View: 9867|Reply: 55
|
Satu Analisa Terhadap Hak Keluarga Nabi Saaw...
[Copy link]
|
|
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani... . . . Assalamualaikum,
. . Perkataan yang hak dan kalimah yang benar, harus diiringi dengan perbuatan yang benar menuju kesempurnaan kebenaran.
. . . . Saudara saudaraku yang dikasihi, Tulisan ini sebenarnya bukan tulisan aku sendiri namun suka sangat hendak aku perturunkan di sini untuk menjadi renungan bagi kita semua, termasuk diriku sendiri didalam memahami Islam secara utuh dan menghilangkan segala macam khurafat, dengki, tahayul dan hal-hal lainnya yang dapat menyebabkan kehilangan salah satu unsur keseimbangan dari wahyu Allah ini berdasarkan hati yang suci yang ikhlas serta dihiasi dengan kebajikan yang abadi lagi disertakan pujian dan kebenaran yang sempurna. Rasul Allah yang mulia, Muhammad saaw Al-Amin alias Ahmad namanya di dalam injil Barnabas yang dijanjikan telah dilahirkan pada hari Isnin 12 Rabi'ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570 Masehi dan wafat pada hari dan tarikh yang sama, hari Isnin, 12 Rabi'ul awal tahun 11 hijriah.
Beliau wafat setelah selesai menunaikan tugasnya sebagai utusan Tuhan dan Penutup para Nabi, menanamkan nilai-nilai ketuhanan, kebenaran dan prinsip hidup kemasyarakatan kepada manusia dialam semesta selama 20 tahun 2 bulan 22 hari dalam 23 tahun masa kenabiannya semenjak ia dapatkan wahyu pertamanya di Gua Hira.
Wahyu terakhir dari Allah SWT yang dia terima berdasarkan catatan sejarah adalah pada 9 Dzulhijjah, 7 Mac 632 Masehi, ketika Nabi sedang berwukuf dipadang 'Arafah bersama-sama kaum Muslimin melaksanakan Haji Wada' (Haji perpisahan) yaitu Surah Al-Maidah ayat 3.
Pada masa-masa kepemimpinannya, umat Islam bersatu dalam satu kesatuan yang kukuh, tidak ada perpecahan diantara mereka, semua perselisihan yang terjadi, selalu dikembalikan kepada Allah dan RasulNya.
Sejarah mencatat bahawa dakwah Islam sudah mencapai kenegeri China ketika Nabi Muhammad saaw sendiri masih hidup (627 M). Adapun yang melakukan penyebaran Islam dinegeri tersebut adalah sahabat Nabi yang bernama Abu Kasbah, sekaligus mendirikan masjid pertama di Kanton.
Pada tahun 632 M, Abu Kasbah kembali kenegerinya untuk melaporkan keadaan dinegeri China kepada Nabi saaw, tetapi kedatangannya ke Madinah ternyata terlambat sebulan dari saat wafatnya Nabi, kemudian Abu Kasbah kembali ke China dan meninggal disana.
Seringkali kita memandang sinis kepada orang yang tidak sependapat dengan diri kita dalam suatu permasalahan, bahkan tidak jarang kita memperlakukannya bagaikan seorang musuh yang harus dilenyapkan dari atas dunia, kalau perlu malah mencincang-cincang dahulu tubuhnya sebelum dibunuh.
Ini adalah suatu tindakan yang anarki, tidak bermoral dan bahkan sangat bertentangan dengan jiwa-jiwa luhur Islamiah.
Perhatikanlah firman Allah dibawah ini :
"Dan janganlah kamu melanggar hak-hak manusia dan janganlah kamu merajalela merusak dibumi."
(Qs. Asy-syuara' 26:183)
Nabi Muhammad saaw dalam kehidupannya selaku Rasul telah mengajarkan banyak kepada umatnya untuk saling mengasihi.
Dikala awal wahyu turun kepada beliau untuk mengajarkannya kepada keluarga yang terdekat, Nabi mendapat kritikan serta hinaan yang cukup menyakitkan dari bapasaudaranya sendiri Abu Lahab.
Tindakan ini terus berlanjutan sehingga kepada hinaan fizikal yang dilakukan kepada Rasul dengan melemparkan kotoran kewajah beliau yang mulia, namun semua itu tidak pernah dibalas oleh Rasul dengan kekerasan melainkan beliau tetap bersabar.
Justru yang menjadi berang akibat perbuatan Abu Lahab ini adalah saudaranya yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib yang akhirnya menyatakan diri selaku pengikut Islam dan menyediakan dirinya selaku perisai dan benteng utama Rasul dalam menjalankan dakwahnya.
Ketika banyak pengikutnya disiksa secara kejam dan dibunuh, Nabi Muhammad tetap tidak melawan secara kekerasan sebagai balasan kepada para musuhnya, malah beliau menyerukan para sahabatnya untuk melakukan hijrah alias menjadi pelarian ketanah Yatsrib (Madinah) untuk menghindari kekasaran lebih jauh ditanah airnya Mekah al-Mukarromah.
Setelah sekian lamanya penderitaan demi penderitaan dialami baik secara samar maupun terang-terangan, akhirnya dengan izin Allah Pemelihara manusia, Nabi Muhammad saaw melakukan pembalasan didalam rangka mempertahankan diri dan keyakinannya.
Ketika kota Mekah berhasil berada dalam genggaman tangannya tanpa perlawanan, Nabi Muhammad saaw lantas menyerukan persaudaraan dan memberi jaminan keselamatan kepada penduduk kota itu, termasuk kepada para musuhnya yang dahulu begitu sengit menganiaya dirinya dan para pengikutnya.
Sewaktu Nabi Muhammad saaw didatangi oleh para pendeta Nasrani dari Najran beliau melakukan dialog keagamaan dengan penuh persahabatan tanpa ada sedikitpun caci maki lahir dari lidahnya, ketika dialog tidak mencapai jalan penyelesaian, Rasul mengakhirinya dengan cara bijaksana melalui suatu sumpah suci yang dinisbatkan langsung kepada nama Allah.
[ Last edited by saifulms at 16-6-2007 10:05 PM ] |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Tapi sekarang apa yang dapat kita ikuti dari ketauladanan Rasul yang dijadikan anutan tersebut ?
Satu sama lain kita saling menjatuhkan, antara Islam sesama Islam saling memaki, bahkan saling menyerang hanya kerana satu sudut pandang yang berbeda.
Umumnya kita merasa jengkel apabila ada saudara kita yang dari mazhab Syafe'i, Syi'ah atau juga Ahmadiyah mengeluarkan hujjah2 keyakinannya.
Tapi sebenarnya apa yang sudah kita ketahui tentang mereka ?
Seberapa jauh dan seberapa dalam kita mengenal kebenaran yang kita yakini dan apa tolak ukur kita menyatakan bahawa lawan bicara kita tersebut adalah berada dalam posisi yang salah ?
Bukankah ada kata-kata agung : "Benar bagi mu belum tentu benar bagi saya."
