|
Kisah genius org indonesia yg berkarya di luar negeri
[Copy link]
|
|
118# mehacomp_91
actually, kalau kau follow, ramai tak puas hati dgn pembuka thread tu.... bukan dgn org2 indon yg berjaya nih.... good for them, sesama muslim gak kan... |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 4-9-2009 20:00
Post Last Edit by jf_pratama at 3-9-2009 22:22
Peranan Orang Indonesia Memajukan Pendidikan Tinggi Malaysia
Prof Dr. Sadono Sukirno - University Malaya
Tak pernah terbayang dalam benak Sadono Sukirno akan menjadi dosen di Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Selepas studi ekonomi di Universitas Nomensen Medan, Sadono berkesempatan melanjutkan studi ke Belanda. Ketika ia pulang, ada tawaran untuk mengajar di Universitas Malaya, universitas pertama dan tertua di Malaysia.
Kariernya di Universitas Malaya (UM) pun menanjak. Sebagai profesor madya di Fakultas Ekonomi dan Administrasi UM, Prof Sadono—begitu ia akrab disapa—amat disegani para mahasiswa. Tidak hanya itu, buku-buku teks yang dibuatnya tidak hanya digunakan di Malaysia, tetapi juga di Indonesia.
"Bagaimanapun, saya tetap orang Indonesia. Itu sebabnya, saya tidak mau pindah warga negara. Saya hanya menjadi permanent resident. Anak saya satu-satunya pun tinggal di Bintaro, Jakarta Selatan. Saya masih berkeinginan untuk bisa pulang ke Indonesia," ungkap Prof Sadono yang sudah pensiun dan tiap pagi setia menengok satu hektar kebun anggreknya itu.
Sriwidodo Soedarso PhD - University Kuala Lumpur-Malaysian Institute of Aviation Technology
Prof Sadono tidak sendirian. Masih banyak cerdik pandai dari Indonesia yang hingga kini masih membaktikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan di Malaysia.
Sebut misal, Sriwidodo Soedarso PhD, alumnus Universitas Muhammadiyah Solo, dan pernah membaktikan hidupnya di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (1988-2004), kemudian menjadi Technical Advisor Aircraft Manufacturing Technology and Quality di Northrop Rice USA Inc (NRUSA), Houston-Texas-AS.
"Sejak 31 Juli 2004, saya bersama orang-orang Amerika mendirikan Institut Teknologi Penerbangan Malaysia (University Kuala Lumpur-Malaysian Institute of Aviation Technology/ UniKL-MIAT) di Sepang ini. Lembaga ini mirip STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia) Curug. Dulu daerah ini masih belantara, belum ada apa-apa. Kami memulai dari awal. Pak Mahathir-lah yang menarik saya, saat beliau berkunjung ke Northrop-AS," tuturnya di tengah ruang kuliah berupa hanggar pesawat.
Di hanggar itu ada sejumlah pesawat komersial dan pesawat tempur. Salah satu pesawat komersial itu semula milik Garuda Indonesia yang sudah dibeli oleh Malaysia Airline System (MAS) dan kini menjadi sarana praktik para mahasiswa.
Sebagai dosen senior di UniKL-MIAT, Sriwidodo berkewajiban membuat buku teks yang selalu diperbarui setiap saat sesuai perkembangan teknologi dan mendampingi para mahasiswa. Bagi mahasiswa, saat paling menyenangkan adalah kuliah praktik yang dilakukan di hanggar yang dilengkapi sejumlah pesawat penumpang dan satu helikopter. Kepada mahasiswa diajari bagaimana menarik pesawat, menyalakan mesin, membawa pesawat berputar di lapangan depan hanggar meski tidak diterbangkan.
"Memang, mengajar di sini amat menyenangkan. Dosen benar-benar dimanja. Tugas utamanya hanya mengajar dan membuat buku teks. Gaji pun lumayan. Namun, seenak-enaknya bekerja di negeri orang, masih lebih nikmat bekerja di rumah sendiri. Saya tetap punya keinginan untuk pulang ke Indonesia meski setelah kontrak dengan MIAT selesai, saya akan ke Dubai dulu," ungkap Sriwidodo.
