|
WAHABI & ANCAMAN TERHADAP ASWJ (merged topics abusyafiq)
[Copy link]
|
|
Originally posted by vato at 15-12-2006 01:46 AM
Good...Love you too!!:nerd:
Cool, so we agree to disagree no. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by houriyyah_abed at 15-12-2006 12:54 AM
Cool, so we agree to disagree no.
I just agree to whatever things that I think logics and facts. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by abu_syafiq at 14-12-2006 05:16 PM
Mengenai terjemahan silap dalam ayat "Arrohman 'ala 'asryi istawa" walaupun ia datang dari mana-mana pihak sekali pun JAKIM atau mana mana jabatan mufti sekiranya ia silap maka perlu diperbetulkan.
minta syafiq terjemahkan di bawah dgn betul sbb jakim punya translation salah:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Ia bersemayam di atas Arasy; Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras, dan matahari, bulan serta bintang-bintang, tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, kepada Allahlah urusan mencipta dan memerintah. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by yahya at 14-12-2006 17:54
Bagi ana, Wahabi adalah penerus Khawarij dalam mengkafirkan sesama Muslim.
Dari Wahabi, baik ana masuk Syiah.
tapi pak Ya.. Abu Shafiq kata cam ni lak
Originally posted by abu_syafiq at 14-12-2006 17:16
Tidak lupa juga bahaya Syiah walaupun bilangannya tidak seramai Wahhabi di Nusantara ini perlu juga Syiah dihindari....
Alah mana satu paling tepat ni.. Aku suka knowledge Pak Ya tapi tak boleh menafikan keilmuan Abu Shafiq, dulu Ilmiahnya Sheir Ali pun aku tertarik gak... akhirnya aku pun pening.... Owh inilah perbezaan mazhab dalam Islam tu yang orang kata bawa rahmat tu aganyer yer...
[ Last edited by jingaros at 15-12-2006 10:05 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Assalamu'alaikum sahabat islam seaqidah semua.
Dari segi ilmiah islamiahnya ...Wahhabi sememangnya sering menuduh sesiapa sahaja yag menentangnya dianggap sebagai sesat dan kafir.
Assalamualaikum warahmatullah,
Senangnye akhirnye Akhil karim Abu Syafiq ni reply juge. Masha Allah akhi, semoga antum baik-baik dan sehat wal afiyat dalam iman dan taqwa, amin.
Mengenai tuduhan kafir-mengkafirkan ini...cobalah beri kami bukti, mana ada ulama salafy yang menuduh si ini si itu kafir, MANA? Cobalah antum pastekan disini fatwa dari ulama salafy yang menuduh orang kafir sesedap mereka ajee. Naah...ini ana ada penjelasan tentang "SIAPA yang kafir itu dan siapa yang bukan? BOlehkah kita asal menuduh orang tuu kafir?" Naah cobalah tuan Abu Syafiq baca pemahaman salafy mengenai topic "KAFIR" ini...tafadhol di baca kalau memang mencari kebenaran.
BENIH TAKFIR DALAM TUBUH UMAT
Oleh
Syaikh Abu Usamaha Salim bin Ied Al-Hilali
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2
Semoga Allah menjadikan pertemuan ini, pertemuan yang diberkahi, mendorong penyebaran ilmu yang murni, penyebaran Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan manhaj Salafush Shalih, generasi yang datang setelah Nabi, dan membawa agama ini dengan amanah, antusias dan ketegaran.
Topik pembicaraan kami, (ialah) seputar fitnah ghuluw dalam takfir, bahayanya terhadap umat dan pengaruh destruktifnya di masyarakat lokal maupun internasional.
Definisi takfir, yaitu memvonnis atau mensifati seseorang dengan kekafiran, atau mensifatinya dengan hukum kafir ; baik dengan alasan yang benar ataupun tidak. Karena itu, saya tegaskan bahwa takfir merupakan hukum syarâ?™i. Ia merupakan wewenang Allah dan RasulNya. Tidak boleh kita meniadakan atau menolaknya. Sebab, takfir merupakan hukum syarâ?™i ; ada orang yang bisa dikafirkan (dan) ada juga yang terjerumus dalam perbuatan takfir.
Tetapi masalahnya bukan pada persoalan di atas, namun terletak pada sikap ekstrim dalam takfir (mengkafirkan) dan mengeluarkan takfir itu dari kaidah yang telah ditetapkan Allah dan Rasulullah.
Karena itu, ada orang yang boleh dikafirkan, ada juga yang tidak boleh untuk dikafirkan. Dalam permasalahan ini, Ahlus Sunnah bersikap tengah-tengah antara dua golongan. Golongan yang mengabaikan hak Allah dalam masalah takfir ini, dengan golongan ekstrim menempatkan takfir bukan pada porsinya.
Ulama mengklasifikasikan kekufuran menjadi dua katagori :
Pertama : Kufur akbar yang mengeluarkan (manusia) dari Islam.
Kedua : kufur ashgar, tidak mengeluarkan dari Islam, meskipun diistilahkan kufur.
Dalam masalah pembagian kufur ini, ada keterangan paling mewakili, yaitu yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnul Qayim dalam kitabnya yang agung Ash-Shalah. Beliau menuturkan, kufur terbagi (menjadi) dua jenis, (yaitu) kufur yang mengeluarkan dari agama. Beliau menerangkan kufur ini berlawanan dengan iman dalam semua aspek. Maksudnya, ketika ada seseorang yang melakukannya, maka imannya akan hilang. Misalnya mencaci Allah, memaki NabiNya Shallallahu â?˜alaihi wa sallam, menyakiti Nabi, bersujud kepada kuburan dan patung, melemparkan mushaf ke tempat kotor, atau contoh-contoh serupa lainnya yang telah dipaparkan para ulama. Orang yang terjerumus dalam perbuatan-perbuatan ini dihukumi sebagai kafir. Hujjah harus ditegakkan kepadanya (artinya, ia harus diingatkan dengan hujjah,-red), sampai syarat-syarat takfir terpenuhi dan segala penghalang kekafiran hilang. Jika hujjah sudah ditegakkan kepadanya oleh orang yang mempunyai kewenangan untuk itu atau oleh wakilnya, sedangkan ia tetap menolak, maka baru divonis sebagai kafir.
Jenis kedua, yang tidak mengeluarkan dari agama. Namun syariâ?™at Islam menyebutkannya sebagai tindakan kekufuran, seperti perbuatan-perbuatan maksiat. Contohnya termaktub dalam beberapa hadits.
�Artinya : Mencaci orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kufur� [Hadits Riwayat Bukhari No. 48, Muslim No. 64]
�Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan menyebut nama selain Allah, maka ia kafir atau musyrik� [Hadits Riwayat Tirmidzi]
�Artinya : Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalkau, yaitu sebagian kalian membunuh yang lain� [Hadits Riwayat Bukhari No. 121. Muslim No. 65]
Begitu juga, Rasulullah Shallallahu â?˜alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang meninggalkan shalat dengan sebutan kufur. Demikianpula firman Allah.
�Artinya : Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum Allah, maka ia termasuk orang-orang yang kafir� [Al-Ma�idah : 44]
Ini adalah contoh-contoh kufur ashghar yang tidak mengeluarkan dari agama, dengan syarat tidak menganggapnya sebagai perbuatan yang halal. Jika meyakini perbuatan maksiat ini halal, maka ia telah keluar dari Islam, murtad dan menjadi kafir. Ini adalah istihlal qalbi (penghalalan secara hati).
Berikutnya, pembicaraan kita tentang masalah ini, yaitu tentang orang-orang yang berlebihan-lebihan dalam takfir, menjadikan perbuatan yang tidak mengeluarkan dari agama, sebagai perkara yang mengeluarkan dari Islam. Dari sinilah fitnah terjadi. Dan ini merupakan fitnah pertama yang terjadi di dalam Islam, di tangan-tangan orang Khawarij yang dinyatakan oleh Nabi sebagai anjing-anjing neraka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.
Pada waktu itu, pembesar mereka menantang Rasulullah Shallallahu �alaihi wa sallam, tatkala Belaiu membagi rampasan perang di Hunain dengan memberikannya kepada orang-orang yang muallaf dan tidak memberikan kepadanya sedikitpun. Pemimpin mereka itu mengatakan : �Bersikap adillah, wahai Muhammad! Sesungguhnya pembagian yang engkau lakukan ini tidak dimaksudkan untuk mencari wajah Allah�. Maka Nabi Shallallahu �alaihi wa sallam menjawab : �Celaka engkau. Siapa lagi yang akan berbuat adil kalau aku tidak berbuat adil? Sesungguhnya aku orang yang paling mengenal Allah dan paling bertawqa kepadaNya� [Hadits Riwayat Bukhari]
Dari sikap yang ditujukan oleh laki-laki penentang Rasulullah tersebut, terlihat dengan jelas faktor-faktor yang mendorong mereka ke dalam sikaf takfir (mengkafirkan orang).
