|
Reply #37 dCrook's post
Liquid bro.
"Sejak beberapa tahun lalu, lanjut Yus, peneliti Lapan juga telah mengembangkan bahan bakar propelan cair yang baru mencapai bobot 10 kg. Masih diperlukan waktu lama untuk sampai pada kapasitasnya untuk mendukung roket pengorbit satelit."
[ Last edited by malon at 20-3-2009 13:19 ] |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #36 dCrook's post
Harusnya Indonesia sudah mampu membuat SLV sendiri tapi sayang ketika Soekarno di kudeta program roket ini tak dilanjutkan lagi oleh Soeharto, dan akhirnya China, India, Pakistan, Iran mampu melewati Indonesia. Menyedihkan memang..
***
"Sebenarnya teknologi pembuatan Rudal atau roket di Indonesia sudah dirintis sejak awal tahun 1960 an". Indonesia termasuk negara kedua di Asia dan Afrika setelah Jepang yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri", yaitu roket Kartika 1 pada tanggal 14 Agustus 1964. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari bantuan teknis dari negara Uni Sovyet yang saat itu memang paling unggul di bidang teknologi Rudal atau roket.
Pada tanggal 14 Agustus 1964, roket kebanggaan Indonesia Kartika 1 dengan berat 220 kg berhasil diluncurkan dengan sukses dari stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, berselang kemudian dilanjutkan dengan peluncuran Kartika 2. Tidak banyak diketahui publik, bahwa keberhasilan peluncuran roket tersebut merupakan hasil kolaborasi atau kerjasama Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) AURI, Instansi LAPAN dan Perguruan Tinggi ITB.
Bahkan kalau kita datang ke Skuadron Udara 7 Kalijati (Lanud Surya Dharma) dapat ditemukan Rudal SAM milik Uni Sovyet yang sudah diurai sebagai bahan latihan praktek perwira Angkatan Udara kecabangan roket. Rudal yang berhasil diurai tersebutlah yang menjadi cikal bakal atau embrio pembuatan Roket Kartika 1 dan 2. Namun sangat disayangkan program perintisan Rudal di Indonesia tersebut berhenti dan tidak dapat dilanjutkan kembali"
[ Last edited by malon at 20-3-2009 13:35 ] |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #39 edmundo's post
Thanks boss, nanti gue update lagi beritanya. Rencananya kalau tak ada halangan bulan mei tahun ini LAPAN akan test/uji terbang roket RX-420. |
|
|
|
|
|
|
|
Roket ni dah sampai ke Angkasa ke belum..ke masih dalam percubaan..kalau tak silap...2-3 tahun lepas China ade lancarkan peluru berpandu dikhususkan untuk tembak satelit China kat ANgkasa(satelit yg dah tak pakai-NASA pun ade komplen pasal ni..Satelit yg tak pakai terlampau banyak di angkasa)...lepas China berjaya lancar peluru berpandu ni..Amerika semakin goyah masa tu..sebab peluru berpandu CHina boleh pergi hingga angkasaraya... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #44 revolusi_30's post
Kalau mengikut jadwal, tahun 2014 baru mengangkasa.
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by malon at 20-3-2009 14:49
Kalau mengikut jadwal, tahun 2014 baru mengangkasa.
http://i305.photobucket.com/albums/nn206/fcaesarn/untitled.jpg
Lambat lagi la..seelok2nya joint venture ngan China..ambil teknologi mereka...sebab mereka dah buat Peluru Berpandu Untuk Tembak Satelit di Angkasa... |
|
|
|
|
|
|
|
ICBM??? |
|
|
|
|
|
|
|
Indon bila dah ada teknologi ni pastu bila dah sempurna dan boleh plak mana tau support nuclear then wat next still nak "ganyang" sedara seberang lagi ke?? |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #47 adin's post
Thanks boss udah mampir ke thread gue.. Salam untuk keluarga di rumah. |
|
|
|
|
|
|
|
Anak Bangsa di Balik Peluncuran Roket Prestisius di Bumi Indonesia
Para anak bangsa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang membuat proyek prestisius: roket pengantar satelit (RPS). Sesuai namanya, roket itulah yang akan mengantarkan satelit ke orbit. Kalau sukses, Indonesia masuk jajaran negeri elite di teknologi antariksa.