Sriwidodo sendiri mengakui, betapa banyak orang Indonesia yang sebenarnya pandai dan mampu berkiprah di dunia internasional. "Jangan kaget ya, MIAT juga sudah bisa bikin pesawat lho," ungkap Sriwidodo.
Sekitar 70 PhD
Lain lagi pengalaman Mohammed Ali Berawi PhD, dosen senior pada Fakultas Teknik UM. Alumnus Teknik Elektro Universitas Sriwijaya, Palembang, lalu mengambil S-2 Teknik Sipil di UM dan meraih Doctor of Philosophy (PhD) Value Engineering and Innovation di Oxford Brookes University, Inggris, itu kini menjadi salah satu dosen andalan di Fakultas Teknik UM.
Meski usianya masih muda, penghasilan sebagai dosen sudah lebih dari cukup. Selain memberi gaji yang cukup, pihak universitas juga menyediakan rumah untuk menampung para dosen. Dan sebagai dosen yang baru menikah, Berawi juga mendapatkan satu rumah untuk ditinggali.
"Istri saya sedang di Indonesia. Sekarang sedang mengandung anak pertama. Semoga semua berjalan lancar," katanya di sela-sela kesibukannya. "Maaf, tidak bisa lama-lama, karena saya harus menguji," ujarnya.
Sriwidodo dan Mohammed Ali Berawi hanya contoh dari begitu banyaknya cerdik pandai Indonesia yang mengabdikan diri di negara jiran ini. Diperkirakan saat ini ada sekitar 70 doktor dari IPTN—kini menjadi PT DI dan digugat untuk dipailitkan oleh bekas karyawannya—yang bekerja di Malaysia.
Jumlah itu baru dari satu lembaga yang pernah berkibar dengan produksi pesawat di Indonesia. Lembaga lain yang disebut-sebut banyak "menyetor" orang pandai ke Malaysia adalah Pertamina.
"Di University of Malaya, ada 18 pengajar dari Indonesia. Ada yang mengajar di Fakultas Teknik jurusan Arsitektur, Fakultas Ekonomi, Sastra, atau bidang studi Islam. Memang, untuk menjadi dosen di UM paling tidak harus bergelar PhD. Ada sejumlah profesor yang menjadi visiting professor, dan mereka itu dikontrak," ungkap Kamila Ghazali, dari Kantor Hubungan Internasional dan Korporat Universitas Malaya.
Meski demikian, kebanyakan cerdik pandai dari Indonesia atau negara lain yang menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi itu umumnya dikontrak. Lama kontrak disesuaikan dengan kebutu*an perguruan tinggi setempat.
"Meski demikian, banyak juga dosen-dosen Indonesia yang kontraknya terus diperbarui," tutur M Imran Hanafi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. |
|
|
|
|
|
|
|
sebenarnya, x dinafikan jf bahawa Indonesia byk membantu Msia dalam sektor pendidikan tinggi (maksud disini Msia menggajikan pensyarah Indonesia).
Contoh paling utama adalah semasa penubuhan ITK(institut teknologi kebangsaan pd tahun 70an dulu). ITK ini adalah nama lama UTM...
Banyak pensyarah2 di ITK ini adalah dari ITB,Institut Teknologi Bandung(tempat Soekarno dpt title Ir.)
jf, saya lebih suka sekiranya awk dapat postkan disini mengenai BJ Habibie dan peranannya dalam bina pesawat tempur di eropah dan jugak pasal Ibrahim Yaakob,perwira Malaya yg pernah berjuang di Indonesia dan dimakamkan di makam pahlawan Kalibata... |
|
|
|
|
|
|
|
:geram: Salahke?Kat sini asyik kluar cite psl pati lah pencuri indonlah...Jadi salahke kalau bagitau kat org mlayu yg Indonesia ada hebatnya juga?