[1]. Mereka menjadikan himpitan sosial, politik atau ekonomi sebagai sarana untuk keluar dari prinsip-prinsip pemahaman Islam dan memberontak kepada penguasa kaum Muslimin.
[2]. Kelancangan mereka terhadap Waliyul Amr. Kelancangan itu ditunjukkan oleh pimpinan mereka terhadap Nabi Shallallahu â?˜alaihi wa sallam.
Dalam sebuah hadits shahih dalam Musnad (disebutkan). �Suatu hari Nabi melewati orang ini dalam keadaan sujud. Maka beliau menghampiri para sahabatnya. Beliau berkata : �Siapa yang mau membunuhnya ?� Abu Bakar mengiyakan, lalu bangkit dengan pedang terhunus. Kemudian beliau menghampiri orang itu, belaiu mendapati sedang sujud. Maka beliaupun kembali (tidak membunuhnya) seraya berkata :�Ya Rasulullah, bagaimana aku membunuh yang mengucapkan laa illaha illa Allah?�. Demikian juga yang dilakukan Umar. Kemudian Ali menyanggupinya, beliau bergegas ke sana, tapi orang tersebut sudah tidak ada lagi. Kemudian. Beliau bersabda : �Seandainya ia berhasil dibunuh, tentu tidak akan ada lagi dua orang yang berselisih di antara umatku�.
Jadi, benih-benih takfir tumbuh dari golongan Khawarij, dan ini merupakan fitnah yang pertama kali terjadi dalam Islam, dan akan terus berlangsung sampai akhirnya Dajjal bergabung dengan pasukan mereka.
Apa yang diperintahkan Nabi pun terjadi. Fitnah Khawarij merangsek. Dan hasil pertama yang menjadi akibatnya, ialah yang dialami Khalifah ketiga Utsman Asy-Syahid yang mendapat jaminan syurga. Orang-orang Khawarij dengan provokasi dari Yahudi, memberontak kepadanya dan berhasil mengepung, dan membunuh Khalifah Utsman Radhiyallahu â?˜anha. Kemudian mereka memobilisasi pasukannya untuk memberontak kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu â?˜anhu. Akan tetapi Ali memerangi, membunuh dan menghabisi mereka sampai akarnya. Sedikit pun tidak tersisa, kecuali sembilan orang saja, sebagaimana dipaparkan buku-buku sejarah. Sembilan orang ini menyebar ke seluruh penjuru dunia. Menyebar pula fitnah Khawarij bersama mereka, membawa pemikiran takfir, petumpahan darah dan pembunuhan. Sungguh benar sabda Nabi, mereka adalah duri buat Islam. Mereka tidak mengusik orang-orang kafir, tetapi justru memerangi umat Islam.
Demikianlah, fitnah ini menghasilkan pertumpahan darah, menciderai kehormatan serta perusakan. Dan ini terjadi di negari-negeri Islam.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta] |
|
|
|
|
|
|
|
Mufti Melaka:
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah. Salawat dan salam ke atas Rasulullah S.A.W.
Firman Allah Ta'ala yang bermaksud "Sesungguhnya Tuhan kamu itu Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy".(Al-A'raf :54).
Rasulullah SAW pernah mengajukan pertanyaan kepada seorang budak perempuan milik Mua'wiyah bin Al-Hakam As-Sulamy sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya yaitu Mu'awiyah :
Artinya :
"Beliau bertanya kepadanya : "Di manakah Allah ?. Jawab budak perempuan : "Di atas langit. Beliau bertanya (lagi) : "Siapakah Aku ..?". Jawab budak itu : "Engkau adalah Rasulullah". Beliau bersabda : "Merdekakan ia ! .. karena sesungguhnya ia mu'minah (seorang perempuan yang beriman)".
Beriman kepada Allah Ta'ala adalah satu daripada rukun iman yang enam yang wajib tetap dalam hati seseorang tanpa becampur syak dan keraguan.Beriman dengan kewujudan Allah Ta'ala ialah dengan mengiktiqadkan Allah dengan iktiqad (pegangan) yang jazam (pasti dan tetap) bahawa Allah Ta'ala yang mencipta dan mentadbir semua benda dan perkara dalam alam ini (rububiyyah), Dialah yang berhak disembah (uluhiyyah), Dia memiliki nama-nama yang agung (asma' al-Jalal)dan mempunyai segala sifat kesempurnaan (sifat al-Kamal) dan Maha Suci dari sifat-sifat kekurangan (Asma' Allah dan sifat-sifatnya).
Kewujudan Allah Ta'ala bukanlah sebagaimana kewujudan alam yang huduth (baharu) yang menerima perubahan, permulaan dan kesudahan, kerana zat dan sifat Allah adalah qadim (tiada permulaan) dan baqa' (tiada kesudahan).
Bagi menjawab persoalan di mana Allah Ta'ala, berbalik kepada dalil al-Qur'an dan Hadith di atas dapatlah dinyatakan bahawa Allah Ta'ala istawaa di atas 'arasy-Nya yang tinggi (Dzat Allah istiwaa/bersemayam di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran-Nya, sedangkan ilmu-Nya berada dimana-mana/tiap-tiap tempat tidak satupun tersembunyi dari pengetahuan-Nya).Imam Malik apabila ditanya "Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy ?. Beliau menjawab :
Artinya :
"Istiwaa itu bukanlah sesuatu yang tidak dikenal (yakni telah kita ketahui artinya), tetapi bagaimana caranya (Allah istiwaa) tidaklah dapat dimengerti, sedang iman dengannya (bahwa Allah istiwaa) wajib, tetapi bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah".
Wallahu Tabaraka Wata'ala a'lam.
http://media.mmu.edu.my/mufti/jawapan/baca.php?id=225 |
|
|
|
|
|
|
|
Abu Syafiq said: Lihat saja perbincangan mengenai kesesatan Wahhabi telah dicuba oleh puak Wahhabi menutup pandangan orang ramai dengan membuka isu Syiah.
Kalau nak dibandingkan bahaya Syiah dengan bahaya golongan Wahhabi ini maka kita akan dapati bahawa Wahhabi lebih bahaya dan terpesong dari ajaran
Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Kewujudan Wahhabi di bumi malaysia dan indonesi tersebar luas dengan riyal yang dikurniakan kepada mereka bagi menyesatkan lagi umat islam di rantau ini. Tidak lupa juga bahaya Syiah walaupun bilangannya tidak seramai Wahhabi di Nusantara ini perlu juga Syiah dihindari.
Assalamualaikum,
Antum orang malaysia right, dan ana orang Indonesia. Jike ana katakan ANA lebih tahu tentang Malaysia daripada antum, apa orang di forum ini bisa menerima> Tentu TIDAK, tentu antum lebih tahu tentang Malaysia daripada ana, sepakat tak nii akhi? naah begitu juge tentang Wahabi nii (now tak usah lah kite panggil wahabi, karena dah ana jelaskan, dan houriyahabed juge telah menjelaskan bahwa Wahabi ini adalah panggilan buatan musuh-musuh Islam, yang benar adalah "SALAFY". Ape antum mau bergabung dengan mush Islam dan turut memanggil Wahaby?") Tentu Ana yang berpahaman "Salafy" LEBIH tahu dari antum, is that right? Quran bilang "Fas'alu ahlud dhikri inkuntum laa ta'lamuun". Tanyalah kepada ahli ilmu jike kamu tidak mengetahui". Naah kewajiban antum wahai Abu Syafiq, ADALAH tabayyun dan bertanya "Apa benar wahaby itu perpahaman seperti ini? Apa benar Wahaby itu berkata demikian? Apa benar Wahaby melakukan ini?" NAAH itulah kewajiban kita sebagai muslim, TABAYYUN.
Misal ada orang yang menuduh si Abu Syafiq ini suka gosip. Lalu ana sebarkan kepada khalayak ramai "HOOOII si abu syafiq niii tukang gosip, berhati=hatilah kepadanya". Apakah antum wahai Abu Syafiq bisa menerimanya? Tentu tidak, tapi Islam mengajarkan kita UNTUK bertabayyun "clarification". Tanya kepada orang yang berpahaman SALAFY tentang apa itu salafy. Dan Apa sebenarnya Wahabi yang banyak di tuduh sesat orang-orang tuu. BEGITULAH yang BENAR. Ini juge nasihat untuk semua dan bukan kepada abu Syafiq ajee, insha Allah.
Naah...untuk menjawab comment Abu Syafiq di atas, wajiblah kite mengetahui dulu, APA ITU SALAFY right. Baru abis itu kita bandingkan (compare) dengan Syiah (Atau para ulama lebih suka memanggil mereka Rafidhah. Silakan membaca penjelasan di bawah ini, APA ITU SALAFY.