Tahukah anda bahwa mencintai para Ahli Bait Nabi Muhammad saaw adalah termasuk satu perbuatan yang mulia ?
Islam tidak berdiri dengan tegak seperti sekarang apabila tidak disokong oleh keluarga Abdul Muthalib dari Bani Hasyim, ahli Bait Muhammad bin Abdullah.
Sebut saja disini nama-nama seperti Abu Thalib, salah seorang pembela diri dan kehormatan Rasulullah saaw pada awal perkembangan Islam, kemudian disusul puteranya Ali bin Abu Thalib, Khadijah istri Nabi yang melahirkan Fatimah rh. puteri kesayangannya yang dinikahkan dengan Ali, lalu tokoh Hamzah bin Abdul Muthalib, saudara sesusuan sekaligus bapasaudara Rasulullah yang bergelar Singa Allah dan sebagainya.
Tahukah anda, Hasan dan Husien bin Ali bin Abu Thalib ra. adalah dua cucu kesayangan dari Rasulullah saaw, permata hati yang senantiasa dikasihi tidak hanya oleh Rasul akan tetapi juga oleh para sahabat utamanya seperti Salman al-Farisi, Umar bin Khatab ra, Ibn Abbas, Anas bin Malik, Zaid bin Arqam maupun Abu Bakar ash-Siddiq serta sejumlah besar sahabat besar lainnya.
Peristiwa yang terjadi antara Khalifah Abu Bakar dengan Fatimah rh, beberapa waktu sesudah wafatnya Rasul tidak bisa kita tinjau dari satu sisi dan mengabaikan sisi yang lainnya, kita semua tahu siapa Fatimah az-Zahrah rh, menyakitinya sama halnya dengan menyakiti pribadi Muhammad saaw, duka Fatimah adalah duka Rasulullah saaw.
Beliau termasuk salah satu dari wanita-wanita mulia yang disebutkan oleh Nabi saaw berada dalam keanggunan syurga.
Tapi kita juga tahu siapa Khalifah Abu Bakar, dia termasuk generasi awal yang menegakkan Islam bersama-sama dengan Nabi Muhammad saaw, merasakan pahit getirnya perjalanan Islam, berdua melakukan perjalanan dimalam Hijrah bersama sang Nabi, keluar dari kepungan para musuh yang berusaha membunuh mereka sampai digua Tsur. Satu-satunya pemimpin sholat seluruh sahabat yang ditunjuk langsung oleh Nabi disaat-saat menjelang wafatnya.
Adalah lebih bijak apabila apa yang diminta oleh Fatimah az-Zahrah rh atas hak tanah fadak kepada Khalifah Abu Bakar yang diberikan oleh Rasul tidak diketahui oleh Khalifah Abu Bakar yang juga tidak mahu melanggar apa yang sudah ditetapkan oleh Rasul sebelumnya yang telah diketahuinya secara pasti bahawa Beliau saaw tidak meninggalkan harta apapun kecuali untuk diserahkan kepada umatnya.
Begitupun pada saat pengangkatan Khalifah pertama, Imam Ali bin Abu Thalib ra, secara nasab dengan Rasul memang jauh lebih berhak dibandingkan dengan siapa saja, termasuk Abu Bakar, Umar maupun Usman, kecuali bila memang Hamzah bin Abdul Muthalib masih hidup (beliau gugur sebagai syuhada dalam peperangan Uhud).
Selain kedudukan Imam Ali bin Abu Thalib ra yang tinggi disamping Rasul yang menurut sabda Nabi Muhammad saaw sendiri dari banyak Hadis disebut laksana Harun bagi Musa, beliau juga dapat diterima oleh suku -suku Arab, seperti Quraisy yang melebihkannya dibandingkan Abdurrahman bin Auf, Rabi'ah, Mudhar maupun juga oleh suku-suku di Yaman.
Didalam al-Qur'an Surah al-Ahzab (33) ayat 6 Allah berfirman :
"Nabi itu lebih berhak atas Mukminin daripada diri mereka sendiri Isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka dan sebagian dari ulul arham (keluarga Nabi) lebih diutamakan disebagian kitab Allah melebihi Mu'minin dan Muhajirin Kecuali jika kamu mau berbuat demi kebaikan saudara-saudara kamu adalah yang demikian itu tertulis dikitab Allah"
(Qs. al-Ahzab 33:6)
Jadi berdasarkan ayat diatas kita bisa menarik point-point terpenting yaitu :
- Nabi Muhammad saaw semasa hidupnya jauh memiliki hak atas diri kaum Mu'minin bahkan melebihi hak atas diri mereka sendiri.
- Semua isteri Nabi saaw adalah Ibu kaum Mukminin (Ummul Mu'minin)
- Sebagian dari keluarga Nabi (ahli bait) memiliki hak yang lebih tinggi dalam penilaian al-Qur'an melebihi hak yang dimiliki oleh kaum Mu'minin Madinah maupun Muhajirin Mekkah, kecuali jika memang ada sesuatu yang terpaksa dibenarkan untuk meletakan keistimewaan itu di tempat nombor dua.
Inilah yang terjadi sebenarnya pada situasi umat Islam dihari wafatnya Nabi Muhammad saaw sehingga menyebabkan Abu Bakar (mertua Rasul dari isterinya 'Aisyah) tampil sebagai seorang penengah dipentas politik demi menjaga kekukuhan persatuan kalangan umat Islam yang mulai panik kehilangan pemimpinnya, apalagi kala itu Imam Ali ra. sebagai keluarga paling dekat dengan Nabi Muhammad saaw dan paling berhak atas kedudukan Khalifah sebagaimana tertulis dalam al-Qur'an ayat al-Ahzab diatas sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah saaw dikediaman Ummul Mu'minin 'Aisyah rh.
Bagaimanapun juga pada akhirnya Menantu sekaligus anaksaudara Nabi ini akhirnya menyokong pemerintahan Khalifah Abu Bakar ra. setelah isterinya Fatimah az-zahrah, puteri kesayangan Rasulullah saaw wafat lebih kurang 6 bulan setelah kepergian Nabi Muhammad saaw.
Dia menolak saranan dari sekelompok pihak (salah satunya pimpinan Abu Sufian) yang ingin agar ia melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah dan menawarkan dirinya sebagai Khalifah pengganti, disini Imam Ali faham benar makna yang ditampilkan oleh al-Qur'an, bahawa kepentingan yang lebih besar yang bersangkutan dengan kehidupan umat Islam keseluruhannya harus dikedepankan daripada kepentingan dirinya sendiri.
Malahan sebagai salah satu bentuk sokongan suami Fatimah ini bagi kekhalifahan Abu Bakar ra. ialah dengan penglibatannya sebagai salah seorang ahli pembukuan al-Qur'an bersama-sama dengan sahabat-sahabat besar lainnya seperti Zaid Bin Tsabit, Usman Bin Affan dan Ubay Bin Ka'ab.
Sewaktu Khalifah Abu Bakar ra. wafat, beliau menyerahkan tugas kekhalifahan kebahu Umar bin Khatab ra., yang sekaligus juga mertua Rasulullah saaw dari Ummul Mu'minin Hafshah ra.