Avi Post at 2-9-2009 14:28
tak salah... tapi tuan rumah ni kerjanya memang suka provoke orang,
bila dah lama orang sini sejuk hati, tak lami lagi masuklah tuan rumah ni provoke orang,
suka sangat agaknya dia kalau orang kutuk2 indon..
aku bangga sangat kalau orang asia dari rumpun melayu berjaya atau genius bak kata tuan rumah ni...
kalau membincangkan secara ilmiah tak pe jugak, tapi nak provoke orang...tu je lah kerjanya... |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 4-9-2009 11:48
123# super_nova
Pandangan positip anda saya hargai .. tapi sayang lebih banyak orang Malaysia yang berpandangan sempit dan cetek .. terutama di forum ini ...
Perlu anda ketahui hubungan Indonesia dan Malaysia sepertinya tak pernah adem ayem dan selalu perang dingin akibat isu-isu tertentu yang melibatkan kedua negara. Namun dibalik itu semua, kami tahu bahwa para pemimpin negeri anda sebenarnya berasal dari beberapa wilayah Indonesia alias di-import dari negara yang dikatakan Indon "budak" oleh sebagain media Malaysia. Hampir 80 persen keturunan Melayu di Malaysia adalah keturunan orang Indonesia. Ada keturunan Aceh, Padang, Sumatera Utara, Jambi, Palembang, Jawa, Madura, Bawean, dan Bugis.
Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu di Gowa, Sulawesi Selatan, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak mengatakan, saya datang bukan untuk merebut kekuasaan. Saya datang sebagai orang perantauan Bugis yang sukses dan kini menjadi Perdana Menteri Malaysia, di hadapan masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan, tanah leluhurnya. Leluhurnya meninggalkan Gowa untuk merantau ke Pahang, salah satu negara bagian di Malaysia, demi menghindari konflik perebutan kekuasaan. Perantauannya ke Semenanjung Malaysia ternyata berujung sukses, setelah ayahnya menjadi PM Malaysia kedua, sementara dia sendiri menjadi PM Malaysia keenam.
Selain itu, di jajaran kabinet saat ini, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, berkakek orang Yogyakarta. Bahasa Jawanya pun masih medok. Begitu juga dengan Rais Yatim, Menteri Penerangan dan Kebudayaan Malaysia, yang menghabiskan masa kecilnya di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Bahkan kami juga tahu bahwa kesuksesan perantau Indonesia di Malaysia bukan hanya sampai tingkat menteri. Beberapa sultan di beberapa negara bagian juga keturunan Indonesia, contohnya Sultan di Johor Bahru dan Selangor adalah keturunan Bugis dan Sultan Negeri Sembilan adalah keturunan Mingankabau. Bukan saja di kalangan pemerintahan dan sultan, banyak keturunan Indonesia di Malaysia sukses membina hidup di Malaysia. Bintang film legendaris Malaysia, P. Ramlee misalnya, adalah anak Aceh yang sukses di Malaysia. Penyanyi pria paling top saat ini, Mawi, juga masih keturunan orang Jawa. Bahkan pendiri Malaysia sendiri Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj adalah generasi ke 11 keturunan Bugis, Indonesia.
Tanpa ada sadari, kemajuan ekonomi Malaysia sebenarnya tidak terlepas dari peran tangan-tangan anak bangsa Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun Melayu. Peran warga Indonesia sangat besar dalam pembangunan ekonomi dan sosial Malaysia sejak awal pembangunan ekonomi dan sosialnya hingga kini.
Presiden RI Soeharto pernah mengirim ribuan guru, dokter dan perawat ke Malaysia pada awal tahun 1970an. Banyak juga dosen-dosen Indonesia mengajar di Malaysia. Pada dekade 1970an, tenaga pendidik dan terampil banyak dikirim ke Malaysia.