MENGAPA HARUS SALAFI?
Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah ditanya : "Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam ..?"
Jawaban.
Sesungguhnya kata "As-Salaf" sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syariat Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari'atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radyillahu 'anha :
"Artinya : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik "As-Salaf" bagimu adalah Aku".
Dalam kenyataannya di kalangan para ulama sering menggunakan istilah "As-Salaf". Satu contoh penggunaan "As-Salaf" yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid'ah :
"Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang Salaf".
"Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf".
Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istillah Salaf karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata : "Seorang muslim tidak boleh mengatakan "saya seorang Salafi". Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak boleh mengikuti Salafus Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun ahlaq".
Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekwensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafus Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya". (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, Muslim).
Maka tidak boleh seorang muslim berlepas diri (bara') dari penyandaran kepada Salafus Shalih. Sedangkan kalau seorang muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafus Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmupun menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.
Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih ..?. Bisa jadi ia seorang Asy'ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi'i, Maliki atau Hambali semata yang masih masuk dalam sebutan Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy'ari dan pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa penisbatan-penisbatan kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak diingkari ..?
Adapun orang yang berintisab kepada Salafus Shalih, dia menyandarkan diri kepada ishmah (kemaksuman/terjaga dari kesalahan) secara umum. Rasul telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiah yaitu komitmennya dalam memegang sunnah Nabi dan para sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang dengan manhaj Salafus Shalih maka yakinlah dia berada atas petunjuk Allah 'Azza wa Jalla.
Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan jalan menuju "Firqah Najiyah". Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi orang yang menisbatkan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara :
Pertama.
Menisbatkan diri kepada pribadi yang tidak maksum.
Kedua.
Menisbatkan diri kepada orang-orang yang mengikuti manhaj pribadi yang tidak maksum.
Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan Ishmah para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap sunnahnya dan sunnah para sahabat setelahnya.
Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah selaras dengan manhaj para sahabat, sehingga tetap dalam naungan Ishmah (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Mengapa sandaran terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah belum cukup ..?
Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya dengan dalil syar'i dan fenomena Jama'ah Islamiyah yang ada.
Berkenan Dengan Sebab Pertama :
Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk menta'ati hal lain disamping Al-Kitab dan As-Sunnah sebagaimana dalam firman Allah :
"Artinya : Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kalian".
[An-Nisaa : 59].
Jika ada Waliyul Amri yang dibaiat kaum Muslimin maka menjadi wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah. Walau terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu :
"Artinya : Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada Al-Khalik". [Lihat As-Shahihah No. 179]
"Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannan dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". [An-Nisaa : 115]
Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan Sabilil Mu'minin (Jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfa'at yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba' kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi Islam yang pertama (generasi sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyahnya.
Sesungguhnya Dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah berfirman :
"Artinya : Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar". [At-Taubah : 119]
Siapa saja yang memisahkan antara Al-Kitab dan As-Sunnah dengan As-Salafus Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.
Adapun Berkenan Dengan Sebab Kedua :
Bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum mukminin yang telah disinggung ayat di atas dan dipertegas oleh beberapa hadits.
Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul mendeskripsikannya sebagai :
"Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para sahabatku hari ini".
Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan kaum mukminin. Di antara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl bin Sariyah, yang di dalamnya memuat :
"Artinya : Pegangilah sunnahku dan sunnah Khulafair Rasyidin sepeninggalku".
Jadi di sana ada dua sunnah yang harus di ikuti : sunnah Rasul dan sunnah Khulafaur Rasyidin.
Menjadi keharusan atas kita -generasi mutaakhirin- untuk merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dan jalan kaum mukminin. Kita tidak boleh berkata : "Kami mandiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa petunjuk Salafus As-Shalih".
|
|
|
|
|
|
|
|
Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara yang haq dan batil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan :"Saya seorang muslim (saja) atau bermadzhab Islam. Sebab semua firqah juga mengaku demikian baik Syiah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij), Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka ..?
Kalau kita berkata : Saya seorang muslim yang memegangi Al-Kitab dan As-Sunnah. ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga mengklaim ittiba' terhadap keduanya.
Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari kelompok sempalan adalah ungkapan : "Saya seorang muslim yang konsisten dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta bermanhaj Salaf", atau disingkat "Saya Salafi".
Kita harus yakin, bersandar kepada Al-Kitab dan As-Sunnah saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.
Kita paham para sahabat tidak berta'ashub terhadap madzhab atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri, Umari, Utsmani atau Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila seorang di antara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba' kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang diwahyukan.
Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu, yaitu kita hanya menyebut diri sebagai muslimin saja tanpa penyandaran kepada manhaj Salaf ; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka .? Padahal sebutan itu tidak syar'i dan salah ..!?.
Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan lurus. Wallahu al-Musta'in.
Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan sikap fanatik atau ta'assub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada komitmennya untuk mengikuti Manhaj Salafus Shalih dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Wallahu Waliyyut-Taufiq. |
|
|
|
|
|
|
|
Assalamualaikum,
SAUDARA-SAUDARA sekalian, jike kalian dengan sabar MAU membaca apa yang ana tulis di atas dan FAHAM, tentu KALIAN akan memahami bahwa kita WAJIB beraqidah dan beragama dengan pemahaman SALAFY.
Wahai Abu Syafiq, ape antum dah membaca artikel di atas. Kenapa ana copy paste tulisan para ulama? Karena.....wahai Abu Syafiq, siapalah ana niii? Ana bukanlah ulama, bukanlah ustadh, bukan juge haji atau syeikh, ana hanya seorang muslim biasa yang alhamdulillah di berikan hidayah oleh Allah untuk ruju' kepada pemahaman yang benar ini, dan Allah Maha Tahu Ana mencintai antum wahai Abu Syafiq karena Allah. Dan juge ana mencintai saudara-saudara ana seiman yang ada dalam forum CARI ini. Maka ana mau kalian mendapat hidayah juge oleh Allah untuk ruju' kepada pemahaman yang benar ini. Maka dari itu ana hadirkan di sini artikel para ulama, karena siapalah ana? Tak mungkin ana tulis pendapat-pendapat ana, padahal para ulama sudah menjelaskan, dan kewajiban kita adalah "fas'alu ahludhikri inkuntum laa ta'lamuun" Kewajiban kita untuk bertanya, meruju' kepada para ahli ilmu, kepada para ulama yang ber manhaj salaf dan mengambil ilmu dari mereka. Oleh karena itu ana copy artikel mereka dan ana pastekan dengan niyat baik agar bisa dibaca oleh saudara-saudara ana seiman, sehingga mereka bisa terselamatkan dari api neraka. Karena seperti yang telah di jelaskan, bahwa Islam itu terbagi menjadi 73 golongan, dan HANYA 1 yang masuk surga. Yang satu itulah "pemahaman salafy ini". Dan Salafy itu hanyalah sekedar panggilan, hanyalah entuk pemahaman. Die bukan organisasi, bukan pule party, Die tak punya pemimpin kecuali Allah dan RasulNya. Dan setiap orang yang faham pemahaman Islam yang Haq ini (salafy) make mereka berhak memanggil diri mereka sendiri salafy dan mengatakan "Aku seorang Salafy". Sebagaimana Rasulullah sabdakan ketka salah seorang anak beliau akan wafat "ikutlah salaf kita, yakni Utsman bin Maz'un". Jadi istilah salaf ini adalah dari Nabi sendiri, dan bukan buatan siapa-siapa. Insha Allah faham right? |
|
|
|
|
|
|
|
Naam, setelah kita baca APA ITU SALAFY, make kita bedakan dengan SYIAH ini. Dan inilah penjelasan para ulama kita tentang syiah.
APA SEGI PERBEDAAN ANTARA SYI'AH RAFIDHAH DENGAN AHLIS SUNNAH ?
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
Bagian Kesebelas dari Tigabelas Tulisan 11/13
Berkata : Nizhomuddin Muhammad Al �Azhomi di dalam mukaddimah buku �Syiah dan Nikah Mut�ah� : Sesungguhnya perbedaan antara kita dengan mereka bukanlah terpokus di perbedaan cabang-cabang fikih, seperti masalah nikah mut�ah saja, sama sekali tidak, sesungguhnya perbedaan itu pada dasarnya adalah perbedaan dalam masalah pokok-pokok prinsip, ya.. perbedaan dalam aqidah terpokus di beberapa point dibawah ini :
[1]. Rafidhah mengatakan sesungguhnya Al Quran dirubah (diselewengkan) dan kurang.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan : Sesungguhnya Al Quran adalah kalamullah lengkap tanpa ada kekurangan, tidak pernah dan tidak akan dihinggapi oleh penukarbalikan, mengurangan dan perubahan sampai Allah mewariskan bumi ini dan orang-orang yang ada di atasnya (hari Kiamat), sebagaimana Allah berfirman :
â?œArtinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya" [Al-Hijr :9]
[2]. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para sahabat Rasulullah terkecuali beberapa orang, telah murtad setelah Rasulullah wafat, dan mereka berbalik 180 derajat, dan mereka mengkhianati amanah dan agama, terutama tiga orang khalifah ; As Shidiq (Abu Bakr), Al Faruq (Umar) dan Dzu Nurain (Utsman), oleh karena itu mereka yang bertiga ini menurut mereka (Rafidhah) adalah termasuk orang yang paling bersangatan kekufuran, kesesatan dan kesalahannya.
