktikan bahwa JAWA adalah tempat yang nyamanuntuk berkehidupan dan perkembangan budaya dan peradaban.
thessailly Post at 25-6-2010 01:09
Fosil yang camne tu? Yang Manusia Jawa kat Wikipedia tu ke?
Artifak yang berbau agama import? Artifak camne tu ek? |
|
|
|
|
|
|
|
xyah la falsampah2 ni kot, cukuplah Islam sebagai ideologiku... |
|
|
|
|
|
|
|
Falsafah Bugis berpuluh kali ganda lebih hebat dari Falsafah Jawa yang kau ceritakan...
nobito Post at 25-6-2010 08:23
wahhhhhhhhhhh..ye ke? share la sikit..aku nk tau gak. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by thessailly at 25-6-2010 14:36
Reply 7# JodoKast
tak silap aku, FALSAMPAH yg 1st tu boleh di rumuskan dari sifat Rasulullah..
"cukuplah islam sbg ideologiku" -hah. dont make me laugh la. |
|
|
|
|
|
|
|
Fosil yang camne tu? Yang Manusia Jawa kat Wikipedia tu ke?
Artifak yang berbau agama import? ...
nobito Post at 25-6-2010 08:27
menarik gak..cuba ko try goggle. |
|
|
|
|
|
|
|
di ulangi. motif thread ni ialah utk mengkaji kebenaran tuduhan kekafiran kawruh kejawen. Jadi, jika sesiapa yg ada isu, atau artikel atau falsafah2 atau excerpt2 kitab (yg boleh dikaitkan dgn kawruh jawa) atau apa2 saja sumber (yg menceritakan ttg kawruh jawa) YANG bertentangan dgn ajaran Islam, please be my guest.
sebelum posting, pastikan ia berkaitan dgn falsafah* jawa (*sila rujuk definisi perkataan 'falsafah' dlm kamus dewan...tak kisah la edisi berapa). jika ada, sy sedia mengulasnya, jika tiada, then my work here is done.
trimas. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 9# thessailly
now u really made me laugh... aku tak nampak pun apa yg 'dirumuskan' dari sifat Rasulullah pasal falsampah kejawen yg 1st tu...
ni general philosophy la, mana2 religious figures pun asas dia camni la... jangan nak kait2 plak ngan Nabi Umat Islam... ko nak kait ngan gautama buddha ke, mahatma gandhi ke, martin luther ke lantak ko la, falsafah kitaorang Umat Islam semuanya hanya dalam Al-Quran...
as a Muslim, CUKUPLAH Islam (Al-Quran dan As-Sunnah) bagiku... tu yang Tuhan aku dan Nabi aku pesan... tokok tambah nanti jadi SESAT... |
|
|
|
|
|
|
|
Antara motif lain ialah supaya kita tahu akan ajaran2 suku2 nusantara; jawa, banjar, mendheleng, batak, palembang, melayu(?), pattani, bugis dan lain2 suku. marilah berkenalan melalui ajaran nenek moyang kita . ambil lah perkara2 yang baik..yg tak baik/khurafat/syirik tu hendaklah ditinggalkan.. (mcm khutbah jumaat la pulak) |
|
|
|
|
|
|
|
Reply thessailly
now u really made me laugh... aku tak nampak pun apa yg 'dirumuskan' dari sifa ...
JodoKast Post at 25-6-2010 14:38
ko masih tak dapat hayati pembawaan sikap baginda. nak aku explain? |
|
|
|
|
|
|
|
kalau kau kenal Rasulullah, kau pun takkan guna perkataan falsampah tuh.
thats why i said "dont make me laugh"..or puke. |
|
|
|
|
|
|
|
menarik gak..cuba ko try goggle.
thessailly Post at 25-6-2010 14:18
Pasal yang ni...menarik gak kan...
Manusia Jawa (Homo erectus paleojavanicus) adalah anakjenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan. Pada awal penemuan, makhluk mirip manusia ini diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus oleh Eugène Dubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.
Sumber : Wikipedia |
|
|
|
|
|
|
|
Candi Cetho (ejaan bahasa Jawa: cethå) merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Sampai saat ini, komplek candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut agama asli Jawa/Kejawen.
Sumber : Wikipedia jew... |
|
|
|
|
|
|
|
Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas dataran bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli ("punden berundak") pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti wayang kulit, yang mirip dengan penggambaran di Candi Sukuh.
Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi Suharto, pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oleh pakar arkeologi, mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, serta phallus, dan bangunan kubus pada bagian puncak punden. |
|
|
|
|
|
|
|
Selanjutnya, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar, pada bagian timur kompleks candi.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.
Pada aras ketiga terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan ketam. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai suryasengkala berangka tahun 1373 Saka, atau 1451 era modern.
Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala, seperti yang terdapat pula di Candi Sukuh. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara ruwatan. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua arca di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca Sabdapalon dan di selatan Nayagenggong, dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V.
Pada aras kedelapan terdapat arca phallus (disebut "kuntobimo") di sisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa. Pemujaan terhadap arca phallus melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Di sebelah atas bangunan Candi Cetho terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan (patirtan). Di dekat bangunan candi, dengan menuruni lereng yang terjal, ditemukan lagi sebuah kompleks bangunan candi yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Candi Kethek ("Candi Kera"). |
|
|
|
|
|
|
|
Pasal yang ni...menarik gak kan...
nobito Post at 25-6-2010 15:44
ko nih..tak faham bahasa melayu ke?
camne2 pun..aku quote jugak sebahagian ayat dari artikel yg sama.
"Sebuah laporan berisi 342 halaman ditulis pada waktu itu tentangkeraguan validitas penemuan tersebut. Meskipun demikian manusia Jawamasih dapat ditemukan di buku-buku pelajaran saat ini." |
|
|
|
|
|
|
| |
|