FAROQ ZAMZAMI, Jakarta
SEPINTAS jika melihat namanya, Pusat Teknologi Wahana Dirgantara (Pustekwagan), tentu orang akan membayangkan fasilitas menuju tempat penelitian dan pengolahan roket itu akan memadai. Namun, kenyataannya, pusat riset di Desa Mekarsari, Rumpin, Kabupaten Bogor, itu lokasinya sangat terpencil.
Tidak hanya itu, jalan menuju pusat teknologi tersebut juga sudah rusak parah. Kondisi itu terlihat ketika memasuki Kecamatan Rumpin. Hampir seluruh badan jalan berlubang dan aspalnya terkelupas. Maklum, ruas jalan tersebut digunakan untuk lalu lintas truk pengangkut material bangunan.
Di tengah lingkungan seperti itulah, para ilmuwan dari lembaga yang berada di bawah Lapan, termasuk Dr Rika Andiarti, kepala Bidang Kendali Lapan, bekerja mengembangkan roket temuannya, RPX 420, yang rencananya diluncurkan dua bulan mendatang.
"Saat ini Lapan memang sedang memiliki program besar. Yakni, meluncurkan satelit dari bumi Indonesia," kata Rika Andiarti kepada IndoPos (Jawa Pos Group) dengan bersemangat.
Wanita berjilbab itu lalu menjelaskan tahap-tahap pembuatan roket RPX 420 yang menurutnya merupakan roket terbesar yang pernah dibuat Lapan. "Roket itu diperkirakan memiliki berat 1 ton," kata wanita berkacamata yang hari itu mengenakan jilbab warna hitam tersebut.
Sembari menjelaskan, doktor lulusan Ecole Centrale de Nantes, Prancis, itu menunjukkan buku catatan yang berisi gambar tentang rangkaian roket dan hitung-hitungan daya jangkaunya. Untuk menerbangkan satelit, kata dia, dibutu*kan roket yang mampu menjangkau ketinggian 300 kilometer dari permukaan bumi. Sebab, pada ketinggian itulah satelit bisa mengorbit.
"Yang sedang kami kembangkan adalah roket RX 320 dan RX 420. Gabungan roket itu kami beri nama RPX 420," kata Rika.
Meski belum bisa dilakukan di negeri sendiri, wanita kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 30 Januari 1967, itu mengakui bahwa pemerintah Indonesia sudah sering meluncurkan satelit. Tahun lalu, misalnya, pemerintah bekerja sama dengan Jerman meluncurkan satelit dengan nama Lapan-Tubsat. Yakni, kerja sama antara Lapan dengan Technische Universitat Berlin (Universitas Teknik Berlin).
Satelit Lapan-Tubsat itu berbentuk kotak berberat 57 kilogram dengan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter. Satelit itu bertugas memantau kabakaran hutan, banjir, dan gunung berapi di wilayah Indonesia.
Ibu dua anak itu menjelaskan, RX 320 memiliki diameter 32 sentimeter, sedangkan RX 420 memiliki diameter 42 sentimeter. Roket yang sudah diujiterbangkan adalah RX 320. Saat itu dua roket RX 320 diujiterbangkan di Garut, Jawa Barat. Hasilnya, sangat memuaskan alias sesuai yang diinginkan. Sedangkan RX 420 baru dilakukan uji statis di lingkungan Pustekwagan. Uji statis juga menunjukkan hasil positif. Salah satu indikatornya adalah motor roket tidak meledak.
Sementara itu, rencana uji terbang roket pada Mei nanti terdiri atas gabungan RX 320 dan RX 420. Komposisinya, tiga rangkaian RX 420 dan satu RX 320. Skenarionya, tiga RX 420 berada di bagian bawah dan RX 320 yang di atas. Roket itu akan membawa satelit berukuran kecil atau nanosatelit. Berat satelit tak lebih dari 5 kilogram.