Jadi jika sebagian orang Malaysia atau pun media Malaysia (yang masih berpikir sempit dan cetek) memandang rendah bangsa Indonesia tidak dapat kami terima. |
|
|
|
|
|
|
|
jf,
saya sendiri berdarah sumatera dibelah ibu manakala dibelah ayah adalah berdarah muslim cina.Tapi saya bangga jadi warga Malaysia dan juga bangga dgn kejayaan anak2 pribumi Malaysia dan Indonesia..ya,memang benar, mungkin 80% melayu msia dr. seberang. Ini kerana dahulunya kekuasan empayar melayu - nusantara ini teramat besar tetapi telah dipecahkan oleh imperialis penjajah...
konklusi begini: sesiapa yg mengutuk Indonesia adalah salah,dan sesiapa pulak mengutuk melayu/Malaysia jugak salah.kerna kita berdua serumpun (samaada seNusantara atau seIslam atau serumpun tetapi bukan seagama).
saya lebih suka guna istilah 'orgs seberang' dr istilah 'Indon' yg pada anggapan sesetengah warga Indonesia adalah satu penghinaan.Begitu juga warga Msia yg marah dgn istilah "maling**a"..
banyak yg saya jumpa tenaga kerja dari seberang di tapak bina disini yg kira ok dan ramah dgn org melayu msia kerna persamaan budaya..diharap provok -memprovok kedua2 'beradik' serumpun ini akan berkurangan.
jf, anda masih blum menjawab pertanyaan request saya tentang Ibrahim Yaakob dan BJ Habibie, boleh postkan disini? |
|
|
|
|
|
|
|
jf,
ibrahim yaakob juga berasal dari Pahang dan berdarah bugis, manakala banyak orang negeri Kedah pula berdarah Aceh..
bangsa indonesia dan bangsa malaysia adalah sama pd pikiranku..Hubungan Msia-Indonesia umpama 'suami-isteri' @ 'adik-abang' yg slalu bergaduh...hehehehe...
kirim salam saya pada nia ramadhani ya...hehehehehe |
|
|
|
|
|
|
|
125# jf_pratama Tidak dinafikan 80% Melayu di Malaysia asalnya dr kepulauan Indonesia, saya juga berdarah Jawa di sebelah bapa dan Melayu + Cina di sebelah ibu tapi kamu perlu ingat, ratusan tahun dahulu tiada nama INDONESIA atau pun MALAYSIA, yg ada cuma Nusantara, kamu mengatakan bahawa seolah2 pemimpin dan sultan2 kami dan pembangunan di Malaysia selama ini adalah ehsan dr Indonesia, owh puuhhhllleasee~, datuk dan nenek moyang kami x pernah berbangga dgn nama Indonesia bahkan Indonesia belum wujud pun masa itu, mereka lebih bangga dgn nama Malaysia sekarang ini, sbb itu walaupun kita serumpun tetapi mentaliti kita berbeza~ |
|
|
|
|
|
|
|
depa claim kita maling... tp yang kat malaysia ni lagi banyak maling seludup dari sana...
macam mana tu?
siapa maling yang sebenarnya? |
|
|
|
|
|
|
|
depa claim kita maling... tp yang kat malaysia ni lagi banyak maling seludup dari sana...
macam mana tu?
siapa maling yang sebenarnya?
nazurah Post at 4-9-2009 22:15
menatang indon ni walaupun jelas depa yang buat salah tarak nak mengaku punya, indon la katakan mestilah kena perangai cam sial... |
|
|
|
|
|
|
|
jf, anda masih blum menjawab pertanyaan request saya tentang Ibrahim Yaakob dan BJ Habibie, boleh postkan disini?
Thread mengenai Ibrahim Yacoob sudah pernah saya buat ... coba anda cari sendiri ... Sedangkan cerita mengenai BJ Habibie anda dapat lihat di thread ini. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by thessailly at 5-9-2009 21:07
Post Last Edit by jf_pratama at 4-9-2009 11:48
Jadi jika sebagian orang Malaysia atau pun media Malaysia (yang masihberpikir sempit dan cetek) memandang rendah bangsa Indonesia tidakdapat kami terima.
jf_pratama Post at 4-9-2009 12:43
kamu ada masalah inferiority complex agaknya...lagipun, kenapa tak mahu terima perkara yang benar???
memang ada benarnya ada kenapa kamu patut dipandang rendah....kerana beberapa perkara di indonesia masih di bawah Malaysia...contoh:
1- masih ada orang2 di Indon yang jual daging ayam bangkai.