Sedangkan kita (Ahlis-Sunnah) mengatakan sesungguhnya para sahabat Rasulullah adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi, dan sesungguhnya mereka itu adalah adil (istiqomah) seluruhnya, tidak pernah sengaja berdusta atas nabi mereka, mereka orang-orang yang terpercaya dalam menukilkan berita.
[3]. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para imam adalah imam-imam Rafidhah yang dua belas yang maâ?™shum (terjaga dari dosa), mereka mengetahui hal ghaib, dan mengetahui seluruh ilmu yang dikeluarkan (diajarkan) kepada para malaikat, para nabi dan para rasul, dan sesungguhnya mereka mengetahui ilmu yang terdahulu dan sekarang, dan tidak ada yang tersembunyi bagi mereka sesuatu apapun, dan sesungguhnya mereka mengetahui seluruh bahasa alam semesta, dan sesungguhnya seluruh bumi ini adalah milik mereka.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan, sesungguhnya mereka itu adalah manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya, tiada perbedaan antara mereka, diantara imam-imam itu adalah ahli fikih, ulama dan khalifah, dan kita tidak menisbahkan kepada mereka apa yang tidak pernah mereka katakan terhadap diri mereka sendiri, bahkan kita berlepas diri darinya dan mereka pun (para imam) berlepas diri dari hal itu. [1]
APA KEYAKINAN ORANG RAFIDHAH PADA HARI ASY-SYURA (10 MUHARRAM) DAN APA KEUTAMAANNYA MENURUT MEREKA ?
Sesungguhnya Rafidhah mengadakan perayaan dan perkumpulan dan ratapan tangis, mereka melakukan demonstrasi di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan umum. Mereka memakai pakaian hitam tanda duka cita dalam memperingati mati syahidnya Husain dengan mengonsentrasikan pada sepuluh hari pertama dari bulan Muharram di setiap tahun, dengan keyakinan sesungguhnya perbuatan itu termasuk dari sebaik-baik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka mereka memukul-mukul pipi mereka dengan tangan mereka sendiri, memukul-mukul dada dan punggung mereka. Mereka merobek-robek baju sambil menangis dan berteriak-teriak dengan menyeru : wahai Husain, wahai Husain. Terlebih-lebih pada hari ke sepuluh setiap bulan Muharram, bahkan mereka memukul diri mereka sendiri dengan rantai besi dan pedang, seperti yang terjadi di negeri-negeri yang dihuni oleh Rafidhah seperti Iran.
Dan para ulama mereka mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang bodoh ini dimana hal itu menjadi bahan tertawaan semua umat. Sungguh salah seorang dari pembesar mereka yaitu Muhammad Hasan Alu Kasyif al Ghatha, telah ditanya tentang apa yang dilakukan oleh pengikut golongannya seperti menukul dan menampar wajahâ?¦. dst, ia berkata : Sesungguhnya ini termasuk dari mengagungkan syiar-syiar Allah : [2]
�Artinya : Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati�. [Al-Hajj : 32]_________
Foote Note
[1] Mukaddimah kitab As- Syiâ?™ah wal Mutâ?™ah, oleh Nizhomuddin Muhammad Al â?˜Azhomi, Hal : 6.
[2] Perbuatan yang bodoh dan lucu ini dilakukan mereka setiap tahun. Dan ketahuilah sesungguhnya Nabi telah melarang di dalam hadits yang shahih yang dikeluarkan oleh Muslim dengan no : 103, melarang menampar wajah (pipi) dan merobek bajuâ?¦, akan tetapi orang Rafidhah â?搒emoga Allah mempermalukan mereka- membuang hadits ini jauh-jauh, karena mereka ini adalah firqah (golongan) yang paling pendusta terhadap Rasulullah. |
|
|
|
|
|
|
|
APAKAH KEYAKINAN ORANG RAFIDHAH
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi
Bagian Keduabelas dari Tigabelas Tulisan 12/13
Orang Rafidhah menganggap setiap pemerintahan selain pemerintahan Itsna â?˜Asyara (syiâ?™ah Itsna â?œasyarah / Imammiyah / Rafidhah ) adalah pemerintahan yang batil (tidak sah). Diriwayatkan di dalam kitab â?œAl Kaafiiâ? dengan syarahan (uraian) Al Mazandaraani dan di dalam kitab Al Ghaibah oleh An Nuâ?™mani, dari Abi Jaâ?™far, ia berkata : â?œSetiap bendera yang diangkat (dikibarkan) sebelum bendera Al Qaaim â?揗ahdinya orang Rafidhah- maka pemiliknya adalah thoghutâ? [1].
Dan tidak boleh mentaâ?™ati seorang hakim yang bukan dari Allah, kecuali dengan cara taqiyah (kemunafikan), penguasa yang absolut dan zholim tidaklah pantas untuk menjadi pemimpin, dan setiap pemimpin yang bersifat yang serupa dengan itu. Seluruhnya gelar itu mereka memberikan nama itu kepada penguasa kaum muslimin yang bukan dari imam-imam mereka, orang paling utama dari mereka itu adalah khulafaurasyidin â?搒emoga Allah meridhoi mereka- yaitu : Abu Bakr, Umar dan Utsman.
Tokoh Rafidhah Al Majlisi, dimana ia merupakan salah seorang dari orang-orang yang sesat dari mereka, pengarang kitab �Bihaarul Anwar�, berkata tentang tiga orang khalifah rasyidin : �Sesungguhnya mereka tiada lain kecuali perampas yang zholim, murtad dari agama, semoga laknat Allah atas mereka dan terhadap orang-orang yang mengikuti mereka di dalam menzholimi ahlu bait dari pertama sampai terakhir� [2]. Inilah yang dikatakan oleh imam mereka Al Majlisi yang kitabnya dikatagorikan ke dalam referensi mereka (rujukan) yang pokok dan perpenting dalam hadits mengenai umat yang paling mulia setelah para rasul dan nabi.
Berdasarkan kepada keyakinan mereka terhadap khilifah kaum muslimin, maka mereka menganggap setiap orang yang bekerjasama dengan mereka adalah thoghut dan zholim. Al Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar bin Hanzholah, ia berkata : �Saya telah bertanya kepada Abu Abdillah tentang dua orang dari golongan kita, di antara mereka berdua terjadi perselisihan dalam masalah agama atau harta warisan, lalu mereka berdua berhukum (minta diselesaikan secara hukum) kepada penguasa dan kepada hakim, apakah hal itu halal? Ia berkata : barangsiapa berhukum (meminta diselesaikan secara hukum) kepada mereka, dengan kebenaran atau kebatilan, maka sesungguhnya mereka berhukum kepada thoghut, dan apa yang telah diputuskan untuknya sesungguhnya yang ia ambil adalah harta haram, walaupun sebenarnya itu haknya, karena ia telah mengambilnya dengan hukum thoghut� [3].
Berkata Khumaini yang celaka â?搒emoga Allah menghukumnya dengan hukum sepantas dan setimpal- dalam mengomentari pembicaraan mereka ini : â?œImam itu sendiri dilarang untuk merujuk kepada penguasa-penguasa dan hakim-hakim mereka, dan merujuk kepada mereka dikatagorikan merujuk kepada thoghut.â? [4]
APAKAH HUKUM USAHA MENDEKATKAN ANTARA AHLIS SUNNAH YANG BERTAUHID DENGAN RAFIDHAH YANG MUSYRIK ?