Pada pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab ra. inipun Ali bin Abu Thalib tetap menunjukkan jatidirinya yang tinggi, antara keduanya terjalin satu kerja sama yang baik, didalam memecahkan urusan-urusan pelik, Khalifah Umar bin Khatab senantiasa membicarakan aturcaranya dengan para sahabat, termasuk didalamnya Imam Ali ra. sendiri selaku orang yang paling dekat kekerabatannya dengan Nabi yang menurut salah satu Hadis bahawa Nabi pernah bersabda Ali bin Abu Thalib sebagai gudang ilmu.
Konflik mulai timbul apabila Khalifah Umar bin Khatab wafat terbunuh pada suatu subuh disaat beliau menjadi Imam sholat.
Beliau meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan bersebelahan dengan Abu Bakar dan Rasulullah ditapak rumah Ummul Mu'minin Aisyah yang sekarang terletak didalam kawasan masjid Nabawi di Kota Madinah.
Secara tersirat Khalifah Umar bin Khatab ra. pernah memberikan pilihan kepada umat agar memilih Ali bin Abu Thalib ra. sebagai Khalifah selepas beliau, akan tetapi kerana sepengetahuan sang Khalifah Umar ra. bahawa Rasulullah begitu menjunjung tinggi rasa demokrasi, maka Umar bin Khatab menyerahkan urusan kekhalifahan ini pada suatu ahli syura yang akan memilih orang terbaik sebagai penggantinya.
Dan ternyata pucuk pimpinan umat Islam beralih kepada Bani Umayyah, yaitu dengan terangkatnya Usman bin Affan sebagai Khalifah ke-3. Disini ciri-ciri politik kotor telah diresapkan oleh sejumlah keluarga Bani Umayyah untuk memanfaatkan kedudukan Usman bin Affan didalam mencapai maksudnya.
Perlu diingat, pada masa pemerintahan Usman bin Affan ra., Khalifah Umar bin Khatab ra, telah mewariskan puncak kejayaan Islam, dimana Islam telah tersebar hingga ke Armenia dan Azerbaijan timur serta Tripoli barat. Dengan demikian Islam sudah tersebar hingga ke Siria dan Palestin yang kala itu menjadi sebahagian kekaisaran Byzantium, terus ke Turki, Mesir, Iraq, Iran hingga Parsi dan menyeberang ke Afrika Utara.
Khalifah Umar Bin Khatab ra. juga yang telah mendirikan Masjidil-Aqsa (637M) dikota Jerusalem dalam bentuk yang sangat sederhana, terdiri dari empat buah tembok berbentuk persegi, yang cukup luas untuk menampung 3000 umat untuk melakukan sholat.
Masuknya sejumlah orang dari keluarga Bani Umayyah kekancah politik dan pemerintahan tidak dapat juga dinisbatkan sebagai kesalahan utama dari Usman bin Affan ra. |
|
|
|
|
|
|
|
Kita semua tahu, bagaimana keadaan Khalifah Usman dikala itu, disatu waktu beliau dihadapkan dengan tanggung jawabnya selaku pemimpin umat dan dilain waktu beliau dihadapkan pada desakan kaum kerabatnya.
Usman bin Affan ra. juga termasuk salah satu menantu Nabi Muhammad saaw sebagaimana halnya dengan Imam Ali ra, Usman digelar "Zun Nuraini" kerana menikahi 2 puteri Nabi dari Khadijah yang bernama Ruqayah dan Ummu Kalsum.
Tentunya bukan tanpa pertimbangan apabila Rasulullah saaw berani2 melepaskan kedua puterinya untuk dinikahi oleh Usman bin Affan ra, beliau termasuk pemeluk Islam generasi awal disaat-saat pertama Nabi menyampaikan ajarannya.
Sebagaimana kita tahu, Rasulullah menikah dengan Khadijah pada umur 25 tahun dan wafat pada usia 63 tahun. Dari isterinya ini Rasul memiliki 2 orang anak laki-laki yaitu Qasim dan Abdullah at-Tahir, ke 2 nya meninggal waktu kecil, selain itu Nabi juga memperoleh 4 anak perempuan yaitu Zainab, Ummu Kalsum, Ruqayyah dan Fatimah.
Puterinya yang tertua yaitu Zainab menikah dengan Abul 'Ash Bin At Rabi' Bin Abdi Syams, ibu dari Abul 'Ash ini adalah saudara perempuan dari Khadijah dan dari perkawinannya itu Zainab mendapatkan dua orang anak, yang perempuan bernama Umamah dan yang laki-laki bernama Ali.
Ketika ayahnya, Muhammad saaw, diangkat menjadi Nabi dan Rasul, Zainab pun mengajak suaminya itu untuk ikut memeluk Islam, tapi ditolak olehnya, sementara Zainab sendiri telah beriman mengikuti sang ayah dan terpaksa berpisah dengan suaminya itu.
Ketika terjadi peperangan Badar, 17 Ramadhan tahun 2 atau 13 Mac 624, Abul 'Ash bersama-sama kaum Musyrikin Mekkah mengangkat pedang, mengobarkan perlawanan terhadap Nabi Muhammad saaw dan umat Islam. Namun tidak lama setelah itu, Abul 'Ash memeluk Islam hingga akhir hayatnya pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan kembali melangsungkan pernikahannya dengan Zainab secara Islam.
Sementara puteri Nabi Muhammad yang kedua yaitu Ruqayah sebelumnya menikah dengan 'Utbah Bin Abu Lahab, begitu pula dengan puterinya ketiga, Ummu Kalsum, menikah dengan 'Utaibah Bin Abu Lahab, saudara 'Utbah hanya selang beberapa waktu sebelum Muhammad mendapat wahyu.
Kelak dikemudian hari, dimana Muhammad saaw telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul serta bertugas menyampaikan dakwahnya kepada manusia, kedua puterinya ini bercerai dengan masing-masing putera Abu Lahab itu dan menikah dengan Usman Bin Affan ra. yang didahului oleh Ruqayah, meninggal setelah peperangan Badar selesai, dan digantikan oleh Ummu Kalsum, puteri Nabi yang ketiga, sehingga kerananya Usman ra. digelar Zun Nuraini, yaitu yang memiliki dua cahaya.
Ketika Khalifah Usman ra. terbunuh, Imam Ali ra. diangkat oleh sejumlah besar para sahabat untuk menggantikan posisi sebagai Khalifah ke-4, dan ini pada dasarnya cukup membuat penyokong Bani Umayyah menjadi kurang senang.
Kita ketahui bersama bahawa Imam Ali ra, begitu pula Nabi Muhammad saaw adalah berasal dari kaum Bani Hasyim.
Jauh berabad jarak dari lahirnya Rasulullah, penguasa kota Mekah pada waktu itu Qusai memiliki putera bernama Abdu Manaf yang berputerakan pula dua orang anak laki-laki, yaitu yang tertua adalah Hasyim (yang memiliki perangai baik) dan kedua bernama Abdu Syams (memiliki sifat lebih condong kepada keduniaan).