2- masalah korupsi/rasuah/pecah amanah adalah sangat serius
3- orang indon bakar bendera Malaysia semasa ulangtahun kemerdekaan malaysia. - apa maksudnya tu??
4- masalah kemiskinan yang tinggi...
5- mentaliti dunia ketiga - tak puas hati sikit, bakar bendera, ak puas hati sikit terus berpisau berparang. tak puas hati sikit trus konfrantasi.
6- pemimpin Indon, kasi up sikit la...buat la dasar pembaharuan....
tapi masih ada beberapa perkara yang diatas malaysia:
1- identiti bangsa yang kuat - bahasa, penggunaan bahasa, filem, etc....
2- banyak hantu2 dan perkara mistik ekstrem..
respek la sikit negara ini...ramai pendatang asing yang datang ke sini buat jenayah, (jangan buat2 tak tau) pendatang haram pun tak dilayan macam binatang, mereka dilayan baik2 ...diberi makan, tempat tinggal, pastu hantar balik...bukannya kena seksa, tak bagi makan, pastu suruh berenang balik indon....ni siap ada yang merusuh, rosakkan infrastuktur, etc....
jadi, bila berlaku perkara mcm ni, jangan la salahkan orang2 Malaysia kalau kamu dipandang rendah... |
|
|
|
|
|
|
|
132# thessailly
Baiklah ko pergi belajar lagi lebih banyak agar tak terlihat bodoh sombong ....... Hahahaha
Karim Raslan: A Chance for Indonesia to Boom
August appears to be the preferred month for Asean national days, with Singapore, Indonesia and Malaysia celebrating their “birthdays” on the 9th, 17th and 31st respectively.
Over the past 10 years — since the annus horribilis of 1998 — Indonesia has literally been to hell and back. It’s been fashionable in Malaysia and Singapore to say “Well, at least we’re ahead of the Indonesians!”
This time around the situation has been reversed. The mood in both Singapore and Malaysia has been sombre and gloomy, while spirits in Indonesia have been surprisingly buoyant. Are we witnessing a major geopolitical change, in which the republic finally emerges on the global stage? Or is this merely a flash in the pan?
Both Singapore and Malaysia have been wracked by a combination of economic woes, racial and religious tensions and political uncertainty.
Singapore has plunged into recession as growth in the first two quarters of 2009 dropped to minus 6.5 percent. Unemployment has risen to 4.5 percent. While this might seem relatively minor it’s important to remember that Singaporeans — unlike Indonesians — are used to continuous growth and prosperity.
The $29 billion in losses sustained by Temasek, helmed by the Prime Minister Lee Hsien Loong’s wife, Ho Ching, has raised questions about the “scholar class” that runs the city-state. Many are asking why belts should be tightened when the first lady lost so much public money.
Malaysia’s position is little better. Still, it’s fair to say that Prime Minister Najib Razak has done a good job managing the impact of the global financial crisis.
But sadly, Najib, the son of a former premier, has fumbled on issues of civil liberties and race relations — ever Malaysia’s Achilles heel.
The recent death of an opposition politician’s aide, Teoh Beng Hock, while under investigation by an anticorruption agency have appalled Malaysians — most noticeably those from the influential Chinese community.
Then, last Friday, just as the country was preparing for its national day celebrations, a small group of Malay-Muslim men in the Kuala Lumpur suburb of Shah Alam held a demonstration against the relocation of a Hindu temple in their neighborhood.
Marching from the local mosque the men carried a cow’s severed head as if deliberately trying to give maximum offense to the Hindus who consider the cow a sacred animal.