Saudaraku pembaca yang budiman, saya cukupkan saja dalam masalah ini, dengan mencantumkan tulisan dari tulisan-tulisan DR. Nashir AL Qafari di dalam kitabnya : �Masalah At Taqriib�, yaitu tulisan yang ke tujuh, dimana beliau berkata -semoga Allah menjaganya :
�Bagaimana mungkin mendekatkan antara orang yang mencaci kitab Allah dan menafsirkannya tidak sesuai dengan tafsirannya, dan mendakwakan turunnya kitab-kitab ilahi (wahyu) kepada imam-imamnya setelah Al Quranul Karim?, dan ia memandang keimaman itu adalah kenabian, para imam baginya seperti para nabi dan bahkan lebih mulia, dan ia menafsirkan mengibadati Allah semata yang mana itu adalah inti dari misi (ajaran) para rasul seluruhnya tidak sesuai dengan maknanya yang hakiki, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya ibadah itu adalah ta�at kepada para imam. dan sesungguhnya syirik kepada Allah adalah mentaati selain mereka (para imam) bersama mereka, ia mengkafirkan orang-orang yang terbaik dari para sahabat rasulullah, dan mengkliem seluruh para sahabat dengan murtad, kecuali tiga atau empat atau tujuh sesaui dengan perbedaan riwayat mereka. Dan orang ini (orang Syiah) tampil berbeda dengan keganjilan dari jamaah kaum muslimin dengan masalah-masalah akidah dan keyakinan di dalam keimaman, kemaksuman (terjaga dari dosa), taqiyah (kemunafikan), dan mengatakan raj�ah (imam kembali ke dunia), Al qhaibah (menghilangnya As Kaari) dan Al Bada�[5].�[6]
_________
Foote Note.
[1] Kitab �Al Kaafii� dengan syarahan (uraian) Al Mazandaraani, dan lihat kitab Al Bihaar (25/113).
[2] Kitab Al Bihaar oleh Al Majlisi (4/385).
[3] Kitab �Al Kaafii� oleh Al Kulaini (1/67), kitab At Tahdziib (6/301) dan kitab Man Laa Yahsuruhu Al Faqiih : (3/5).
[4] Al Hukumaatul Islamiyah, hal : 74.
[5] Defenisi ini lihat kembali edisi-edisi yang telah berlalu, diantaranya edisi : 2, 6 dan 7.
[6] �Masalah At Taqriib� DR. Nashir Al-Qafari (2/302 |
|
|
|
|
|
|
|
APA KEYAKINAN ATH-THIINAH (TANAH) YANG DIIMANI OLEH ORANG RAFIDHAH ?
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
Bagian Kedelapan dari Tigabelas Tulisan 8/13
Yang dimaksud dengan At-Thiinah (tanah) menurut orang Rafidhah adalah tanah perkuburan Husain â?搑adhiallhu â?˜anhu-. Salah seorang dari orang-orang sesat mereka yang bernama Muhammad An Nuâ?™man Al Haritsi yang bergelar dengan â?œSyeikh Al Mufidâ?, menukilkan di kitabnya â?œAl Mazaarâ? dari Abi Abdillah ia berkata : â?œDi tanah perkuburan Husain terdapat obat untuk segala penyakit dan ia merupakan obat yang paling besar (ampuh)â?.
Berkata Abdullah : �Oleskanlah di mulut bayi kalian tanah (perkuburan) Husain�
Ia berkata : Telah dikirim kepada Abi Hasan Al Ridha dari negeri Khurasan sebuah bungkusan kain di antaranya terdapat segumpal tanah, maka dikatakan kepada utusan itu : Apa ini? Ia berkata : Tanah perkuburan Husain, tidaklah ia mengirim sedikitpun dari bungkusan kain atau lainnya, kecuali ia meletakkan di dalamnya tanah itu, dan berkata tanah itu pengaman insya Allah. Dikatakan kepadanya : Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Shadiq tentang pengambilannya akan tanah perkuburan Husain, maka Shodiq menjawab : â?œApa bila kamu mengambilnya maka ucapkanlah : â?œYa Allah sesungguhnya saya meminta kepadamu disebabkan oleh hak malaikat yang telah mengenggamnya (tanah ini), dan meminta kepadamu, disebabkan oleh hak Nabi yang telah menyimpannya, dan oleh hak Al Washi (Ali) yang telah bersatu di dalamnya agar Engkau melimpahkan Shalawat kepada Muhammad dan atas keluarga Muhammad dan agar Engkau menjadikannya obat penawar untuk seluruh penyakit, dan pengaman dari seluruh ketakutan, dan penjaga dari seluruh kejahatan.
Abu Abdillah ditanya tentang penggunaan dua jenIs tanah dari perkuburan Hamzah dan pekuburan Husain serta mana yang paling utama diantara keduanya, maka ia berkata : �Tasbih yang dibuat dari tanah perkuburan Husain akan bertasbih (sendirinya) ditangan, tanpa (pemiliknya) bertasbih.�. [1]
Sebagaimana orang Rafidhah mendakwakan, sesungguhnya orang syiâ?™ah tercipta dari tanah yang khusus dan orang Sunni tercipta dari tanah yang lain, lalu terjadilah pengadukkan antara kedua tanah tadi dengan cara tertentu, maka apa-apa yang terdapat pada orang syiah dari kemaksiatan dan kejahatan, maka itu merupakan pengaruh dari tanah sunni, dan apa-apa yang terdapat pada orang sunni dari kebaikan dan amanah, maka itu disebabkan oleh pengaruh tanah syiâ?™ah. Dan apabila pada hari Kiamat nanti, maka kejelekan dan dosa-dosa orang syiâ?™ah diletakkan di atas Ahli Sunnah, dan kebaikan (pahala) Ahli Sunnah akan diberikan kepada orang syiâ?™ah. [2]
APA AQIDAH ORANG RAFIDHAH TERHADAP AHLI SUNNAH ?
Aqidah orang Rafidhah berdiri di atas penghalalan harta dan darah ahli sunnah. Al Shoduq di kitab (Al �Ilal) meriwayatkan dengan sanadnya kepada Daud bin Farqad, ia berkata : �Saya telah berkata kepada Abi Abdillah : Apa yang anda katakan terhadap An Naashib (Ahli Sunnah), ia berkata : �Darahnya halal, akan tetapi saya bertaqiyah atasmu, jika kamu mampu untuk membalikkan dinding atas dirinya (ahli sunnah) atau menenggelamkannya di laut, agar ia tidak akan bersaksi atas dirimu, maka lakukanlah. Saya berkata : Apa pandanganmu di hartanya? Ia menjawab : �Ambillah semampumu�. [3]
Bahkan orang syiâ?™ah Rafidhah memandang, bahwa kekafiran Ahli Sunnah lebih berat dari kekafiran orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka (Yahudi dan Nasrani) menurut Rafidhah orang-orang kafir asli, dan mereka ini (ahli sunnah) adalah kafir murtad, dan kafir murtad lebih berat menurut ijmaâ?™, oleh karena itu mereka (mau) berkerja sama dengan orang-orang kuffar untuk melawan kaum muslimin, hal itu seperti yang disaksikan oleh sejarah [4].
Terdapat di dalam kitab �Wasaail As Syi�ah� (diriwayatkan) dari Al Fudhail bin Yasaar, ia berkata : saya telah bertanya kepada Abu Ja�far tentang wanita �Arifah (yakni wanita bermazhab Rafidhah) apakah saya menikahkannya dengan An Nashib (ahli Sunnah)? Maka ia berkata : �Tidak; karena Nashiba (ahli sunnah ) orang kafir.� [5]
An Nawasib (orang-orang An Nasib) menurut pemahaman Ahli sunnah adalah mereka yang membenci Ali bin Abi Thalib â?搑adhiallahu â?˜anhu-, akan tetapi menurut orang Rafidhah, mereka menamakan Ahli sunnah dengan Nawashib (An Nashib), karena mereka mendahulukan keimaman Abu Bakr, dan Umar dan Utsman atas Ali, padahal sesungguhnya mengutamakan Abu Bakr dan Umar atas diri Ali telah terjadi sejak zaman Nabi, dalilnya perkataan Ibnu Umar : â?œAdalah kami di zaman rasulullah memilih di antara sahabat siapa yang terbaik, maka kami memilih (orang yang terbaik) Abu Bakr, kemudian Umar kemudian Utsmanâ?. (H.R. Bukhari), dan ditambah oleh At Thabrani di Kitab â?œMuâ?™jam Al Kabirâ? : Nabi pun mengetahui hal yang demikian dan tidak mengingkarinyaâ?. Dan bagi Ibnu Asaakir : â?œAdalah kami mengutamakan Abu Bakr, dan Umar, dan Utsman dan Aliâ?.
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib sesungguhnya ia berkata : �Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakr, kemudian Umar, kalau aku berkehendak pasti aku telah menyebutkan orang yang ketiga�. Berkata Adz Dzahabi : Ini (Hadits ini) Mutawatir.� [6]
_________
Foote Note
[1] Kitab Al Mazaar, oleh syeikh mereka yang bergelar �Syeikh Al Mufid� hal : 125.
[2] â?˜Ilal-As Syaraaiâ?™ hal : 490-491, Bihar Al Anwar : 5/247-248.
[3] Al Mahasin An Nafsaaniyah, Hal : 166.