Dari perhitungannya, jika dilontarkan dengan sudut elevasi 70 derajat, RX 420 akan memiliki daya jangkau 105 kilometer dengan ketinggian 50 kilometer. Jika sudut elevasinya 60 derajat, daya jangkaunya adalah 95 kilometer dengan ketinggian 45 kilometer.
Bagaimana kalau diluncurkan dengan posisi tegak lurus? "Roket tak pernah diterbangkan dengan sudut elevasi 90 derajat. Pasti akan jatuh kembali di tempat awal roket diterbangkan," katanya lantas tersenyum.
Rangkaian tiga roket RX 420 dan RX 320 diharapkan mampu menjangkau ketinggian 300 kilometer. Tak hanya mencapai target ketinggian yang ditetapkan, Lapan juga berharap roket tersebut memiliki kecepatan 7,7 kilometer per detik. Dengan posisi tersebut, satelit akan mampu bekerja.
Sudah cukup? Walaupun jangkauan sudah sesuai keinginan, pihaknya juga sedang mengkaji kemampuan satelit ketika berada di angkasa. Untuk itu, pihaknya akan memberi sistem pemindai elektronik dan beberapa sensor pada roket. Yakni, sensor percepatan, GPS, dan lain-lain. "Alat-alat itu akan membaca ketinggian dan perilaku roket saat terbang," katanya.
Dengan sistem seperti itu, lanjut Rika, roket tak hanya sampai ke orbit, tapi juga mampu mengirim pesan-pesan yang diinginkan ke bumi.
Rika mengakui, kemampuannya membuat roket murni didapat dari mempelajari berbagai literatur. Sangat tidak mungkin belajar membuat roket dari negara lain. Sebab, sekitar 34 negara yang menguasai teknologi ini di forum Missile Technology Control Regime (MTCR) cenderung mempertahankan eksklusivitas mereka. Teknologi roket antariksa sangat mudah diubah menjadi rudal balistik (peluru berpandu).
"Saya belajarnya, ya text book. Kalau saya belajar di luar negeri, pasti nggak boleh lagi balik ke Indonesia," katanya lantas tertawa.
Selama menjadi ilmuwan di Pustekwagan, Rika sudah menghasilkan ratusan roket. Mulai yang berdiameter kecil hingga yang besar.
Berapa dana yang dibutu*kan untuk membuat RPX 420? Menurut warga Vila Serpong, Tangerang itu, biayanya bergantung pada besar kecilnya roket. "Kalau untuk RPX 420, berapa dananya saya belum tahu. Banyak komponen yang dihitung," katanya.
[ Last edited by malon at 20-3-2009 22:05 ] |
|
|
|
|
|
|
|
Seperti Rika Andiarti, Drs Sutrisno MSi juga ikut sibuk dengan para anggota pembuat roket lain di Lapan. Walaupun tampak lelah, pria berkacamata itu bersemangat menjelaskan proses pembuatan roket RPX 420. Kata dia, roket yang saat ini dikerjakan ilmuwan Pustekwagan itu adalah proyek besar. Dengan bobot sekitar 1 ton, itu roket terbesar yang pernah dibuat Lapan.
"Kebetulan kami baru selesai rapat penting membahas pengerjaan roket juga," kata Sutrisno dengan ramah.
Dalam proses pembuatan roket, jelasnya, setidaknya ada lima disiplin ilmu yang saling terkait. Yakni, bidang proporsi, propelan, struktur, kendali, dan pengujian. Bidang propelan yang dia geluti kebagian tugas membuat propelan dan insulansi sistem penyalaan.
Ayah dua anak itu mengaku harus menyiapkan sendiri propelan yang akan digunakan. Mulai proses awal, yakni mencampur adonan, hingga sudah menjadi propelan padat yang siap menerbangkan roket.
Dalam pengerjaan bahan bakar tersebut, Kepala Bidang Propelan Pustekwagan dibantu sedikitnya 36 pekerja. "Semua kita yang kerjakan. Mulai awal hingga akhir," katanya.
