|
Hik Hik. Perlu ke bagitau gitu.![](static/image/smiley/default/titter.gif)
Apakabar kak niy? Dah breakfast?
Kita baru habis makan cereal. |
|
|
|
|
|
|
|
562# tikusmontok
perlu perlu perlu ![](static/image/smiley/default/titter.gif)
awal pagi lagi kelaparan
dah selamat nasi lemak sebungkus ![](static/image/smiley/default/titter.gif)
<susah betul.. tertinggal henfon kat rumah> |
|
|
|
|
|
|
|
563# niy
sian akak, kalau kite dah berlari balik ambik henpon![](static/image/smiley/default/titter.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
Risaunya kalau takda hp. Rasa macam tertinggal Mykad. ![](static/image/smiley/default/titter.gif)
Ada yang dah dengar lagu mawi dengan diana tu?
Macam tak sesuai suara dia orang. |
|
|
|
|
|
|
|
565# tikusmontok
montok,
nak denagr kat mana ek?
dari ari tu nak denagr, xdengar2 laie... |
|
|
|
|
|
|
|
salam pagi rabu ![](static/image/smiley/default/smile.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
A Marine stationed in Iraq recently received a "Dear John" letter from his girlfriend back home. It read as follows:
Dear Ricky,
I can no longer continue our relationship. The distance between us is just too great. I must admit that I have cheated on you twice, since you've been gone, and it's not fair to either of us. I'm sorry. Please return the picture of me that I sent to you.
Love, Becky
The Marine, with hurt feelings, asked his fellow Marines for any snapshots they could spare of their girlfriends, sisters, ex-girlfriends, aunts, cousins etc. In addition to the picture of Becky, Ricky included all the other pictures of the pretty gals he had collected from his buddies. There
were 57 photos in that envelope....along with this note:
Dear Becky,
I'm so sorry, but I can't quite remember who you are. Please take your picture from the pile, and send the rest back to me.
Take Care, Ricky
![](static/image/smiley/default/titter.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
564# kak_yang
itulah dia
skrang tak sempat
t/hari nanti berlarilah balik ambil henfon ![](static/image/smiley/default/titter.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
571# niy
ari ni membaja. ![](static/image/smiley/default/lol.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
Kasih Seorang Ayah
Sejak dulu, radio merupakan salah satu-satunya teman yang selalu menemani saya ketika sedang mengerjakan tugas, belajar, mahupun bersantai. Tidak pernah bosan rasanya mendengarkan rancangan yang disajikan oleh berbagai stesyen radio.
Pernah pada satu malam dulu di sebuah stesyen, sedang berkumandang rancangan dimana pendengar mengongsi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang pada mulanya tercurah pada tugas-tugas pejabat beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya. Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana. Sejak kecil dia sering dimarahi oleh ayahnya.
Di mata si ayah, tak satupun yang dikerjakan olehnya betul. Setiap hari dia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap sahaja hanya ketidakpuasan si ayah yang didapati. Pada waktu dia berusia 17 tahun, tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar dari mulut ayahnya. Perkara ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya. Gambaran ayah yang melekat dalam dirinya adalah seorang yang pemarah dan tidak memperhatikan dirinya. Akhirnya dia memberontak dan sejak itu setiap hari yang dilalui tidak sepi dengan pertengkaran dengan ayahnya.
Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu meninggal dunia akibat penyakit cancer yang tak pernah dia ceritakan kepada sesiapapun kecuali pada isterinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri wanita itu masih
tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.
Satu hari ketika membantu ibunya mengemas barang peninggalan almarhum, dia bertemu dengan sebuah bungkusan yang dibungkus dengan rapi dan di atasnya tertulis "Untuk Anakku Tersayang". Dengan hati-hati diambilnya bungkusan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku yang telah lama dia idam-idamkan. Di samping kedua benda itu, terdapat sebuah kad ucapan berwarna merah muda, warna kesukaannya. Perlahan dia membuka kad tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya, yang dia kenali pasti sebagai tulisan
tangan ayahnya. "Ya Allah, Terima kasih kerana Engkau mempercayai diriku yang
rendah ini Untuk memperoleh kurnia terbesar dalam hidupku. Ku mohon pada Ya Allah, Jadikan buah kasih hambaMu ini orang yang bererti bagi sesamanya dan bagiMu. Jangan kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang. Berikan pula jalan yang penuh liku dan duri Agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya. Sekali lagi ku mohon Ya Allah, sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempoh. Jadikan ia sesuai dengan kehendakMu. Selamat ulang tahun anakku, Doa ayah selalu menyertaimu".
