View: 106453|Reply: 951
|
WAHABI & ANCAMAN TERHADAP ASWJ (merged topics abusyafiq)
[Copy link]
|
abu_syafiq This user has been deleted
|
ASSALAMU^ALAYKUM SEMUA.......
Sejak akhir-akhir ini sebahagian diantara kita kerap membaca dalam keratan akhbar mengenai fahaman Wahhabi di negara kita yang tercinta ini.
Bagi memberi pendapat dalam soal ini ingin saya meminta agar jangan ada di kalangan pembaca yang tersilap faham mengenai timbul dan beterusannya isu ini dengan menyatakan kepada penulis isu ini sebagai 搈engapi-apikan masyarakat |
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
[quote]Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid karangan Abdur Rahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab m/s 453.
Begitu juga Wahhabi menyatakan bahawa Asya抜rah bukan dari Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Lihat kenyataan Soleh bin Fauzan dalam kitabnya Min Masyahir Al-Mujaddidin Fil Islam m/s 32 terbitan Riasah 慉mmah Lil Ifta.
Sedangkan umat islam sekarang berpegang dengan Asya抜rah dan Asya抜rah lah merupakan Ahlus Sunnah Waljamaah sepertimana yang ditegaskan oleh ulama |
|
|
|
|
|
|
|
menarik artikel ni. kalau boleh kita pakat2 check betul ke apa yg didakwa. kalu saya ada masa saya try setakat yg sempat sbb kitab Fathul Majid tu kwn saya ada. |
|
|
|
|
|
|
abu_syafiq This user has been deleted
|
Assalamu^alaykum...
Saya kira anda tak membaca dan menghayati tapi terus menyerang...mungkin ini adalah salah satu cara golongan yg memusihi islam. wallahu a'alam
Sebenarnya apabila anda bertanya apakah dalil penerimaan dan penolakan bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah yang boleh dijadikan panduan oleh anda atas urusan tersebut telah pun terjawab pada penulisan saya yang pertama sebelum anda bertanya. saya telah sertakan dalil dari alquran dan hadis, hrp anda menerima alquran dan hadis ini :
Diantara akidah golongan Wahhabi yang jelas bercanggah dengan akidah salaf dan khalaf adalah :
1- Wahhabi mempercayai bahawa Allah duduk diatas Kursi.
Lihat kitab Wahhabi Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid m/s 485 cetakan Maktabah Muayyad dan Maktabah Darul Bayan karangan Abdur Rahman bin Hasan yang merupakan cucu kepada Muhammad bin Abdul Wahhab.
Ini merupakan akidah yang bercanggah dengan islam kerana menyamakan Allah dengan makhlukNya, ianya juga tidak dinyatakan dalam Al-Quran dan Al-Hadith serta bercanggah dengan usul keimanan mensucikan Allah dari sifat makhlukNya sepertimana dinyatakan oleh Allah di dalam surah Al-Ikhlas ayat 4 yang bermaksud : |
|
|
|
|
|
|
|
Saya bukanlah menyerang saudara jauhi sekali memusuhi islam, saya cuma memerlukan bantuan saudara untuk memahami lebih lanjut, apa yang saudara nyatakan melibatkan keimanan saya, dan keimanan saya melibat kehidupan saya yang sebenar di alam akhirat, saya tidak akan memperjudikan syurga dan neraka semata-mata dengan kata-kata atau dakwaan saudara.
Saya berharap bantuan saudara, atas dasar iman dan islam untuk menjelaskan pada saya bagaimanakah saya harus beriman pada ayat-ayat berikut apabila melibatkan isu Allah bersemayam di Arasy?
apakah yang dinyatakan oleh Nabi Allah s.a.w tentang ayat-ayat berikut dan bagaimanakah pegangan Sahabat-sahabat Nabi s.a.w. dan juga imam-imam mazhab didalam memahami ayat-ayat berkaitan...
Didalam surah al-Arasy
[54] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu Dia bersemayam di atas Arasy; Dia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Dia pula Yang Menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian makhluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah Yang Mencipta dan Mentadbirkan sekalian alam
Didalam surah ar-Ra'd
[2] Allah jualah yang menjadikan langit terangkat tinggi dengan tiada bertiang sebagaimana yang kamu melihatnya, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy dan Dia memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya); tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Allah jualah yang mentadbirkan segala urusan; Dia menerangkan tanda-tanda kekuasaanNya satu-persatu, supaya kamu yakin kepada pertemuan Tuhan kamu (untuk menerima balasan).
Didalam surah al-Furqan
[59] Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya, dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, Ialah Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah); maka bertanyalah akan hal itu kepada Yang Mengetahuinya. |
|
|
|
|
|
|
|
Salam Selawat keatas Nabi Muhammad dan Ahlulbaitnya...
Menarik sungguh artikel ini.....
Wassalam |
|
|
|
|
|
|
|
its all about interpretation...people interpret differently |
|
|
|
|
|
|
|
Bersabda RSAW "Akan keluar satu kaum di akhir zaman orang-orang muda yang berfahaman buruk. Mereka banyak mengucapkan perkataan ''khairilbariyah'' (maksudnya fadhilat, firman Tuhan dan hadis nabi). Iman mereka tidak melebihi kerongkong mereka. Meerka keluar dari agama sebagai meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka.
Hadis sahih Riwayat Imam Bukhari
Kepada abusyafiq, usaha yg baik dan teruskan....
Buat elbecks, bukan semua org mampu utk tafsirkan al quran dan hadis dengan akal sendiri dengan tepat dan menepati maksud hhanya mereka yg bertaraf ariffbillah sahaja yg mampu berbuat demikian. Jika golongan alimbillah, takut2 mereka tersungkur dalam fahaman muktazillah dan yg sewaktu dengannya...