Untuk menerbangkan satu roket RX 420, kata dia, sedikitnya dibutu*kan 600 kilogram propelan padat. Bahan bakar seberat ratusan kilogram itu mampu menerbangkan satu roket RX 420 dengan panjang 3,7 meter. Perhitungannya, jika dilontarkan dengan sudut elevasi 70 derajat, roket punya daya jangkau 105 kilometer dengan ketinggian 50 kilometer.
Alumnus S-2 Materials Science Universitas Indonesia, Jakarta, itu menjelaskan, diperlukan lima komponen penting pada motor roket pengantar satelit. Yakni, tabung motor roket. Tabung itu biasanya terbuat dari aluminium atau steel. Komponen kedua adalah cap, tutup roket bagian atas. Selanjutnya nozzle yang menghasilkan gaya dorong dan sistem penahan panas atau insulansi. Terakhir komponen penyala yang ada pada bagian dalam motor roket.
Sejauh ini roket-roket yang dihasilkan Lapan digunakan untuk kepentingan sipil serta pengusahaan teknologi roket. Sebab, penggunaan roket diidentikan untuk dua hal. Yakni, untuk kepentingan sipil dan perang (pertahanan).
Bagaimana jika nanti roket buatan Lapan justru digunakan untuk berperang? Pria yang meraih gelar S-1 dari Jurusan Kimia Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta, itu menilai tidak terlalu mempermasalahkan. Asal berperang untuk kedamaian dan demi kepentingan negara.
"Roket itu kan seperti pisau, bergantung pada siapa yang memegang. Kalau ibu-ibu yang memegang, tentu akan digunakan untuk alat memasak," katanya lantas tertawa. (el)
Sumber:Jawa Pos
Jumat 20 Maret 2009 |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #49 Gess's post @ Reply #50 JohnDeSouza's post
Makasih boss, Malaysia juga bisa kalau mau (punya niat). |
|
|
|
|
|
|
|
nak tanya Malon, Rudal dan Roket tu benda yang sama ke? Rudal tu apa maksudnya? |
|
|
|
|
|
|
|
Malaysia pernah melancarkan 2 buah roket mini pada tahun 1990an,sebagai ujikaji kstabilan pelancaran.Kalau tak silap saya ujian tersebut dijalankan oleh 2 pakar dari Universiti Putra Malaysia.Mungkin ramai orang yg tidak perasan kerana menyangka ujiaan tersebut adalah ujian peluru berpandu atau roket biasa oleh angkatan tentera.Ujian tersebut dianggap berjaya bila roket tersebut berjaya meluncur hingga diperingkat lapisan ozon.
Kalau tak silap saya Indonesia juga pernah menghasilkan Jet Pejuang dan Kapal Selam mini.Mungkin Saudara Malon boleh ceritakan sedikit. |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #56 sayapghaib's post
aku rasa diorang pernah hasilkan pesawat pengangkut.. jet pejuang blom lagi, tapi tak salah aku ade company sana yang tawarkan kat pemerintah diorang indegenous trainer aircraft |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #57 dCrook's post
Ada pesawat CN 212 Aviocar dan CN235.....tapi design sebenarnya dari Sepanyol...ala macam kita punya Proton la, design Mitsubishi..... |
|
|
|
|
|
|
|
Reply #57 dCrook's post
Betul boss.
Reply #58 alphawolf's post
Yup, ini juga betul.. Sebenarnya ada pesawat buatan Indonesia asli, N-250. Sydah sempat terbang di tahun 1995 (lupa) tapi sayang ketika Indonesia kena krisis moneter di tahun 1997 dan Indonesia meminta bantuan IMF lalu IMF melarang Indonesia mensubsidi IPTN hingga akhirnya IPTN hampir bankrupt dan melupakan project N 250.
Country of origin
Indonesia
Click here for full size photo!
Click for large version.
Photo |
|
|
|
|
|
|
|
ROKET BUAT NEMBAK TIKO BERAK DI SUNGAI TUH..
MALON = MALAYSIA LONTE |
|
|
|
|
|
|
| |
|