Ketika Abdu Manaf wafat, beliau menyerahkan pengurusan kota Mekah dan khususnya penjagaan Baitullah peninggalan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada kedua puteranya itu.
Namun putera dari Abdu Syams yang bernama Umayyah tidak menyenangi adanya kekuasaan terbahagi pada bapasaudaranya, Hasyim. Lalu melalui suatu mesyuarat kekeluargaan, Umayyah cuba menyingkirkan Hasyim, akan tetapi hal ini tidak mendapatkan persetujuan dari banyak pihak.
Akhirnya masalah itu dibawa oleh Umayyah kehadapan seorang hakim hasil pemilihan bersama dari suku Chuzai't. Sayangnya hakim tersebut telah memutuskan kebenaran berada dipihak Hasyim.
Maka jatuhlah keputusan hakim untuk menempatkan Umayyah keluar dari kota Mekah selama 20 tahun dan selanjutnya dia pergi ketanah Syam.
Inilah awal dari permusuhan keluarga Bani Umayyah terhadap Bani Hasyim.
Sampai pada masa Abdul Muthalib, keluarga Bani Hasyim masih merupakan penjaga Ka'bah dan pengurus kota Mekah yang berlanjutan hingga masa kenabian Muhammad saaw yang membuang seluruh berhala yang ada pada Ka'bah dan mengembalikan ajaran monotheisme Ibrahim as yang dilanjutkan pula pada pemerintahan Abu Bakar ra. yang disusuli oleh pemerintahan Umar bin Khatab ra. |
|
|
|
|
|
|
|
Mungkin demi untuk mempersatukan kembali persaudaraan Bani Umayyah dan Bani Hasyim ini juga yang melandasi Rasulullah saaw menikahkan 2 puterinya kepada Usman bin Affan.
Namun dendam rupanya tidak pernah lekang dari hati manusia-manusia yang hatinya gelap dari cahaya Allah, dan sayang sekali keadaan ini merasuk sejumlah tokoh-tokoh Bani Umayyah yang baru merasa mendapatkan celah untuk kembali menyingkirkan keluarga Bani Hasyim setelah sekian lama tertahankan.
Dan kini sasarannya adalah para keluarga utama Nabi Muhammad saaw yang masih tersisa, yaitu Imam Ali bin Abu Thalib dan seluruh keturunannya.
Maka mulailah semakin dikobarkan rasa permusuhan dikalangan para sahabat Nabi yang masih hidup, bahkan Imam Ali ra, pernah difitnah orang sebagai bertanggung jawab atas pembunuhan Khalifah Usman bin Affan ra.
Situasi politik yang tidak menentu dan penuh kacau bilau membuat Imam Ali ra, memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah kekota Kufah.
Beberapa orang sahabat meminta kepada Khalifah agar segera menghukum orang-orang yang diduga menjadi pembunuh Khalifah Usman. Namun permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan oleh Imam Ali ra. kerana belum jelas siapa oknum sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan tersebut.
Hal tersebut telah mengecewakan Thalhah dan Zubair ra, sehingga mereka memujuk Ummul-Mu'minin 'Aisyah rh, untuk mengangkat senjata menentang Khalifah dan menarik kembali pernyataan Bai'at mereka kepadanya.
Ibnu Al-Asir mencatat sejumlah lapan belas orang yang enggan berba'iat diantara mereka terdapat Sa'ad Bin Abi Waqqas yang pada masanya menjadi penakluk Parsi, Ibnu 'Umar, Usamah dan Zaid Bin Tsabit (Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh Rasulullah saaw untuk mengintip gerakan musuh)
Itulah perang Jamal atau perang Unta, dalam bulan Jumadil Akhir tahun 36 H. -disebut demikian kerana 'Aisyah memimpin pasukan dari punggung unta. Atas perlawanan para sahabat dan Mertua tirinya itu, Imam Ali ra pada mulanya tidak melakukan tindakan balas melainkan mengirimkan utusan (yaitu Qa'qa bin Amr ra) kepada isteri Nabi tersebut untuk mencari jalan damai. Utusan Khalifah tersebut disambut oleh Thalhah dan Zubair yang tetap menginginkan Khalifah melakukan tindakan tegas terhadap oknum pembunuhan Khalifah Usman.
Setelah usaha perdamaian itu gagal, Imam Ali ra terpaksa memulakan perlawanan terhadap para sahabat dan isteri Rasulullah itu yang berakhir dengan kekalahan dipihak pasukan Ummul Mu'minin 'Aisyah ra,
Dan dengan kearifannya Imam Ali ra. mengamanatkan pasukannya agar menghormati Ummul-Mu'minin itu dan mengembalikannya ke Madinah dengan penuh penghormatan dan perlindungan sebagaimana mereka menghargai dan melindungi Nabi sebelum itu.
Imam Ali ra telah membersihkan atau mengembalikan nama baik Ummul Mu'minin 'Aisyah dari kesalahannya memimpin perang terhadapnya sebagai Khalifah.
Perbuatan A'isyah ra ini sebenarnya telah melanggar dari ketentuan yang diatur Allah dalam al-Qur'an sendiri, bahkan semenjak Rasulullah saaw masih hidup saja, 'Aisyah dan isteri-isteri Rasul yang lainnya pernah mendapatkan teguran dari Allah.
"Wahai Nabi, kabarkanlah kepada istri-istrimu: 'Jika kamu menginginkan kehidupan yang rendah dan perhiasannya, maka biarkan aku memberi bekal kepada kamu dan menceraikan kamu baik-baik. Tapi Jika kamu condong kepada Allah dan Rasul-Nya serta kampung akhirat, maka Allah telah menyediakan bagi perempuan-perempuan yang berbuat baik dari antarakamu, ganjaran yang besar. Wahai Istri-istri Nabi, barangsiapa dari kamu berbuat kejahatan yang nyata, akan digandakan azab baginya dua kali, dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. Namun siapa diantara kamu yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, niscaya akan Kami beri ia dua kali ganjaran dan Kami siapkan kemuliaan untuknya. Wahai Istri-istri Nabi, kedudukan kamu tidak sama dengan seorangpun dari perempuan lain. Jika kamu berbakti, janganlah kamu bersifat lemah melalui perkataan sebab hal ini akan menaruh harapan orang yang dihatinya ada penyakit ucapkanlah perkataan yang sopan Hendaklah kamu berdiam dirumah-rumah kamu, dan janganlah kamu berhias sebagaimana cara jahiliyah, dirikanlah sholat dan tunaikan zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; Sungguh Allah hendak menghilangkan kekotoran kamu wahai Keluarga Nabi dan akan menyucikanmu sesuci-sucinya."
(Qur'an Surah al-Ahzab 33:21-25)
Dari ayat diatas telah diberitakan bahwa isteri-isteri Nabi diancam untuk diceraikan manakala mereka lebih menghendaki materi keduniaan daripada kemuliaan akhirat.
Kalimat diceraikan dalam kes ini bisa juga kita tafsirkan dengan direndahkan dari kemuliaan yang pernah ia dapatkan sebelumnya.
