CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 3892|Reply: 3

Suku Tatar Muslim di Negara Poland (7photos + 3 videos)

[Copy link]
Post time 31-5-2012 10:06 PM | Show all posts |Read mode
Post Last Edit by abgsedapmalam at 31-5-2012 22:40





Suku asli Tatar bermukim di gurun pasir Gobi yang mencangkup   sebagian wilayah Cina dan Mongolia pada abad ke 5. Suku Tatar di   Polandia awalnya bermukim di Lithuania sekitar abad ke 14 di bawah   kepemimpinan seorang bangsawan bernama Witold yang pada saat itu   sebagian wilayah Lithuania adalah bagian dari Polandia sebelum akhirnya  Lithuania menjadi sebuah negara utuh pada tahun 16 februari 1918.

Jan Sobieski III /Dok.Google
Suku Tatar di tanah Lithuania ini turut serta dalam berbagai perang   termasuk perang antara Polandia dan Turki hingga sebagai tanda kesetiaan mereka seorang raja Polandia, Jan Sobieski III memberikan hadiah berupa wilayah kepada suku Tatar pada 12 maret 1679 di Lithuania seperti   wilayah Grodno, Brest dan Kobryn dengan beberapa peraturan sosial*   (lihat catatan akhir).
Suku Tatar tidak hanya sekedar penduduk  tapi juga merupakan prajurit  yang profesional oleh sebab itu kembali  raja August II dan III  menghadiahkan sebuah wilayah kepada mereka di  kawasan Podlasie (Bagian  timur Polandia) dan Grodno/Hrodna (wilayah  tersebut sekarang adalah  bagian dari negara Belarusia). Namun  pada  saat perang dunia pertama  banyak suku Tatar yang terbunuh bahkan desa,  kuburan dan Masjid  merekapun ikut hancur.
Pada tahun 1917-1921  beberapa ratus umat Muslim dari kawasan Uni  Soviet bergabung bersama  mereka yang memiliki keturunan Tatar dan hidup  di wilayah Polandia.  Namun pada saat perang dunia ke II, lebih dari 90%  Muslim Polandia yang tergolong kaum intelektual berada dibawah jajahan  Uni Soviet. Mereka  ditahan dan dikirim untuk bekerja di perkemahan  tentara walaupun  kemudian banyak dari mereka yang akhirnya mati  terbunuh.
Setelah  perang dunia ke II ada sekitar dua ribu suku Tatar yang hidup menetap di Polandia. Masjid di Kruszyniany dan Bohoniki adalah dua  masjid tua  yang memiliki nilai sangat bersejarah dimana keduanya  sama-sama  memiliki pemakaman Muslim.
Masjid Kruszyniany


Masjid ini pernah hancur pada Perang Dunia ke I namun pada Perang  Dunia ke II sempat menjadi rumah sakit terbuka bagi Jerman dan saat  itulah karpet  dan permadani Persia yang menghiasi Masjid hilang  terampas.
Diantara tekanan perang yang terjadi saat itu, ada kejadian yang  menjadi  catatan sejarah dimana  Masjid ini pada tahun 1944 pernah  dihantam bom  namun tidak meledak dan hanya merusak bagian atap Masjid.

Mimbar Masjid.

Masjid Kruszyniany ini dibangun dengan balok dan kemudian dilapisi  papan kayu dimana pembangunannya didanai oleh pemilik tanah setempat dan keluarga Kreczowski yang juga tentunya memiliki kontribusi penting. Ini bermula dimana raja Jan Sobieski III memberikan tanah Kruszniany ini kepada Colonel Samuel Murza Kreczowski.

Dalam Masjid.


Dekorasi dalam masjid.

Masjid ini juga dibangun dengan perpaduan bentuk bangunan antara  Masjid pada  umumnya, Gereja Baroque dan rumah tradisional setempat.  Dikatakan bahwa kemungkinan besar mereka yang membangun Masjid ini  adalah orang  setempat dan dari beberapa desa tetangga yang juga pernah  ikut  membangun gereja St.Ann Orthodox di desa Kruszniany pada tahun  1791.