The demonstration has polarized Malaysians. Many including the majority Malay population (and indeed even Najib) have been disgusted at the disrespectful and inflammatory attitude of the demonstrators. However, it is clear that many in the ruling UMNO party see the heightened political tension as a way of securing their tenuous hold on power with the Islamist PAS and Anwar Ibrahim’s PKR holding the multiracial middle ground.
Amid the political squabbling in Kuala Lumpur and the economic gloom in Singapore, Jakarta stands out.
First, the economy is growing at over 4 percent and second, a successful set of legislative and presidential polls have led to the election of a strong administration under Susilo Bambang Yudhoyono.
After decades of trailing behind Malaysia and Singapore, Indonesia, with its intimate links to Obama’s administration, its vast array of natural resources and a seat on the G20 is set to boom as global attention focuses on Jakarta.
Furthermore, the country’s resolutely democratic character reinforces the republic’s potential — especially when compared to both Malaysia and Singapore with their more restrictive laws.
Still, it’s worth asking whether the inexorable logic of geography and demography will lead to a long-term shift in Indonesia’s standing. Is there the capacity to take Indonesia firmly into the ranks of the BRIC nations, or will this opportunity be squandered?
Do Indonesians themselves recognize and understand the vast changes going on around them? Have they seen how important and powerful their country is becoming? Are they ready for the greater responsibilities — indeed the leadership role — that will come with success and influence?
Times are changing. Indonesia is in a different place. How the Indonesians treat their own poor and disaffected is as important as how they manage their relations across the region. If Indonesia really wishes to join the ranks of India and China, much still remains to be done.
Karim Raslan is a columnist who divides his time between Malaysia and Indonesia. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by thessailly at 6-9-2009 01:54
sekurang-kurangnya jf patut jawab beberapa point ni dulu..
1- masih ada orang2 di Indon yang jual daging ayam bangkai.
2- masalah korupsi/rasuah/pecah amanah adalah sangat serius
3- orang indon bakar bendera Malaysia semasa ulangtahun kemerdekaan malaysia. - apa maksudnya tu??
4- masalah kemiskinan yang tinggi...
5- mentaliti dunia ketiga - tak puas hati sikit, bakar bendera, ak puas hati sikit terus berpisau berparang. tak puas hati sikit trus konfrantasi.
6- pemimpin Indon, kasi up sikit la...buat la dasar pembaharuan....
ini cuma satu artikel, oleh seorang penulis, dari satu perspektif. ...jf mahu saya pastekan artikel2 yang menyebut keburukan / kehinaan indonesia??
siapakah si bodoh sombong yang sebenar di sini?? |
|
|
|
|
|
|
|
benda yg baik yg boleh dijadikan ilmu n pengetahuan kita baca...dan jadikan pengajaran pada kita yg mana sesiape pun bleh berjaya dgn berusaha.... |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by sayapghaib at 7-9-2009 16:34
Borhan Abu Samah.Mingguan Malaysia 6 Sept:
PULAU Indonesia untuk dijual. Begitulah bunyi iklan dipasang pada laman web, privateislansonline baru-baru ini. Tiga buah pulau yang dimaksudkan itu adalah Pulau Makaroni, Pulau Siloinak dan Pulau Kandui yang semuanya terletak di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Penjualan tiga pulau itu diiklankan. Dalam iklan itu, pulau Makaroni seluas 14 hektar dijual dengan harga AS$4 juta, Pulau Silionak seluas 24 hektar dijual AS$1.6 juta dan Pulau Kandui seluas 26 hektar berharga AS$8 juta.
Iklan juga menampilkan peta Indonesia dan disertai foto keindahan pulau tersebut. Pulau Makaroni misalnya, selain memiliki air laut yang biru, beberapa banglo juga sudah dibina di sepanjang pinggir pantai pulau tersebut.
Pulau Silionak dan Pulau Kandui juga tidak kalah indahnya. Meski gambar kedua-dua pulau tersebut diambil dari kejauhan, tapi nampak keindahan yang terpancar dari dua pulau yang sama-sama terletak di Kepulauan Mentawai itu.