Allah bahkan mengancam 2 kali lipat azabnya bagi isteri-isteri Nabi yang berbuat jahat secara konkret, sebaliknya mereka yang tetap dalam istiqomah keimanannya akan diberikan ganjaran 2 kali lipat.
Para Isteri Nabi juga diperingatkan oleh Allah untuk tidak bebicara sebarangan maupun memberikan sikap berlebihan pada orang lain, sebab itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang merasa iri dan munafik, dan justru inilah yang terjadi pada kes pemberontakan A'isyah yang dihasut oleh Thalhah dan Zubair terhadap pemerintahan Imam Ali bin Abu Thalib ra, yang ditinjau dari kekeluargaan adalah menantunya sendiri.
Allah juga melarang bagi Isteri-isteri Nabi untuk keluar rumah tanpa adanya keperluan yang mendesak, juga Allah meminta mereka menjaga pakaian mereka agar tidak memperlihatkan aurat tubuhnya ataupun kehormatan dirinya sebagai seorang Ibunda kaum Muslimin, sebab inilah kemuliaan bagi diri mereka dan Allah sangat berkeinginan untuk menyucikan mereka.
Setelah selesai menghadapi perlawanan dari 'Aisyah, Imam Ali ra. berhadapan pula dengan sikap Muawiyah bin Abu Sufian yang waktu itu menganggap Imam Ali ra tidak mampu mencari pembunuh Khalifah Usman bin Affan ra sehingga membuatnya tidak layak lagi untuk menjadi seorang Khalifah.
Terjadilah pertempuran antara pasukan Imam Ali ra sebagai pemerintahan yang sah dengan pasukan Muawiyah (gabenur Syam) dari kaum Bani Umayyah yang hendak melakukan pemberontakan dan telah mengistiharkan dirinya sebagai Khalifah umat Islam.
Dalam beberapa pertempuran, pasukan Imam Ali ra telah beberapa kali mencapai kemenangan, namun setiap kali pihak Muawiyah mengajukan usaha perdamaian maka acapkali itu juga Imam Ali ra menerimanya sebagai seorang yang memang tidak menyenangi pertumpahan darah.
Akibat dari kesabaran dan mengalah yang sering diperlihatkan oleh Imam Ali ra ini, sejumlah sahabat menarik balik sokongan mereka dan malah berbalik memusuhi pemerintahan Imam Ali ra tetapi tetap juga memusuhi kumpulan Muawiyah dan golongan ini lebih dikenal dengan nama Khawarij.
Imam Ali akhirnya terbunuh dimasjid Kufah akibat tusukan pedang beracun milik salah seorang dari kumpulan Khawarij bernama Abdurahman bin Muljam pada suatu pagi Jum'at dan menghembuskan nafas terakhirnya pada malam Ahad 21 Ramadhan 40 H. |
|
|
|
|
|
|
|
Sampai sejauh ini, apa yang telah terjadi dan menimpa diri keluarga terdekat Nabi Muhammad saaw sepeninggal beliau sebenarnya telah ternubuatkan oleh al-Qur'an sendiri yang sebenarnya tidak pernah disedari oleh umat Islam hakikatnya.
Disurah al-Ahzab ayat 11 -15 Allah berfirman :
11] Pada saat itulah diuji orang-orang yang beriman dan digoncangkan perasaan dan pendiriannya dengan goncangan yang amat dahsyat. [12] Dan lagi masa itu ialah masa orang-orang munafik dan orang-orang yang tidak sihat dan tidak kuat iman dalam hatinya berkata: Allah dan RasulNya tidak menjanjikan kepada kita melainkan perkara yang memperdayakan sahaja. [13] Dan juga masa itu ialah masa segolongan di antara mereka berkata: Wahai penduduk Yathrib, tempat ini bukan tempat bagi kamu (untuk berjuang di sini), oleh itu baliklah dan sebahagian dari mereka pula meminta izin kepada Nabi (hendak balik) sambil berkata: Sesungguhnya rumah-rumah kami memerlukan perlindungan, pada hal dia tidak memerlukan perlindungan. Mereka hanya bertujuan hendak melarikan diri (dari berjuang menegakkan Islam).
Selanjutnya diayat ke -19 Allah juga menubuatkan :
19] Mereka bersikap bakhil kedekut terhadap kamu (wahai orang-orang mukmin untuk memberikan sebarang pertolongan); dalam pada itu apabila datang (ancaman musuh yang menimbulkan) ketakutan, engkau melihat mereka memandang kepadamu (wahai Muhammad, meminta pertolonganmu) dengan keadaan mata mereka berputar seperti orang yang pengsan semasa hampir mati. Kemudian apabila hilang perasaan takut itu, mereka mencela kamu dengan lidah yang tajam, sambil mereka tamakkan kebaikan (yang diberikan Allah kepada kamu). Mereka itu tidak beriman, lalu Allah gugurkan amal-amal mereka dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah melaksanakannya.
Jadi tafsirnya, akan ada segolongan dari umat Islam (yaitu para sahabat Nabi) yang kembali menjadi munafik dan memiliki rasa kebencian serta irihati kepada Nabi saaw, mereka mencuba untuk mengadakan makar ditengah-tengah umat, bahkan jika perlu mereka mengadakan fitnah, padahal sebelumnya mereka pernah berjanji untuk tidak berkhianat kepada ajaran Islam; orang-orang seperti ini sangat tamak atas harta dan rela menanggalkan keimanannya yang berakibat gugurnya amal mereka selama ini.
Setelah kematian Imam Ali ra, Hasan ra puteranya tertua diangkat oleh sekumpulan besar sahabat Nabi sebagai penganti Khalifah.
Akan tetapi menjadi pemimpin umat diwaktu Hasan bin Ali ra ketika itu tidaklah sebagaimana Abu Bakar, Umar, Usman maupun ayahnya Imam Ali ra menjawatnya.
Pemerintahan Hasan dihadapkan dengan kehuruharaan yang bertubi-tubi saling menyerang dari berbagai sisinya terutama dari pihak Muawiyah dan Kaum Khawarij yang jelas-jelas membenci Imam Ali beserta keturunannya.
Disana-sini Muawiyah terus mengobarkan semangat permusuhan dengan Imam Ali dan keturunannya, orang dipaksa untuk mencaci maki keluarga Nabi itu sejahat-jahatnya bahkan termasuk dalam mimbar-mimbar Juma'at.
Kenyataan ini jelas semakin memperdalam kehancuran persatuan umat Islam, suatu ironi yang tidak dapat dihindarkan, betapa dengan susah payah Rasulullah saaw melahirkan suatu kehidupan masyarakat yang terbaik dengan mengorbankan air mata dan titisan darah para syuhada kini hancur dihadapan cucu beliau saaw sendiri.
Akhirnya Imam Hasan bin Ali ra memutuskan untuk berdamai dengan Muawiyah dan menyerahkan tampuk kekuasaan Khalifah kepadanya demi untuk menghindarkan jurang yang lebih dalam lagi dikalangan umat Islam dengan beberapa persyaratan perjanjian.