Pemakaman Muslim di Kruszyniany

sumber foto: google

Pemakaman Muslim ini sudah ada dari abad ke 17 disaat suku Tatar  pertama kali  tiba di desa Kruszniany ini. Karena usianya yang sudah  sangat tua,  beberapa batu nisan sudah tidak bisa terbaca dengan jelas  namun mereka  ditulis dalam bahasa Polandia, Arab dan Rusia.
Saat ini hanya ada 4 kepala keluarga Tatar yang tinggal di desa  Kruszniany kebanyakan dari  mereka sudah berpindah ke kota lain untuk  bekerja dan hidup menetap.



Masjid Bohoniki



Masjid Bohoniki.


Desa Bohoniki juga merupakan salah satu wilayah yang diberikan kepada suku Tatar oleh Jan Sobieski III. Di sinilah kami kembali menginjakkan  kaki untuk mengenal lebih jauh sejarah Islam dan suku Tatar.

Seorang wanita paruh baya datang menghampiri, rupanya Beliau adalah   tour guide kami hari itu. Masjid Bohoniki ini dibangun sekitar   pertengahan abad ke 16. Seperti Masjid Kruszyniany, Bohoniki pada Perang Dunia II juga pernah dijadikan rumah sakit terbuka dan pernah mengalami kerusakan, walaupun tidak separah Masjid Kruszyniany

Kesamaan lainnya dengan Masjid Kruszyniany adalah mimbar yang dibuat  sekitar abad ke 19 dan memiliki empat anak tangga, kemudian bangunan   masjid yang terbuat dari balok dan dilapisi kayu. Tempat shalat wanita   dan pria juga tersedia, perbedaan yang paling menonjol adalah Bohoniki   hanya memiliki satu menara.

Di ruangan pertama dekat pintu masuk ada begitu banyak cinderamata   yang bisa kita beli mulai dari pembatas buku, kalendar, kaos hingga   dompet kecil dengan tulisan Bohoniki ataupun kaligrafi arab. Jika saat   memasuki masjid Kruszyniany kita diwajibkan membayar 4 zl (kurang lebih  Rp. 12.000 / orang) di Bohoniki 3 zl (kurang lebih Rp. 9.000 / orang).

Seperti di Kruszyniany, suku Tatar yang hidup dan menetap di Bohoniki hanya tinggal 4 kepala keluarga. Kebanyakan generasi muda sudah   berpindah ke kota yang lebih besar untuk bekerja.

Pemakaman Muslim di Bohoniki


pemakaman Muslim yang Dibangun pada abad ke 18, pemakaman ini terletak sekitar 400 meter dari desa Bohoniki.

Sepertinya kuburan-kuburan baru sudah mengadopsi pemakaman orang   Polandia  pada umumnya (batu nisan terbuat dari marmer dan posisinya   yang cukup tinggi dan berukuran lebar). Namun ada juga batu nisan yang   sangat tua yang bahkan sudah tidak bisa terbaca.



Saat ini diperkirakan ada kurang lebih 5000 orang Tatar di Polandia.

Secara kasat mata, Islam tidak menonjol di Polandia. Maklum, negeri ini berpenduduk mayoritas Katolik.

Umat Nasrani di negeri asal mendiang Paus Johannes Paulus II itu mencapai 95 persen dari hampir 40 juta penduduk.

Namun Islam telah berada di Polandia sejak 600 tahun silam dan   memiliki tempat dalam sejarah panjang di negeri yang pernah hilang 123   tahun dari peta politik Eropa itu.

Jumlah umat Islam di Polandia berkisar antara 25-30 ribu, umumnya   penganut aliran Sunni, di antaranya sekitar 5.000 orang berdarah Tartar.

Seiring berkembangnya ekonomi, banyak kaum muda yang dinamis pindah   dan menetap di wilayah utara, terutama di Gdansk. Kaum tua Tartar   kebanyakan bertahan di permukiman asli mereka di kota-kota kecil di   sekitar Byalistok.