[4] Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : â?œSesungguhnya orang Rafidhah berkerjasama dengan orang-orang Tatar tatkala orang Tatar menyerang negeri kaum Muslimin. (Fatawa : 35/151). Lihatlah kitab :Kaifa Dakhalat Tatar Bilaadal Muslimin (Bagaimana orang Tartar (bisa) masuk ke negeri kaum muslimin) oleh Dr. Sulaiman bin Hamd Al Audah.
[5] Wasaail As Syiâ?™ah, oleh Al Hur Al â?˜Amili (7/431), At Tahdzib (7/303).
[6] At Taâ?™liiqaat â?˜Ala Matan Lumâ?™atil â?˜Itiqaad, oleh Syeikh kita Al Allamah Abdullah bin Jibrin â?搒emoga Allah menjaganya-, hal : 91. |
|
|
|
|
|
|
|
APA KEYAKINAN RAFIDHAH (SYI'AH) TERHADAP AL-QUR'AN-UL KARIM YANG ADA DI TENGAH-TENGAH KITA SEKARANG, PADAHAL ALLAH TELAH BERJANJI UNTUK MENJAGANYA ?
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
Bagian Keempat dari Tigabelas Tulisan 4/13
Sesungguhnya Rafidhah yang dinamakan pada zaman kita sekarang ini dengan syiah, mengatakan sesungguhnya Al-Qur'an yang ada di pada kita, bukanlah Al-Qur'an yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad, akan tetapi telah dirubah, ditukar, ditambah dan dikurangi. Jumhur ahli hadits dari kalangan syi�ah meyakini adanya pelencengan (perubahan) dalam Al-Qur'an seperti yang disebutkan oleh An Nuuri Al Tibrisi dalam kitabnya �Fashlul Khithab Fi Tahrifil Kitabi Rabbil Arbab�. [1]
Dan Muhammad bin Ya�qub Al Kulaini berkata di �Usulul Kafi� di bawah Bab bahasan : �Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengumpulkan Al Qur'an seluruhnya, kecuali para imam� dari Jabir ia berkata : saya telah mendengar Abu Ja�far berkata : �Tidaklah seseorang dari manusia mendakwakan bahwasanya dia telah mengumpulkan Al Qur'an secara keseluruhannya sebagaimana Allah telah menurunkannya, kecuali ia itu adalah orang pendusta. Tidak ada yang mempu mengumpulkannya dan menghafalnya seperti yang telah diturunkan Allah kecuali Ali bin Abi Talib dan para imam setelah mereka�.
Dan Ahmad Al Tibrisi dalam kitab �Al-Ihtijaaj� dan Al Mulla Hasan dalam tafsirnya � As Shaafi� sesungguhnya Umar telah berkata kepada Zaid bin Tsabit : Sesungguhnya Ali telah datang kepada kita dengan membawa Al Qur'an, yang di dalamnya tercantum aib-aib orang muhajirin dan anshor. Dan sungguh kami telah memandang untuk mengumpulkan Al-Qur'an dan menghilangkan setiap apa-apa yang di dalamnya terdapat aib-aib muhajirin dan anshr. Dan Zaid pun telah memenuhinya untuk itu, kemudian berkata : �Jika saya telah selesai dari (mengumpulkan) Al-Qur'an sesuai yang anda minta, lalu jelas atas saya akan Al-Qur'an yang dikumpulkannya (Ali), bukankah itu menghancurkan setiap apa yang telah anda kerjakan? Maka berkata Umar : �Jadi bagaimana jalan keluarnya? Berkata Zaid : Anda lebih tahu dengan jalan keluarnya�, berkata Umar : Tiada jalan keluar kecuai kita harus membunuhnya agar kita lega darinya. Lalu ia pun merancang pembunuhannya (Ali) lewat tangan Khalid bin Walid, akan tetapi dia tidak mempu melakukannya[2].
Tatkala Umar menjadi khalifah, mereka (para sahabat) meminta Ali untuk mendatangkan Al Qur'an kepada mereka, agar mereka sama mereka merubahnya. Lantas Umar berkata : Wahai Abul Hasan, alangkah baiknya kalau seandainya kamu membawa Al Qur'an yang pernah kamu bawa ke hadapan Abu Bakr, agar kita bersatu atasnya. Lalu Ali berkata : Tidak mungkin, dan tidak mungkin ada jalan untuk itu, sebenarnya saya membawanya ke hadapan Abu Bakr hanyalah untuk menegakkan hujjah atasnya, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat �Sesungguhnya kami akan hal ini dalam keadaan lengah� (Al �Araf :172), atau agar kalian tidak mengatakan ; �Kamu tidak pernah mendatangkannya kepada kami� (Al �Araf : 129). Sesungguhnya Al Qur'an ini tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci, dan orang-orang yang diwasiatkan dari kalangan anakku. Lalu berkata Umar : �Apakah ada waktu untuk menampakkannya diketahui ? Lantas Ali berkata : �Ya, jika telah bangkit seseorang dari anakku, ia akan menampakkannya dan membawa manusia atasnya[3].
Walau bagaimanapun orang syiah menampakkan sikap berlepas dirinya terhadap buku An Nuri al Tibrisi ini, demi mengamalkan akidah taqiyah, akan tetapi kitab itu terselubung dan tersimpan dalam ratusan nas-nas (pernyataan-pernyataan) dari ulama mereka dalam kitab-kitab yang diakui, menetapkan hal itu, dan bahwasanya mereka betul-betul yakin dengan perubahan itu, dan beriman dengannya, akan tetapi mereka tidak ingin timbul kehebohan sekitar akidah mereka ini terhadap alquran.
Dan tinggal setelah itu, bahwa ada dua Al Qur'an, yang pertama yang diketahui, dan yang lain khusus, tersembunyi. Diantaranya surat Wilayah, dan diantara yang didakwakan oleh syiâ?™ah Rafidhah, bahwa ada satu ayat telah dihapus dari Al Qur'an yaitu :
�Dan kami telah menjadikan Ali sebagai menantumu�, Mereka mendakwakan ayat ini dihapus dari surat Alam Nasyrah, sementara mereka tidak pernah malu dangan dakwaan mereka ini, karena mereka mengetahui bahwa surat itu adalah makkiyah, dan Ali belum menjadi menantu Nabi saat di Mekah.
_________
Foote Note
[1] Fashlul Khithab, oleh Hasan bin Muhammad Taqiyun Nuri Al Tibrisi, hal : 32.
[2] Lihatlah saudara seiman, alangkah kejinya kisah yang dibuat-buat oleh kaum syiah terhadap para sahabat.
[3] Al Ihtijaaj oleh Al Tibrisi hal :225, kitab Fashlul Khithab, hal : 7. |
|
|
|
|
|
|
|
KENAPA SYI'AH DINAMAKAN DENGAN RAFIDHAH ?
Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
Bagian Kedua dari Tigabelas Tulisan 2/13
Penamaan ini disebutkan oleh Syaikh mereka Al Majlisi dalam bukunya �Al-Bihaar� dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka[1].
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka datang ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata : �Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakr dan Umar sehingga kami bisa bersamamu!�, lalu beliau menjawab : �Mereka berdua (Abu Bakr dan Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku setia kepada mereka�. Mereka berkata : �Kalau begitu, kami menolakmu (rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan orang yang membai�at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah[2].
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah, karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar[3].
Dan dikatakan mereka dimanakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama[4].
RAFIDHAH TERPECAH MENJADI BEBERAPA FIRQOAH (GOLONGAN)
Ditemukan di dalam buku Daairatul Maâ?™arif bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-cabang syiâ?™ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga golongan yang terkenal itu [5].
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad [6], sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits berpecahnya umat ini menjadi tujuhpuluh tiga golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syiâ?™ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh [7].
As Syahrastaani berkata : Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al-Ismailiyah [8].
Al Baghdadi berkata : Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah. [9]
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-firqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
APAKAH YANG DIMAKSUD AQIDAH AL-BADAA YANG DIIMANI OLEH RAFIDAH?
Al Badaaâ?™ yaitu bermakna tampak (muncul) setelah sembunyi, atau bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaaâ?™ sesuai dengan kedua makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru diketahui. Keduanya ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaaâ?™.
Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : �Saya telah mendengar Al Ridha berkata : �Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki sifat Al Badaa�� [10]. Dan dari Abi Abdillah ia berkata : �Tidak pernah Allah diibadati dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya dengan) Al Badaa�[11]. Maha Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang besar.
Lihatlah wahai saudarku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan kepada Allah subhanahu wa taâ?™ala sifat jahal (ketidaktahuan), sedangkan Dia mengatakan tentang diri-Nya :
Artinya : �Katakanlah : Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang tahu ghaib kecuali Allah.�
Dan di sisi lain Rafidhah (syiâ?™ah) meyakini bahwa sesungguhnya para imam mengetahui seluruh ilmu, dan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu apapun.