Beberapa isi dari perjanjian itu adalah pemerintahan Muawiyah akan menjalankan pemerintahan berdasarkan kitab Allah dan sunnah RasulNya, menjaga persatuan umat, menyejahterakannya, melindungi kepentingannya, tidak membalas dendam kepada anak-anak yang orang tuanya gugur didalam berperang dengan Muawiyah juga tidak mengganggu seluruh keluarga Nabi Muhammad saaw baik secara terang-terangan maupun tersembunyi dan menghentikan caci maki terhadap para Ahli Bait ini serta tidak mempergunakan gelar "Amirul Mukminin" sebagaimana pernah disandang oleh Khalifah Umar bin Khatab dan Khalifah Ali bin Abu Thalib ra.
Akan tetapi selang beberapa ketika sesudah Muawiyah diakui sebagai Khalifah, dia mulai melanggar isi perjanjian tersebut, orang-orang yang dianggap menyokong keluarga Nabi diculik dan dibunuh, perbendaharaan khas baitul mal Kufah disalah gunakan, caci maki terhadap keturunan Nabi dari Fatimah kembali dibangkitkan malah lebih parah lagi mereka memaksa orang untuk memutuskan hubungan dengan ahli Bait Nabi.
Tidak hanya setakat itu, beberapa hukum agama yang diatur oleh Nabi Muhammad saaw pun dirombak oleh Muawiyah, misalnya Sholat hari raya mempergunakan azan, khutbah lebih didahulukan daripada sholat, laki-laki diperbolehkan memakai pakaian sutera dan sebagainya.
Mereka juga membuat pernyataan-pernyataan yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad saaw dan beberapa sahabat utama yang sebenarnya tidak pernah ada.
Hal ini melahirkan simpati para penyokong Imam Hasan ra, mereka sepakat untuk kembali mengistiharkan cucu Nabi saaw ini sebagai seorang Imam atau pemimpin mereka.
Orang-orang ini diantaranya Hajar bin Adi, Adi bin Hatim, Musayyab bin Nujbah, Malik bin Dhamrah, Basyir al-Hamdan dan Sulaiman bin Sharat.
Akan tetapi selang tak lama kemudian, putera pertama dari Fatimah az-Azzahrah ini wafat karena diracun, Jangka masa pemerintahan Khalifah Hasan ini 6 bulan lebih 1 hari.
Kekejaman puak Bani Umayyah terhadap Bani Hasyim keturunan Nabi Muhammad saaw terus berlanjut sampai pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah bin Abu Sofian yang melakukan pembantaian besar-besaran atas diri Husain sekeluarga dan para pengikutnya dipadang Karbala pada hari Asyura.
Kepala Husain yang mulia telah dipenggal, wanita dan anak-anak di-injak-injak, wanita hamil serta orang tua pun tidak luput dari pembunuhan kejam itu.
Seluruh keturunan Nabi Muhammad saaw melalui Imam Ali bin Abu Thalib terus dicaci maki meskipun tubuh mereka telah bersimbah darah merah, semerah matahari senja yang meninggalkan cahaya keemasannya untuk berganti pada kegelapan.
Kekejaman Yazid dalam membunuh Imam Husain, menyembelih anak-anak dan pembantu-pembantunya, begitu pula memberi aib kepada wanita-wanitanya, ditambah dalam tahun ke-2 memperkosa kota Madinah yang suci serta membunuh ribuan penduduknya, tidak kurang dari 700 orang dari Muhajirin dan Anshar sahabat-sahabat besar Nabi yang masih hidup.
Marilah sekarang kita berfikir secara objektif, apakah perbuatan ini dianggap baik oleh orang yang mengaku mencintai Nabinya dan senantiasa bershalawat kepada beliau dan keluarganya dalam setiap sholat ?
Masihkah kita berfikir jahat terhadap orang yang mencintai dan mengasihi ahli Bait sementara kita sendiri lantas berusaha untuk membela orang-orang yang justru telah secara nyata melakukan pembasmian terhadap keluarga Nabi Muhammad saaw ?
Permusuhan Muawiyyah bin Abu Sofyan terhadap Bani Hasyim terus menurun kepada generasi sesudahnya seperti Yazid bin Muawiyah, Marwan, Abdul Malik dan Walid, barulah pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz keadaan berubah.
Sekalipun Umar bin Abdul Aziz ra berasal dari puak Bani Umayyah sebagaimana juga pendahulunya, namun beliau bukan orang yang zalim, seluruh penghinaan terhadap keluarga Nabi dilarangnya, sebaliknya beliau membersihkan nama dan sangat menghormati para ahli Bait. |
|
|
|
|
|
|
|
Sebagai tambahan catatan, dendam lama antara Bani Umayyah terhadap Bani Hasyim pernah secara nyata dilakukan pada zaman Nabi Muhammad saaw masih hidup, yaitu ketika Hindun isteri Abu Sufian (orang tua dari Muawiyah) melakukan permusuhan terhadap Rasul dan bahkan ia juga yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib secara licik dalam peperangan Uhud lalu tanpa prikemanusiaan mencincang tubuh bapasaudara Nabi itu lalu mengunyah hatinya dimedan perang.
Namun apakah pembalasan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad saaw ketika berhasil menguasai seluruh kota Mekkah pada hari Fath Mekkah ?
Seluruh kejahatan Abu Sufian dan Hindun telah dimaafkan begitu saja oleh Nabi dan rumah Abu Sufian dinyatakan sebagai tempat yang aman bagi semua orang sebagaimana juga Masjidil Haram dinyatakan bersih dan terjamin keselamatan orang-orang yang berada disana.
Sungguh positif sekali perlakuan generasi Bani Hasyim dibandingkan perlakuan Bani Umayyah terhadap sisa-sisa Bani Hasyim dari keturunan Nabi.
Seseorang menjadi terkenal kerana memiliki tentara, kerajaan dan kekaisaran semata.
Mereka mendirikan apa saja, tidak lebih dari kekuatan material yang acapkali hancur didepan mata mereka sendiri.
Nabi Muhammad saaw, Rasul Allah yang agung, penutup semua Nabi, tidak hanya menggerakkan bala tentara, rakyat dan dinasti, mengubah perundang-undangan, kekaisaran. Tetapi juga menggerakkan jutaan orang bahkan lebih dari itu, dia memindahkan altar-altar, agama-agama, idea-idea, keyakinan-keyakinan dan jiwa-jiwa.
Berdasarkan sebuah kitab, yang setiap ayatnya menjadi hukum, dia menciptakan kebangsaan beragama yang mengaulkan bangsa-bangsa dari setiap jenis bahasa dan setiap suku.
Dalam diri Muhammad, dunia telah menyaksikan fenomena yang paling jarang diatas bumi ini, seorang yang miskin, berjuang tanpa sokongan, tidak goyah oleh kerasnya hati para pendosa.
Dia bukan seorang yang jahat, dia keturunan baik-baik, keluarganya merupakan keluarga yang terhormat dalam pandangan penduduk Mekah kala itu. Namun dia meninggalkan semua kehormatan tersebut dan lebih memilih untuk berjuang, mengalami sakit dan derita, panasnya matahari dan dinginnya malam hari ditengah gurun pasir hanya untuk menghambakan dirinya demi Tuhannya.