Tidak banyak terdapat masjid di Polandia, cuma dalam bilangan jari.   Namun seiring dengan berkembangnya jumlah penganut Islam dari Timur   Tengah, Afrika dan Asia Selatan, rumah-rumah ibadah Muslim dalam bentuk  mushalla juga berkembang pesat.

Di kota-kota besar seperti Krakow, Wroclaw, dan Gdansk yang memiliki  masjid, tempat ibadah itu memiliki multifungsi, sekaligus sebagai Pusat  Kebudayaan dan Informasi Islam.

Gdansk menjadi tempat yang khusus karena memiliki menara, meskipun   azan tidak dikumandangkan. Namun, dalam peta Islam kota kecil   Kryszyniany dan Bohoniki, di dekat Byalistok, memiliki tempat khusus   bersejarah, karena di tempat itu terdapat dua mesjid tua yang kurang   lebih sama tuanya dengan yang terdapat di Lithuania maupun Belarus.

Di Wroclaw, menurut Imam Ali Abi Issa yang menjadi Ketua sekaligus   imam pada Pusat Kebudayaan Islam, suasana Ramadhan diisi dengan shalat   tarawih, pengajian, dan shalat Ied bersama umat Islam setempat.

Imam Ali sangat aktif menggerakkan dialog antar-agama, termasuk   antara Islam dan Yahudi berkembang baik. Mayoritas kaum Muslim berasal   dari negara-negara Arab.

TKI yang berjumlah sekitar 15 orang juga sering hadir beribadah di   mesjid. Dewan Kota Wroclaw sangat mendukung keberagaman dan toleransi   yang pada gilirannya akan membentuk citra kota Wroclaw sebagai kota   budaya internasional.

Maklum, Wroclaw ingin mengimbangi kedudukan unggul Krakow sebagai   kota budaya yang banyak menarik wisata dan investasi, dan keduanya   terletak di bagian selatan Polandia.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 31-5-2012 10:11 PM | Show all posts
Sekarang ni, mostly orang Tatar n tinggal di wilayah Tatarstan, Russia di mana mereka merupakan bangsa majoriti di wilayah ni...