Apakah ini keyakinan Islam (aqidah Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad â?揝hallallahu â?˜Alaihi Wa Sallam- ??????_________
Foote Note
[1] Lihat buku : Al Bihaar, oleh Al Majlisi, hal : 68-96-97. (Dia ini merupakan salah seorang tempat bertanya orang-orang rafidhah (syiâ?™ah) untuk zaman-zaman terakhir).
[2] At Taâ?™liiqaatu â?˜Ala Matni Lumâ?™atil â?˜Itiqaad, oleh : Syeikh Alaamah Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, -semoga Allah menjaganya-, hal : 108.
[3] Lihat : catatan kaki buku Maqaalaat Al Islamiyiin, oleh Muhyiddin Abdul Hamid, (1/89).
[4] Lihat : di buku Maqaalaat Al Islamiyiin, (1/89).
[5] Daairatul Maâ?™arif, (4/67).
[6] Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al Asadi, termasuk tokoh besar syiâ?™ah.
[7] Dia adalah Al Maqrizi du Al Khuthath, ((2/351).
[8] Al Milal wan Nihal, oleh As Syahrastani, hal :147.
[9] Al Farqu Bainal Firaq, oleh Al Baghdadi, hal : 41.
[10] Ushulul Kafi, hal :40
[11] Ushulul Kafi, oleh Al Kulaini di kitab tauhid : 1/133. |
|
|
|
|
|
|
|
KAPAN MUNCULNYA FIRQAH RAFIDHAH ?
Firqah ini tumbuh tatkala muncul seorang Yahudi mendakwakan dirinya sudah masuk Islam, namanya Abdullah bin saba. Mendakwakan kecintaan terhadap ahli bait, dan terlalu memuja-muji Ali, dan mendakwakan, bahwa Ali punya wasiat untuk mendapatkan khalifah, kemudian ia mengangkat Ali sampai ke tingkat Ketuhanan, hal ini diakui oleh buku-buku syiâ?™ah sendiri.
Al Qummi berkata dalam bukunya �Al Maqaalaat wal Firaq�[1] : Ia mengakui keberadaannya, dan menganggabnya orang pertama yang berbicara tentang wajibnya keimaman Ali, dan raj�iyah Ali[2], dan menampakkan celaan terhadap Abi Bakr, Umar dan Utsman serta seluruh sahabat, seperti yang dikatakan oleh An Nubakhti di bukunya �Firaqus Syi�ah�[3]. Sebagaimana Al Kissyi mengatakan demikian juga di bukunya yang dikenal dengan �Rijaalul Kissyi�[4]. Pengakuan adalah tuan argumen (argumen yang akurat), dan mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-syeikh besar Rafidhah.
Al Baghdadi berkata : Kelompok Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba yang telah berlebih-lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan, bahwasanya Ali adalah nabi, kemudian bersikap berlebih-lebihan lagi, sehingga ia mendakwakan bahwasanya Ali adalah Allah.
Al Baghdadi berkata juga : adalah ia (Abdullah bin Saba) anak orang berkulit hitam, asal usulnya adalah orang Yahudi dari penduduk Hirah (Yaman), lalu mengumumkan keislamannya, dan menginginkan agar ia mempunyai kerinduan dan kedudukan di sisi penduduk negeri Kufah, dan ia juga menyebutkan kepada mereka, bahwasanya ia membaca di Taurat, bahwa sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi punya orang yang diwasiatkan, dan sesungguhnya Ali adalah orang yang diwasiatkan Muhammad Sholallahu â?˜alaihi wassalam.
Dan As Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba, bahwasanya ia adalah orang yang pertama kali menyebarkan perkataan keimaman Ali secara nas/ telah ditetapkan, dan ia menyebutkan juga dari kelompok Sabaiyah, bahwa kelompok ini adalah firqah (golongan) yang pertama sekali mengatakan masalah ghaibah[5] dan akidah rajâ?™iyah, kemudian syiah mewarisinya setelah itu, meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan golongan mereka banyak. Perkataan tentang keimaman dan kekhilafan Ali merupakan nas dan wasiat, itu merupakan dari kesalahan-kesalahan Ibnu Saba. Yang akhirnya syiâ?™ah sendiri berpecah menjadi golongan-golongan dan perkataan-perkataan yang banyak sampai puluhan golongan dan perkataan.
Begitulah syiah membuat bidâ?™ah dalam perkataan tentang keyakinan wasiat, rajâ?™iyah, ghaibah, bahkan perkataan menjadikan imam-imam sebagai tuhan[6], karena mengikuti Ibnu Saba orang yahudi itu.
Foote Note
[1] Lihat �Al Maqaalaat wal Firaq� oleh Al Qummi, hal : 10-21.
[2] Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiyamat.
[3] Lihat �Firaqus Syi�ah� oleh An Nubakhti, hal : 19-20.
[4] Lihat : apa yang dicantumkan oleh Al Kissyi dalam beberapa riwayat dari Ibnu Saba dan akidah-akidahnya, lihat no : 170, 171, 172, 173, 174, dari hal : 106-108.
[5] Keyakinan menghilangnya imam Askari yang mereka tunggu-tunggu.
[6] Ushul â?˜Itiqad Ahli Sunnah Wal Jamaâ?™ah, Al Lalikaai, 1/22-23. |
|
|
|
|
|
|
|
Assalamualaikum warhamatullah,
Semoga antum semua BERSABAR dalam membaca penjelasan para Imam kita di atas. INI harus antum fahami. Dan Demi Allah INI bukanlah pemikiran yang sesat atau rekayasa. Inilah hasil ilmu dari para ulama kita yang senantiasa dari zaman ke zaman membantah para syiah yang sesat ini. Dan semua yang ana paste kan di atas adalah JELAS dan bisa di pertanggung jawabkan, dan semuanye bisa meruju' kepada footnote juka ada yang ragu keasliannya. Dan kesesatan syiah di atas ADALAH berasal dari kitab-kitab SYIAH sendiri, dan dari ulama-ulama mereka sendiri. Jadi ini BUKANLAH fitnah. Semoga kalian bisa memahami ini, insha Allah.
Ana amat prihatin jika ada di antara kalian yang mendukung syiah. Kalian hanyalah belum tahu apa itu syiah. Mengerikan jike kalian mati dalam keyakinan syiah ini, wal iyadhubillah. Cobalan tengok cara mereka menyakiti diri mereka sendiri dalam perayaan kematian hasan dan husain. Sampai mereka sakiti dan lukai anak-anak mereka sendiri, apa itu ajaran Islam??!?!? Cobalah gunakan AKAL kalian!!! SALAFY dengan SYIAH bagaikan bumi dan langit, dan bagai surga dan neraka. Maka fahamilah hal ini dengan baik. Rasulullah bersabda "Jike Allah menginginkan kebaikan bari seorang hamba, Maka di buatnye hamba itu FAHAM akan agama". Maka semoga kite termasuk orang-orang yang di inginkan kebaikan oleh Allah azza wa jalla. Amin
[ Last edited by ikhwanindo at 15-12-2006 02:34 PM ] |
|
|
|
|
|
|
Druss This user has been deleted
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by ikhwanindo at 15-12-2006 01:00 PM
Semoga antum semua BERSABAR dalam membaca penjelasan para Imam kita di atas. INI harus antum fahami. Dan Demi Allah INI bukanlah pemikiran yang sesat atau rekayasa. ...
Waduh..waduh pak...kok singkat sekali mampirnya di forum ini. Tau-taunya udah mau menghilangkan diri setelah melemparkan tuduhan-tuduhan jahil yang dah lama dibincangkan di sini. Iya...kami orang Malaysia tidak kayaknya sepandir orang wahabi di Indon yang cuba menipu ramai orang dengan putar-belitnya tapi diri sendiri yang terbelit.
Tapi enggak apa...semoga pergi haji nanti mendapat petunjuk dan dijauhi dari laknat Allah SWT jika bapak tergolong dalam golongan nasibi...ooops nasibi tu bukannya Ahli Sunnah mengikut pengertian bapak tapi adalah pembenci Ahlul-Bait AS. Soory ya Pak...terlanjur pula ngomong ni...nanti susah pula mau berangkat.