Menjual
Selain menjual pulau-pulau milik Indonesia, laman web privateislandsonline.com juga menjual beberapa pulau milik negara lain. Misalkan Pulau Rusukan Besar milik Malaysia yang dijual seharga AS$5 juta, Pulau Rangyai di Thailand yang dijual seharga AS$ 160 juta dan dua pulau lagi yang terletak di negara Bahama dan Tahiti.
Selain pulau untuk dijual laman web berkenaan juga mengiklankan pulau-pulau dari seluruh dunia yang mahu disewa.
Penjualan pulau melalui Internet sendiri bukan perkara baru. Di Indonesia pada 2007 lalu juga sempat heboh dengan dijualnya dua buah pulau iaitu Pulau Panjang dan Meriam Besar yang dijual oleh Karangasem Property melalui www.karangasemproperty.com.
Bagaimanapun setelah kekecohan itu pemilik syarikat hartanah dari Belanda itu menjelaskan bahawa pulau berkenaan bukan dijual tetapi disewakan.
Gabenor Sumatera Barat, Gamawan Fauzi berkata, Pulau Siloinak kini dimiliki oleh dan dijual oleh warga negara Perancis.
Walaupun terdapat undang-undang di Indonesia yang melarang warganegara asing memiliki tanah, tetapi penduduk tempatan sering digunakan oleh warganegara asing untuk membeli pulau-pulau tersebut dengan menggunakan nama mereka.
Gawaman bagaimanapun berkata, setakat ini beliau belum meluluskan sebarang pulau untuk dijual kepada warga asing. Beliau yakin pulau-pulau berkenaan mahu dibina resort dan perkara itu memang dibenarkan.
Mengikut data terdapat 185 buah pulau di sekitar perairan Sumatera Barat baik yang berpenghuni atau tidak.
Sebanyak 185 pulau tersebut 98 terdapat di Mentawai, 47 di Pessel, 18 di Kota Padang, 12 di Pasbar, empat di Kota Pariaman, tiga milik provinsi, dua di Agam dan sebuah di Padangpariaman.
Ironinya ketika negara itu sibuk mengenai isu perbatasan di lautan di Ambalat dengan Malaysia, perlahan-lahan warganegara asing telah lama menduduki dan memilik pulau-pulau milik negara berkenaan yang merupakan sebahagian daripada wilayah kedaulatan.
Ketika Malaysia dituduh menceroboh perairannya, tanpa mereka sedari bukan sahaja perairan, malah pulau milik negara berkenaan telah menjadi bahan jual beli yang lumayan di peringkat antarabangsa
Waduh waduh Indon ni. |
|
|
|
|
|
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 4-9-2009 11:48
123# super_nova
Pandangan positip anda saya hargai .. tapi sayang lebih banyak orang Malaysia yang berpandangan sempit dan cetek .. terutama di f ...