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 31-5-2012 10:12 PM | Show all posts
Iedul Fitri 1429 H merupakan kesempatan ketiga berlebaran bagi   penulis sekeluarga selaku Duta Besar Republik Indonesia di Warsawa.   Lebaran yang jatuh hari Rabu, 1 Oktober 2008, berdasarkan pengumuman   dari Masjid Warsawa. Shalat Ied dimulai jam 0900 pagi, dipimpin oleh   Imam Emir Poplawski. Sang imam ini berdarah etnis Tartar, bangsa yang   gagah berani dan telah bermukim di Polandia selama 600 tahun.
Masjid Warsawa yang terletak di daerah pemukiman elit di bilangan   Wilanow di Jalan Wiertnicza dan umat Islam bolehlah berbangga. Di   Polandia tak gampang menemukan masjid. Lebih dari 95 persen rakyat   Polandia beragama Katolik, sisanya Protestan, Ortodoks, Yahudi dan   Muslim.
Kehidupan beragama pada zaman Komunis menjadi pengamatan intelijen,   dan tidak dianjurkan. Pada era keterbukaan, kehidupan beragama menjadi   lebih bergairah, dan Islam semakin berkembang.
Idul Fitri di Byalystok
Ketika Mufti Tomasz Miskiewicz, Ketua Dewan Persatuan Agama Islam   Polandia menyampaikan undangan beridul fitri di Byalystok, wilayah timur Polandia, penulis langsung menyatakan akan datang, bersama isteri.
Tidak saja karena berteman baik dengan Mufti Polandia itu, tetapi   lebih khusus lagi karena Byalistok merupakan kota bersejarah, di mana   selama 600 tahun umat Islam bermukim di kota itu.
Masyarakat Muslim di kota itu adalah keturunan dari prajurit Tartar   yang gagah-berani ketika berperang melawan Kerajaan Tetonik dalam   pertempuran Grunwald di Malbork, utara Polandia pada tahun 1410.
Nenek moyang mereka turut berperang membantu Jan Sobieski, panglima   perang yang kemudian menjadi raja Polandia, melawan pasukan Ottoman   dalam mempertahankan kerajaan Austro-Hongaria sebagai bastion kerajaan   Kristen, pada pertempuran Wina pada tahun 1683, sehingga Sobieski diberi gelar oleh Paus dan pemimpin Eropa sebagai “the Savior of Vienna and   Western European civilization”.
Itulah sebabnya, para pemimpin perang Tartar diberikan gelar   kebangsawanan dan memperoleh tempat khusus di hati rakyat Polandia.   Panglima-panglima perang dan perajurit Tartar juga dengan gagah berani   membela Polandia, tanah air baru mereka, dalam pertempuran menghadapi   serbuan Jerman dan Uni Soviet menjelang Perang Dunia II pada tahun 1939.
Mufti Tomasz selalu diundang oleh Presiden Polandia pada saat   menerima tamu-tamu negara Muslim, dalam kunjungan ke Polandia. Beliau   juga rajin mengunjungi acara-acara resepsi yang diselenggarakan oleh   KBRI Warsawa. Mufti yang juga keturunan Tartar itu berusia 30 tahun,   cukup berwibawa, lulusan Fakultas Hukum di Arab Saudi dan sangat aktif   dalam memajukan masyarakat Muslim di Polandia.
Dia membangun tempat wisata agro di Byalistok, tempat tinggalnya.
Disambut meriah
Setelah menempuh perjalanan dari Warsawa sejauh 200 km diiringi hujan sepanjang hari pada hari Sabtu (4/9), kami tiba di Byalistok berkumpul  dengan sekitar 500 masyarakat Muslim Tartar, tua-muda, termasuk   anak-anak, yang datang dari berbagai penjuru Polandia, dan bahkan dari   luar negeri.
Mereka memadati gedung Pusat Kebudayaan Bialystok, tempat acara berlangsung.
Masyarakat Muslim di Polandia keturunan Tartar menyebut Idul Fitri   sebagai Hari Ramadhan Bayram (Dni Bayram Ramadan), mungkin bayram   diambil dari bahasa Turki yang berarti perayaan. Orang asing yang hadir  barangkali kami dari Indonesia dan Dubes Azerbaijan, yang datang   menyumbang konser lagu-lagu Islam oleh grup kesenian dari negerinya.
Etnis Tartar, sebagaimana saudara-saudara mereka dari Asia Tengah dan Kaukasus, sangat ramah dan bersahabat. Semua hadir mengenakan pakaian   terbaik, berwarna-warni. Sebagian ibu-ibu dan wanita muda berkerudung.
Demikian pula kaum pria Tartar. Kami bertukar salam. Tidak tertinggal kesan, bahwa kakek-moyang mereka adalah pasukan perang berkuda   bersenjata panah dan pedang yang gagah berani. Sayang, cuma dua duta   besar dari negara-negara OKI yang hadir, Indonesia dan Azerbaijan.
Delegasi Indonesia dan Azerbaijan diberi kehormatan untuk duduk di   barisan depan, dan diperkenalkan kepada hadirin sambil mempersembahkan   seperangkat kembang yang indah dan diberi kesempatan berpidato,   memperkenalkan Indonesia, negeri yang jauh dan indah di mana sekitar 220 juta umat Islam di sana juga sedang merayakan Idul Fitri.
Penulis katakan, meskipun berjumlah kecil di Polandia namun jangan   berkecil hati, karena umat Islam Indonesia adalah saudara-saudara   kalian.
Mereka menunggu kedatangan saudara-saudara Muslim dari Polandia.   Sangat ramah, dan mereka memberikan tepukan meriah. Beberapa kaum ibu   berbincang-bincang dengan Ny. Pohan yang senantiasa berjilbab untuk   bertukar informasi mengenai tradisi Idul Fitri di berbagai suku-bangsa   di Indonesia.
Mereka terkesan dengan kemajuan umat Islam di Indonesia dan tradisi   Idul Fitri yang dimulai dengan berziarah ke makam leluhur, makan pagi   dan berdoa bersama keluarga sebelum shalat Ied, dan saling-berkunjung   dan memaafkan, termasuk dengan teman dan tetangga. Suasana Ied   berlangsung selama satu bulan penuh.