Kabarnya jemaah haji Indon teruk kena layanan di tanah suci gara-gara ditipu agensi. Hati-hati Pak...jangan bapak pula tertipu dengan sheikh wahabi di sana nanti. |
|
|
|
|
|
|
|
Saudara Ikhwanindo ni udah 'mati akal' untuk menjawap hujah2 Syiah disana. Terus terjun dalam forum di Malaysia dengan harapan kaum Syiah disini kaget dgn hujah-hujahnya dan terus sahaja bertukar mazhab. Yayasan Albayyinat di Jakarta terus-terus mengkafirkan Syiah siang dan malam. Namun semuanya sudah dijawap oleh Ulama Syiah yang terkenal di Indonesia seperti O.Hashem, Jalaluddin Rahmat dll. Sampai sekarang pun Ulama ASWJ tidak boleh membantah hujah mereka berdua. Malah ada dikalangan Ulama ASWJ di Indonesia yang 'membantah' tuduhan-tuduhan dari ulama ASWJ itu sendiri yang dianggap 'keterlaluan/berlebih-lebihan' terhadap mazhab Syiah seperti K.H Abdullah Nuh dan HMH alHamid alHuseinni. K.H Abdullah Nuh adalah Ulama yg cukup disegani di Indonesia, beliau anak didik Habib Alwi bin Thohir alHaddad seorang Ulama Hadralmaut yg sempat memegang jawatan Mufti Johor di Malaysia. Begitu juga dengan Habib Haddad Alwi Asseggaf penyanyi lagu dakwah Indonesia yang terkenal dengan lagu 'Ummi' yang selalu kita dengar dicorong-corong radio baik di Indonesia mahupun di Malaysia. Beliau penganut mazhab Syiah. Hujah-hujah beliaupun tak terbantah oleh kaum ASWJ disana. Dan byk sekali Yayasan-yayasan Syiah disana seperti Yayasan Fatimah, Yayasan pendidikan Islam(YAPI) yang sudah menjawap seputar persoalan seperi saudara Ikhwanindo pastekan disini.
Jadi selesaikan dahulu 'Perdebatan' antara mazhab dinegara enta sebelum mahu jadi jaguh dinegara orang....wassalam.
[ Last edited by yahya at 15-12-2006 02:24 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Gravedigger at 15-12-2006 12:36
Waduh..waduh pak...kok singkat sekali mampirnya di forum ini. Tau-taunya udah mau menghilangkan diri setelah melemparkan tuduhan-tuduhan jahil yang dah lama dibincangkan di sini. Iya...kami ora ...
Siapa yang mau menghilang?!? :hmm: I will always be right here insha Allah untuk menyingkap kedustaan orang-orang bebal seperti antum :jeling:. Orang-orang seperti antum yang suka sekali berdebat, tapi tidak mau berfikir. Orang-orang yang berakal sehat dan fitrah, tentu akan memahami artikel-artikel ana di atas, karena semua berasal dari hadith-hadith Nabi shalallahu alaihi wasallam. Dan bagi yang tidak mengerti,............................yaaa mungkin belum sekarang, insha Allah lain kali akan mengerti. Mudah-mudahan sebelum mati mau ruju', amin.
Kalau antum merasa lebih pintar dan kami yang pandir, baiklah...coba jelaskan sikit mengenai sholat yang benar. Ana mau belajar dari antum...silahkan. Ana masih ada sehari sampai berangkat ke tanah suci insha Allah :hmm:
Orang syiah kebakaran jenggot BOROKNYE di singkap di forum niiii :nerd: Memang Umat Islam TIDAK BOLEH lagi tertipu oleh orang syiah ini. Para ulama BESAR sudah memperingatkan kite akan BAHAYANYA Syiah, kenape kita malah bermanis muka dengan mereka. Hancurlah Islam ini kalau kite setuju atau bersatu dengan syiah ini. Orang-orang Syiah ini adalah orang-orang yang berakhlaq bejat dengan pemahamannya tentang nikah MUT'AH. Mereka berkata dalam kitab-kitab mereka:
1. Syiah menjadikan iman kepada mut'ah sebagai pokok agama (ushluddin) dan yang mengingkarinya adalah mengingkari agama. Ibnu Babawaih Al Qummi yang dijuluki Ash Shadiq, ia mengatakan:"sesungguhnye mut'ah itu agamaku dan agama nenek moyangku. Barangsiapa mengamalkan mut'ah itu mengamalkan agama kami dan barang siapa meningkarinya berarti mengingkari agama kami dan meyakini selain agama kami. (Kitab Man Layahdhuruhul faqiII/366, Tafsir manhajus Shadiqin: II/495)
2. Mereka juga berkata:" Barangsiapa kawin mut'ah satu kali, ia aman dari murka Allah yang Maha gagah Perkasa" (Tafsir manhajus shadiqin:Al Kasyani)
3. OPrang-orang syiah yang tak tahu malu nii juge beranggapan Nabi telah bersabda:"Barangsiapa menikah mut'ah satu kali, niscaya dia aman dari murka Allah. Barangsiapa kawin mut'ah dua kali niscaya ia akan dihimpun bersama-sama orang yang berbakti (shalel\h) dan jike tiga kali niscaya dia akan menemani aku di dalam syurga" (Kitab Manlayadhuruhul faqih).
4. Mereka mengancam orang yang tidak mut'ah dengan berkurang pahalanya pada hari kiamat. Mereka berkata:"barangsiapa keluar dari dunia ini sebelum nikah mut''ah, niscaya ia datang pada hari kiyamat kelak dalam keadaan hidungnya terpotong" (Tafsir manhajus shadiqinI/495)
5. Tidak ada batasan untk jumlah wanita yang boleh di kawini secara mut'ah dengan berapa saja dari orang perempuan, walaupun seribu wanita atau lebih". (Al Ibtishar: At Thusi, Tahdzibul ahkam)
6. Mereka membolehkan kawin dengan perawan anpa seizin walinye dan tanpa saksi (Tahdzibul ahkam, syara'iul ahkam by najmuddin Al Hilly). Padahal Nabi memerintahkan opposite dari ini dan tidah sah nikah wanita tanpa wali, dan BATIL
7. Mereka membolehkan nikah mutah dengan gadis cilik yang belum baligh, dalam kitab Al Kahfi di sebutkan "Dari ja'far Ash Shadiq beliau di tanya tentang gadis cilik, "Apakah boleh seorang laki-laki kawin mut'ah dengannya? Beliau menjawab "ya, kecuali ia gadis cilik yang bisa di tipu", orang itu bertanya lagi:"Sampai sebatas berapa seorang gadis itu di nilai baligh yang tidak bisa di tipu?", beliau menjawab "umur 10 tahun" (Al Kafi Al Furu', Al Istibshar, Tahdzibul ahkam)
8. Menurut mereka tidak perlu menanyakan status wanita yang akan di mut'ah, wether shes already marriage, ataukah die itu pelacur. Seperti yang diriwayatkan oleh Kulaini, bahwa seseorang menemui Ja'far Ash Shodiq, dan berkata:"Aku pernah berjalan di suatu jalan, lalu aku melihat seorang wanita cantik, sedang aku percaya bahwa dia tidak bersuami atau pelacur", Ja'far Ash Shadiq menjawab "Ini bukan urusanmu (maksud:kau tidak perlu tahu apakah dia telah bersuami atau pelacur)...kewajibanmu hanyalah memberinya mahar dari dirimu. (Al Kafi fil furu', tahdzibul ahkam). Dan ini juga ada dalam kitab si Khomeini -al kadzab- dalam kitabnya Tahrirul Wasilah.
9. Menurut mereka batas minimal untuk mut'ah bisa beberapa bulan saja, atau beberapa hari, atau beberapa jam atau eberap menit. Bahkan menurut mereka bisa sekedar sekali persetubuhan antara suami dan istri. Hal itu mereka namakan dengan tukar-menukar KEMALUAN". (Al Kafi fil furu, Al Istibshar)
NAAH....bukti apa lagi yang KITA perlukan untuk membuktikan bahwa SYIAH itu adalah SESAT dan ajaran mereka di luar ISlam? Orang yang cerdas, dan berakal suci tentu akan langsung mengenali kesesatannya. Kecuali orang-orang yang bahlul, jumud, dan keras kepala.
Dan perlu di ketahui yaa khwah....bahwa jika mereka katakan sesuatu dari Ja'far Ash Shadiq. ITU Adalah BOHONG belaka, karena ahlul baiyt JAUH sejauh-jauhnye dari mereka walau mereka memaklumatkan diri pencinta ahlul bayt. Kalau kalian tidak percaya apa yang ana tulis, silakan merujuk kepada kitab aslinya.
Bahkan teman ana pernah mengatakan bahkan si Khomeini -semoa Allah melaknatnya- membolehkan berhubungan sex dan mut'ah dengan bayi. Lalu salah seorang muridnye bertanye "dengan cara apa kita berhubungan badan dengan bayi" maka si sakit ini menjawa "yaitu melewati kedua pahanya". Tapi ana belum menemkan di kitab apa hal ini tercantum karena ana lupa menanyakan kepada teman ana tersebut.
|
|
|
|
|
|
|
| |
|