Meledaklah tangisan si anak selesai membaca tulisan yang terdapat dalam kad tersebut. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dalam pelukan ibunya, ia menceritakan semua tentang bungkusan dan tulisan yang terdapat dalam kad ulang tahunnya. Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahawa ayah memang sengaja
merahsiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan tegas agar si anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu kehilangan ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit yang diderita...
Pada akhir bicara, wanita itu mengingatkan para pendengar agar tidak selalu melihat apa yang kita lihat dengan kedua mata kita. Lihatlah juga segala sesuatu dengan mata hati kita. Apa yang kita lihat dengan kedua mata kita terkadang tidak sepenuhnya seperti apa
yang sebenarnya terjadi. "Kasih seorang ayah, seorang ibu, saudara-
saudara, orang-orang di sekitar kita, dan terutama kasih Allah dilimpahkan pada kita dengan berbagai cara. Sekarang hanya tinggal bagaimana kita menerima, menyerap, mengertikan dan membalas kasih sayang itu", kata wanita tersebut menutup bicara pada malam itu. |
|
|
|
|
|
|
|
salam rabu 23 zulkaedah bro ice, niy, chekshu, kak yang n tikusmontok...emo baca posting bro ice...baru balik dari wisma putra ni kebulur teman..![](static/image/smiley/default/loveliness.gif) |
|
|
|
|
|
|
|
A touching story: say I LOVE YOU
[size=85%]
After 21 years of marriage, my wife wanted me to take another woman out to dinner and a movie. She said I love you but I know this other woman loves you and would love to spend some time with you.
The other woman that my wife wanted me to visit was my MOTHER, who has been a widow for 19 years, but the demands of my work and my three children had made it impossible to visit her, only occasionally.
That night I called to invite her to go out for dinner and a movie.
"What's wrong, are you well," she asked? My mother is the type of woman who suspects that a late night call or a surprise invitation is a sign of bad news.
"I thought that it would be pleasant to spend some time with you," I responded. "Just the two of us."
She thought ! about it f or a moment, and then said, "I would like that very much."
That Friday after work, as I drove over to pick her up I was a bit nervous. When I arrived at her house, I noticed that she, too, seemed to be nervous about our date. She waited in the door with her coat on. She had curled her hair and was wearing the dress that she had worn to celebrate her last wedding anniversary. She smiled from a face that was as radiant as an angel's.
"I told my friends that I was going to go out with my son, and they were impressed, "she said, as she got into the car. "They can't wait to hear about our meeting".
We went to a restaurant that, although not elegant, was very nice and cozy. My mother took my arm as if she were the First Lady. After we sat down, I had to read the menu. Her eyes could only read large print. Half way through the entries , I lifted my eyes and saw Mom sitting there staring at me. A nostalgic smile was on her lips.
"It was I who used to have to read the menu when you were small," she said.
"Then it's time that you relax and let me return the favor," I responded.
During the dinner, we had an agreeable conversation - nothing extraordinary, but catching up on recent events of each other's life. We talked so much that we missed the movie.
As we arrived at her house later, she said, "I'll go out with you again, but only if you let me invite you." I agreed.
"How was your dinner date?" asked my wife when I got home.
"Very nice. Much more so than I could have imagined," I answered.
A few days later, my mother died of a massive heart attack. It happened so suddenly that I didn't have a chance to do anything for her.
Some time later, I received an envelope with a copy of a restaurant receipt from the same place mother and I had dined.
An attached note said: "I paid this bill in advance. I wasn't sure that I could be there; but nevertheless, I paid for two plate s - one for you and the other for your wife. You will never know what that night meant for me. I love you, son."
At that moment, I understood the importance of saying in time: "I LOVE YOU!" and to give our loved ones the time that they
deserve. Nothing in life is more important than God and your family. Give them the time they deserve, because these things cannot be put off till some other time . |
|
|
|
|
|
|
|
ayooo..ofis gue ada tsunami...pompuan vs pompuan tarik2 rambut..ganeh betoi pompuan ni |
|
|
|
|
|
|
|
577# icelemontea
![](static/image/smiley/default/cry.gif) ![](static/image/smiley/default/cry.gif)
(x terkata...) |
|
|
|
|
|
|
| |
|