Dia lebih baik dari apa yang semestinya terjadi pada seseorang seperti dia.
Mereka, para sahabatnya, orang-orang Arab, yang lahir bergaul dengannya selama 23 tahun, begitu menghormatinya.
Padahal mereka itu adalah orang-orang liar, mudah melenting marah dan cepat terseret kedalam pertikaian yang sengit. Tanpa semua ketulusan hati, keberanian yang dahsyat, kebenaran nilai dan kedewasaan, tak ada orang yang dapat memerintah mereka.
Tetapi mereka mahu memanggil Muhammad sebagai Nabi, sebagai pimpinan, sebagai seorang bapa dan sebagai manusia yang harus mereka hormati dan mereka patuhi.
Disana Muhammad berdiri bertentang muka dengan mereka, nyata tidak tersembunyi dalam suatu misteri, ia menjahit jubah panjangnya dan memperbaiki kasutnya sendiri. Bertempur, menasihati, memerintah ditengah-tengah mereka, mereka tentu menyaksikan dan benar2 tahu seorang yang macam apakah Muhammad itu sebenarnya.
Orang dapat memanggil dirinya dengan panggilan apa saja, tidak ada kaisar dengan mahkotanya yang dipatuhi secara ikhlas seperti laki-laki ini, dalam jubah panjangnya yang dijahit sendiri.
Setelah kota Mekkah jatuh, lebih dari satu juta batu persegi tanah terletak dibawah telapak kakinya. Penguasa Jazirah Arabia ini tetap saja menjahit sendiri kasutnya dan pakaian dari bahan yang kasar, memerah susu kambing, meniup tungku menyalakan api dan mengunjungi keluarga-keluarga miskin. Seluruh kota Madinah dimana beliau tinggal, berkembang dengan amat pesat dimasa hidupnya. Dimana-mana ada emas dan perak dengan cukup, namun dihari-hari kemakmuran tersebut, berminggu-minggu berlalu tanpa api menyala ditungku raja Arabia ini.
Makanannya kurma dan air putih.
Keluarganya kelaparan beberapa malam berturut-turut kerana mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan dimalam hari. Beliau tidak tidur diatas tempat tidur yang empuk tetapi diatas tikar setelah sehari-harian sibuknya yang panjang, menghabiskan sebahagian besar malamnya dengan sembahyang, tak jarang hingga mencucurkan air mata sebelum sang Pencipta mengabulkan permohonan beliau akan kekuatan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang Rasul.
Demikianlah kiranya sedikit kalimah yang dapat aku ucapkan di sini, semoga ada hikmah yang dapat dipetik darinya.
"Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli Bait dan membersihkanmu sebersih2nya."
(Qs. al-Ahzab 33:33) |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
"Wahai Nabi, kabarkanlah kepada istri-istrimu: 'Jika kamu menginginkan kehidupan yang rendah dan perhiasannya, maka biarkan aku memberi bekal kepada kamu dan menceraikan kamu baik-baik. Tapi Jika kamu condong kepada Allah dan Rasul-Nya serta kampung akhirat, maka Allah telah menyediakan bagi perempuan-perempuan yang berbuat baik dari antarakamu, ganjaran yang besar. Wahai Istri-istri Nabi, barangsiapa dari kamu berbuat kejahatan yang nyata, akan digandakan azab baginya dua kali, dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. Namun siapa diantara kamu yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, niscaya akan Kami beri ia dua kali ganjaran dan Kami siapkan kemuliaan untuknya. Wahai Istri-istri Nabi, kedudukan kamu tidak sama dengan seorangpun dari perempuan lain. Jika kamu berbakti, janganlah kamu bersifat lemah melalui perkataan sebab hal ini akan menaruh harapan orang yang dihatinya ada penyakit ucapkanlah perkataan yang sopan Hendaklah kamu berdiam dirumah-rumah kamu, dan janganlah kamu berhias sebagaimana cara jahiliyah, dirikanlah sholat dan tunaikan zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; Sungguh Allah hendak menghilangkan kekotoran kamu wahai Keluarga Nabi dan akan menyucikanmu sesuci-sucinya."
(Qur'an Surah al-Ahzab 33:21-25) pembetulan:Qur'an Surah al-Ahzab 33:28-33
Demikianlah kiranya sedikit kalimah yang dapat aku ucapkan di sini, semoga ada hikmah yang dapat dipetik darinya.
"Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli Bait dan membersihkanmu sebersih2nya."
(Qs. al-Ahzab 33:33)
Quote yang pertama tu surah al-Ahzab ayat 28-33
Yang diboldkan dalam quote tu adalah petikan ayat 33 (surah al-Ahzab)
Quote yang kedua adalah petikan ayat 33 surah al-Ahzab juga.
33:33 dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
wassalam.
[ Last edited by ibnur at 17-6-2007 07:31 AM ] |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
Reply #7 ibnur's post
Salam,
terima kasih mod Ibnur di atas pembetulan itu..
Aku agak tergesa-gesa dalam mengedit artikel di atas tu..
nampaknya masih ada yang tertinggal ni;
surah Al Ahzab ayat 14 dan 15 :
[14] Dan kalaulah tempat-tempat kediaman mereka itu diserang oleh musuh dari segala penjurunya, kemudian mereka diajak berpaling tadah menentang Islam, sudah tentu mereka akan melakukannya, dan mereka tidak bertangguh lagi tentang itu melainkan sebentar sahaja.
[15] Pada hal sesungguhnya mereka telahpun mengikat janji dengan Allah sebelum itu, iaitu mereka tidak akan berpaling undur (dari medan perang yang mereka hadiri). Dan (ingatlah) janji setia dengan Allah itu akan ditanya kelak (tentang penyempurnaannya).
|
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by saifulms at 17-6-2007 11:37 AM
Salam,
terima kasih mod Ibnur di atas pembetulan itu..
Aku agak tergesa-gesa dalam mengedit artikel di atas tu..
nampaknya masih ada yang tertinggal ni;
surah Al ...
surah tu berkenaan para sahabat yang tak ikut berperang .... kemudian 3 orang dari para sahabat tu telah di 'hukum' sehingga mereka bertaubat. yang lain-lain tu kena baca sirah utk mengetahui selanjutnya.
satu lagi... kenapa terdapat 2 tafsiran bagi ayat 33 tersebut sedangkan ia adalah satu artikel? penulisnya sama. |
|
|
|
|
|
|
|
Wahai saudara-saudaraku yang dihormati dan yang kusayangi,
Maka dengan terbitnya artikel di atas ini, maka aku dengan relahati mengistiharkan pada hari ini bahawa aku bukan lagi penganut fahaman ahli SYIAH IMAMIAH... kerana...
Aku amat menyintai Allah SWT dan RasulNya Muhammad saaw..
Seluruh ahli keluarga baginda Muhammad saaw...
