|
3 Okt 2015 18:20:14
Salah satu gelombang protes mengklaim bahwa kehadiran pemain naturaliasi membatasi kesempatan bagi bakat-bakat lokal untuk membela Timor Leste di pentas internasional.
OLEH ERIC NOVEANTO
Kebijakan Federasi Sepakbola Timor Leste [FFTL] yang melakukan gelombang naturalisasi demi meningkatkan prestasi di arena internasional belakangan mendapatkan kritikan pedas dari sejumlah kalangan.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, negara yang merupakan bekas provinsi ke-27 Indonesia tersebut telah menaturaliasi sejumlah pemain terutama asal Brasil, kendati kebanyakan dari mereka tak punya hubungan secara langsung dengan Timor Leste.
Memang langkah yang ditempuh FFTL tersebut sukses mendongkrak level sepakbola Timor Leste, dengan mampu lolos ke babak kualifikasi kedua gabungan antara Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019 untuk kali pertama dalam sejarah serta mengalami lonjakkan peringkat FIFA, dari yang tadinya berada pada dasar peringkat hingga mencapai posisi tertinggi [146] dalam sejarah mereka pada Juni lalu.
Hanya saja, terlepas dari catatan positif berkat proyek naturalisasi pemain, kecaman juga muncul atas kebijakan tersebut. Yang paling panas, datang dari kalangan aktivis maupun suporter sepakbola Timor Leste, yang menuntut pemerintah agar meninjau ulang kebijakan tersebut, di mana dengan mudahnya pemain-pemain asing mendapat status kewarganegaraan Timor Leste.
"Para pemain dari Brasil, mereka hanya datang sehari lalu mendapatkan paspor Timor Leste dan lantas bermain untuk tim nasiotnal," ungkap Jose Luis de Oliveira, pimpinan aktivis sepakbola bernama Amantes Bola seperti dilansir NY Times.
"Kami lebih senang kalah [di pentas internasional] dengan talenta-talenta lokal kami ketimbang meraih banyak kemenangan dengan pemain asing," imbuh salah seorang suporter, Alex Tilman. "Bahkan lebih buruk jika kami tetap kalah saat diperkuat penggawa asing."
Sementara itu di sisi lain, salah satu pemain naturalisasi asal Brasil, Patrick Fabiano, menjelaskan awal mula dari mengapa begitu banyaknya pemain-pemain asal negeri kelahirannya yang akhirnya memperkuat Timor Leste. Berdasarkan keterangannya, ia dan rekan-rekannya mendapat undangan secara langsung melalui koneksi dari pelatih kepala, ofisial tim, maupun saat ditemukan ketika mereka berlaga di kompetisi profesional lintas Asia.
"Ada cerita yang berbeda [dari setiap pemain," ungkap penyerang 28 tahun, yang kini bermain untuk klub Kuwait, Kazma. "Tentang saya, ketika itu saya mendapat undangan dari mereka dan mengatakan: 'Kami akan memberikan [Anda] paspor, Anda bermain untuk kami. Kami mengapresiasi kemampuan Anda dan kami membutuhkan striker seperti Anda."
Masalahnya tak hanya sampai di situ. Situasi tersebut membuat keberadaan para pemain naturalisasi masih menjadi sosok-sosok 'asing' bagi Timor Leste, sebagaimana kehadiran mereka diklaim sebagai penghambat bakat-bakat lokal untuk dapat bermain bersama tim nasional.
"Mereka [para pemain dari Brasil] tidak bermain di kompetisi lokal kami. Oleh karena itu, kehadiran mereka tidak benar-benar meningkatkan dan memberi dampak signifikan bagi tingat permainan Timor Leste," demikian klaim presiden klub lokal, Sport Dili e Benfica, Fernando da Encarnacao.
Merujuk pada aturan FIFA, setiap anggota organisasi memang dibenarkan untuk mengubah kewarganegaraan pemain. Namun regulasi baru yang diterapkan, menjelaskan bahwa federasi sepakbola dunia tersebut mencegah pemain berpindah kewarganegaraan kecuali telah memenuhi syarat dengan tinggal selama lima tahun berturut-turut dalam negara barunya.
|
|