Di kota lain
Suasana Idul Fitri juga bergema di kota-kota lainnya seperti Wroclaw, Krakow, Lublin, Poznan dan Gdansk pada pusat-pusat kebudayaan Islam   sekaligus berfungsi sebagai tempat ibadah. Di samping berfungsi sebagai  pusat ibadah, tempat-tempat ini juga bermanfaat untuk dialog dan   pertemuan dengan masyarakat yang ingin tahu tentang Islam serta dengan   penganut agama lainnya untuk menguatkan citra toleransi beragama yang   tinggi di Polandia.
Shalat Ied di Warsawa, misalnya, dilakukan di pagi hari dengan suhu   dingin 10 derajat celsius. Sebagaimana di Indonesia, dilaksanakan dua   rakaat, dan dilanjutkan dengan khotbah dalam bahasa Arab dan Polandia.   Imam fasih berbahasa Polandia karena memang lahir dan besar di Polandia.
Imam mengumumkan, sebelum shalat dimulai, umat dipersilahkan untuk membayar zakat fitrah dan bersedekah.
Jam 8.30 pagi mesjid telah penuh sesak, sekitar 400 jamaah pria dan   wanita dengan ruang terpisah telah mengambil tempat. Ada pula yang   mengabadikan suasana bersukacita itu dengan kamera telepon genggam.
Masjid Warsawa itu terdiri dari dua lantai: wanita beribadah di   lantai atas sedangkan pria di lantai bawah. Sebagian ruangan dijadikan   kantor, dan ruang depan dijadikan toko koperasi yang menjual berbagai   keperluan umat Islam serta makanan kecil halal.
Pada hari-hari kerja, ruangan digunakan untuk pendidikan dan   pertemuan sosial termasuk melayani tamu-tamu yang menginginkan informasi mengenai Islam.
Sudah lama masyarakat Muslim di Warsawa, berkeinginan untuk memiliki  Masjid Raya, khususnya sejak zaman keterbukaan setelah runtuhnya Tembok  Berlin, namun belum terwujud. Apalagi, di beberapa negara Eropa Barat  tidak mudah urusan administratif untuk membuat rumah ibadah Islam,   meskipun di berbagai kota besar Eropa terdapat ratusan ribu jamaah   Muslim.
Ibadah dijalankan di rumah-rumah bahkan di bekas-bekas gudang. Masjid Warsawa itu baru dalam beberapa tahun terakhir berfungsi, karena   sebelumnya merupakan rumah vila yang dibeli umat Islam dari warga   setempat.
Di Polandia sekarang ini, umat Islam bebas menjalankan ibadah tanpa tekanan ataupun diskriminasi.
Menurut Emir Poplawski, imam pada mesjid di Warsawa, Islam tidak   bermasalah dan bahkan disambut baik dengan hak dan kewajiban sosial yang sama dengan warga lainnya. Bahkan, karena peran yang bersejarah,   Konstitusi Mei 1791 mengakui kedudukan etnis minoritas Tartar yang   kebanyakan Muslim dengan posisi menjadi anggota parlemen.
Sumber:
The Tatar Trail – Kruszniany and surruoundings 2009.
http://www.kruszyniany.pl/index.html(Bahasa Polandia)
Reply

Use magic Report

Post time 1-6-2012 02:40 PM | Show all posts
Islam berkembang keseluruh dunia tak kira diceruk mana pun
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

26-1-2025 09:21 PM GMT+8 , Processed in 0.056302 second(s), 21 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list