jf_pratama Post at 4-9-2009 12:43
Kesian sangatlah kau ni.Mungkin pengetahuan sejarah dan geografi kau lemah sebab itu kau tak tahu yang sama ada Malaysia dan Indonesia malah Brunei,Singapura dan Filipina berada dalam wilayah kepulauan Melayu atau dipanggil Malay archipelago sejak ratusan tahun kalau takpun ribuan tahun dulu oleh ahli sejarah dunia.Dengan sebab itu juga bangsa atau kaum atau suku2 yang tinggal di wilayah ini juga adalah dikelompok yang sama.Suku2 kaum yang terdapat di Indonesia sama saja seperti yang terdapat di Malaysia.Oleh sebab itulah kita berkongsi bahasa,budaya dan sebagainya kerana kesamaan ini.Sangat melucukan dan terasa bodoh sekali kalau pihak indon merasa berang dan marah semata2 kerana orang2 di Malaysia berbudaya yang sama dengan mereka sampai dicop maling
Tidak pernah terdengar pula orang2 Cina di China merasa marah dan melenting kerana orang2 Cina di Taiwan juga memainkan tarian naga dan singa dan berkongsi budaya yang sama kerana sebodoh2 manusia pun tahu bangsa yang sama sudah tentulah berbudaya dan berbahasa yang sama walau berlainan negara.Tapi perkara semudah ini pun tidak dapat difahami oleh indons!Pasti indon juga merasa hairan dan marah kerana orang2 Malaysia terutama orang Melayu yang pelbagai suku makan nasi lemak,soto,nasi padang,gado2,lontong dan lain2 makanan rumpun Melayu.Langsung tak masuk dek akal isu2 yang ditimbulkan indons ini semua
Kemudian tentang penghijrahan atau migrasi diantara satu daerah ke daerah yang lain dalam wilayah nusantara ini memang sudah menjadi lumrah sejak dulu lagi,sejak zaman Melaka dan Majapahit lagi.Daerah2 yang lebih maju seperti Semenanjung Tanah Melayu yang dipanggil 'Semenanjung Emas' atau 'Golden Chersonese' oleh dunia malah Ptolemy sejak sebelum Masehi lagi,sudah tentulah menjadi tumpuan migrasi dan penghijrahan dari daerah2 yang lebih terkebelakang.Maka tidak hairanlah ramai orang2 Melayu di Malaysia yang keturunannya berasal dari daerah2 di bahagian nusantara yang lain yang kemudiannya dikenali sebagai Indonesia yang bermaksud 'Kepulauan Laut India' yang wujud cuma sekitar 60 tahun dulu.Masalah indon ni adalah kerana kerana menyangka mereka bangsa yang lain dari orang2 Melayu di Malaysia,mereka memanggil diri mereka bangsa Indonesia sedangkan istilah indonesia itu sendiri baru diwujudkan ketika Indonesia merdeka dari Belanda.Sebelum merdeka 60 tahun dulu tidak ada yang namanya Indonesia.Tidak ada bangsa Indonesia atau 'Kepulauan Laut India',yang ada bangsa Melayu pelbagai suku termasuk Jawa,Sunda,Minang,Mandailing,Bugis,Banjar,Bawean,Batak dan ratusan suku lagi,semuanya dikelompokkan dalam rumpun Melayu.
Jadi tidak timbul isu Malaysia 'mengimport' orang Indonesia kalau kita orang yang benar2 memahami sejarah bukan melayan emosi keanak2an sehingga menunjukkan kejahilan sendiri.Isu maling budaya,maling itu maling ini cuma isu remeh temeh yang tak patut menjadi isu pun oleh bangsa yang bertamadun.
Aku tak kisah sekalipun kalau kamu mahu memaparkan 1000 tokoh indon yang berjaya di luar negara yang kemungkinan besar sudah menukar status warganegarapun,asal kamu ikhlas,bukan sekadar mahu show off atau menunjuk2 hebat(lagaknya spt anak kecil).Tapi sikap keanak2an kamu yang sentiasa memprovokasi kami di sini sudah di maklumi umum sejak dulu lagi kecuali forumer yg baru berjinak2 di board ini(juga board military dan current issue).
Sikap permusuhan berterusan indon2 terhadap Malaysia sangat menjengkelkan kami,seolah2 tidak ada lagi kerja berfaedah yang kamu boleh lakukan kecuali memprovokasi secara terus-terusan tahun demi tahun.Aku tertanya2 apakah tujuan kamu berada di board Malaysia ini selama ini dengan gigihnya.
Oklah kamu boleh teruskan aktiviti ini dan hasilnya permusuhan bodoh ini akan semakin mendalam.Syabas.
p/s:posting aku ini cover utk kebanyakan isu yang indon2 timbulkan. |
|
|
|
|
|
|
|
139# rempo
Hahahahaha ..... Siapa yang berpikiran sempit dan cetek ?
Tolong baca lagi semua posting-posting saya terlebih dahulu baru kemudian beri komentar !!! |
|
|
|
|
|
|
| |
|