Semua sahabat2 baginda Rasulullah saaw..
kerana pengorbanan mereka tidak sedikit, tanpa mereka ini siapalah kita pada hari ini....
Agama tidak akan datang di bawa angin begitu saja.. Pasti adanya pengorbanan yang sangat besar yang membawa jiwa agama ini kepada kita semua... Tidakkah engkau wahai saudara2ku memikirkannya?
Walauapapun yang telah mereka lakukan terhadap keluarga Rasul yang mulia setelah wafatnya baginda Rasulullah saaw, semoga Allah SWT Yang Maha Bijaksana Dan Maha Melihat segala apa yang Telah terjadi dan segala yang Bakal terjadi, mengampuni mereka kerana sesungguhnya Allah SWT Maha Pemberi Ampun... :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray:
Dan semoga Allah SWT mengampuni aku juga setelah lidahku tercemar dengan kata2 keji dan kutukan yang sangat melampau terhadap pejuang2 agama Allah SWT itu... :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray: :pray:
Wassalam. |
|
|
|
|
|
|
|
satu lagi... kenapa terdapat 2 tafsiran bagi ayat 33 tersebut sedangkan ia adalah satu artikel? penulisnya sama.
sebab itu aku yang edit sendiri, maksud aku tafsiran yang terkemudian itu yang aku edit sendiri..
InsyaALLAH maksudnya takkan lari jauh, masih membawa pengertian yang sama.. |
|
|
|
|
|
|
|
surah tu berkenaan para sahabat yang tak ikut berperang .... kemudian 3 orang dari para sahabat tu telah di 'hukum' sehingga mereka bertaubat. yang lain-lain tu kena baca sirah utk mengetahui selanjutnya.
Ini juga benar dan kita juga akan dapat kisah sedikit detail dalam surah AT Taubah.. ayatnya kena cek dulu..
Dan jangan lupa juga, ayat itu boleh juga ditafsirkan kepada hal yang bakal terjadi, jika engkau fahami betul2 dan melihat kepada sirah setelah wafatnya Rasulullah saaw, engkau pasti akan melihatnya.. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by saifulms at 17-6-2007 12:03 PM
sebab itu aku yang edit sendiri, maksud aku tafsiran yang terkemudian itu yang aku edit sendiri..
InsyaALLAH maksudnya takkan lari jauh, masih membawa pengertian yang sama..
tafsiran yg tepat ialah ahli rumah.... bukan ahli keluarga..
terpulang kepada aliran masing-masing nak tafsir siapa ahli rumah tu. adakah kesinambungan ayat-ayat tu
atau kesinambungan ayat-ayat dicampurkan hadith al-kissa
atau hadith al-kissa sahaja.
yang lepas tafsir tu kita tak bincang lagi... kalau bincang nanti elok pindah ke subboard. |
|
|
|
|
|
|
|
tafsiran yg tepat ialah ahli rumah.... bukan ahli keluarga..
terpulang kepada aliran masing-masing nak tafsir siapa ahli rumah tu. adakah kesinambungan ayat-ayat tu
atau kesinambungan ayat-ayat dicampurkan hadith al-kissa
atau hadith al-kissa sahaja.
yang lepas tafsir tu kita tak bincang lagi... kalau bincang nanti elok pindah ke subboard.
Seboleh2nya thread ini biar saja di sini kerana isi artikel ini hanya hendak memuliakan keluarga Rasulullah saaw dan juga sanjunganku terhadap para sahabat Rasul sekelian... Jika di pindahkan ke subboard nanti maksud yang aku hendak paparkan di sini pasti hilang tenggelam dalan perdebatan2 yang nampaknya tak kan berakhir...... Biar aku berada ditengah2 saja sebelum aku terus condong kepada kebenaran yang hakiki......
Wassalam. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by saifulms at 17-6-2007 12:34 PM
Seboleh2nya thread ini biar saja di sini kerana isi artikel ini hanya hendak memuliakan keluarga Rasulullah saaw dan juga sanjunganku terhadap para sahabat Rasul sekelian... Jika di pindahka ...
tu pasal saya stop situ... kalau sambung nanti habis jadi macam di sana.
dan topik ni macam jalan atas tali. jatuh belah kiri masuk sungai gombak, jatuh belah kanan masuk sungai kelang. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by saifulms at 17-6-2007 12:01 PM
Wahai saudara-saudaraku yang dihormati dan yang kusayangi,
Maka dengan terbitnya artikel di atas ini, maka aku dengan relahati mengistiharkan pada hari ini bahawa aku bukan lagi penganut f ...
Syukran...sejak beberapa hari ini, memang itulah persoalan yg diilhamkan Tuhan kepada sy iaitu apa pegangan sdra sekrg...membaca posting sdra memberi sedikit jwpn kepada sy tetapi pengakuan sdra adalah sst yang telah menjawab persoalan sy secara rasmi...
maka terjawablah ia dengan posting sdra ini...saya doakan sdra tetapkanlah dalam keyakinan itu..dan sy juga mendoakan kwn2 syiah yg lain juga akan turut mengikuti jejak sdra..bagaimanapun, sy cuma ingin berpesan, berhati-hatilah.....
Selawat dan salam ke atas RSAW, keluarganya dan para sahabat-sahabatnya...
|
|
|
|
|
|
|
|
Reply #16 rainbows's post
Setuju sangat dengan kak Pizah ni! Tapi kan kalau tak ikut guru yang mursheed pun tentulah sukar untuk melihat jalan yang benar. Mungkin sangka ikut jalan ahlul-bait yang bukan syiah imamiyah tapi masih juga dalam sesat ikut syiah kumpulan lain. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by saifulms at 16-6-2007 09:46 PM
Begitupun pada saat pengangkatan Khalifah pertama, Imam Ali bin AbuThalib ra, secara nasab dengan Rasul memang jauh lebih berhakdibandingkan dengan siapa saja, termasuk Abu Bakar, Umar maupun Usman,kecuali bila memang Hamzah bin Abdul Muthalib masih hidup (beliau gugursebagai syuhada dalam peperangan Uhud).
Kenapa Saipul selalu sebut-sebut Imam Ali? Sepatutnya kita sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah menyebut saidina Ali saja sebab taraf saidina Ali ni pun sama dengan sahabat-sahabat nabi yang lain spt saidina Abu Bakar, saidina Umar dan lain-lain. Saya pernah baca Syiah Zaidiyah pun mengaku sama macam Ahli Sunnah tapi masa sama memuja-muja ahli bait berlebih-lebihan.
Kembalilah jalan yang sebenar iaitu jalan yang di rintis oleh Imam kita As-Syafei rh. |
|
|
|
|
|
|
|
Saiful, daku tidak perasan yang dikau telah membuat pengishtiharan tentang peganganmu. Daku doakan semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua untuk berada di jalan-Nya yang lurus, seperti yang kita doakan dalam Al Fatihah kita setiap kali bersolat. Allahumma Ameen.
Semuga petunjuk yang dikau dapat, dan mimpimu yang BENAR maka daku di sini menangis keriangan bagimu...sahabatku.... |
|
|
|
|
|
|
| |
|