[ Last edited by serihartatie at 10-8-2006 09:30 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by nahzaluz at 9-8-2006 05:21 PM
menarik artikel ni. kalau boleh kita pakat2 check betul ke apa yg didakwa. kalu saya ada masa saya try setakat yg sempat sbb kitab Fathul Majid tu kwn saya ada.
jangan buat lebih kurang dah la ... |
|
|
|
|
|
|
|
Nah ni artikel tentang sifat Allah di kata duduk di atas arash..kursi ler yang dikatakan pegangan sesat kaum wahabi... Ni antara artikel penjelasan dari mereka yang menganut fahaman ini.... yang lebih jelas cuba korang dapatkan KITAB TAHZIB SYARAH AKIDAH THAHAWIYAH . ... yang menjelaskan banyak tentang akidah salaf ni....
Korang tak perlu komplen ler..pasal aku main paste & post ni.... sebab semua hujah mereka tentang ni telah disentuh oleh Ustaz Abdul Hakim Abdat ni...
Dimana ALLAH
Abdul Hakim bin Amir Abdat
Saya akan menjelaskan salah satu aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah,
yang telah hilang dari dada sebagian kaum muslimin, yaitu : tentang
istiwaa Allah di atas Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran dan
kemuliaan-Nya. Sehingga bila kita bertanya kepada saudara kita ;
Dimana Allah ? Kita akan mendapat dua jawaban yang bathil bahkan
sebagiannya kufur..! :
Allah ada pada diri kita ini ..!
Allah dimana-mana di segala tempat !
Jawaban yang pertama berasal dari kaum wihdatul wujud (kesatuan
wujud Allah dengan manusia) yang telah dikafirkan oleh para Ulama
kita yang dahulu dan sekarang. Sedangkan jawaban yang kedua keluar
dari kaum Jahmiyyah (faham yang menghilangkan sifat-sifat Allah) dan
Mu'tazilah, serta mereka yang sefaham dengan keduanya dari ahlul
bid'ah.
Rasulullah SAW pernah mengajukan pertanyaan kepada seorang budak
perempuan milik Mua'wiyah bin Al-Hakam As-Sulamy sebagai ujian
keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya yaitu Mu'awiyah :
Artinya :
"Beliau bertanya kepadanya : "Di manakah Allah ?. Jawab budak
perempuan : "Di atas langit. Beliau bertanya (lagi) : "Siapakah Aku
..?". Jawab budak itu : "Engkau adalah Rasulullah". Beliau bersabda
: "Merdekakan ia ! .. karena sesungguhnya ia mu'minah (seorang
perempuan yang beriman)".
Hadits shahih. Dikeluarkan oleh Jama'ah ahli hadits, diantaranya :
Imam Malik (Tanwirul Hawaalik syarah Al-Muwath-tho juz 3 halaman
5-6).
Imam Muslim (2/70-71)
Imam Abu Dawud (No. 930-931)
Imam Nasa'i (3/13-14)
Imam Ahmad (5/447, 448-449)
Imam Daarimi 91/353-354)
Ath-Thayaalis di Musnadnya (No. 1105)
Imam Ibnul Jaarud di Kitabnya "Al-Muntaqa" (No. 212)
Imam Baihaqy di Kitabnya "Sunanul Kubra" (2/249-250)
Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para Imam- di Kitabnya "Tauhid" (hal.
121-122)
Imam Ibnu Abi 'Aashim di Kitab As-Sunnah (No. 489 di takhrij oleh
ahli hadits besar Muhammad Nashiruddin Al-Albani).
Imam Utsman bin Sa'id Ad-Daarimi di Kitabnya "Ar-Raddu 'Alal
Jahmiyyah" (No. 60,61,62 halaman 38-39 cetakan darus Salafiyah).
Imam Al-Laalikai di Kitabnya "As-Sunnah " (No. 652).
PEMBAHASAN
Pertama
Hadist ini merupakan cemeti dan petir yang menyambar di kepala dan
telinga ahlul bid'ah dari kaum Jahmiyyah dan Mu'tazilah dan yang
sefaham dengan mereka, yaitu ; dari kaum yang menyandarkan aqidah
mereka kepada Imam Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary, yaitu ;
mereka mempunyai i'tiqad (berpendapat) :
"ALLAH BERADA DI TIAP-TIAP TEMPAT ATAU ALLAH BERADA DIMANA-MANA .!?"
Katakanlah kepada mereka : Jika demikian, yakni Allah berada
dimana-mana tempat, maka Allah berada di jalan-jalan, di
pasar-pasar, di tempat kotor dan berada di bawah mahluknya !?.
Jawablah kepada mereka dengan firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Maha suci Engkau ! ini adalah satu dusta yang sangat besar" (An-Nur
: 16)
"Maha suci Allah dari apa-apa yang mereka sifatkan " (Al-Mu'minun :
91)
"Maha Suci Dia ! Dan Maha Tinggi dari apa-apa yang mereka katakan
dengan ketinggian yang besar". (Al-Isra : 43)
Berkata Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan hadits ini, di kitabnya
"Al-Uluw" (hal : 81 diringkas oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani).
Artinya :
"Dan demikian ra'yu kami (setuju dengan hadits) setiap orang yang
ditanya : "Dimana Allah ? "Dia segera dengan fitrahnya menjawab : Di
atas langit !. Didalam hadits ini ada dua masalah : pertama :
Disyariatkan pertanyaan seorang muslim : Dimana Allah ?. Kedua :
Jawaban orang yang ditanya : (Allah) di atas langit ! Maka
barangsiapa yang mengingkari dua masalah ini berarti ia telah
mengingkari Al-Musthafa (Nabi) SAW".
Dan telah berkata Imam Ad-Daarimi setelah membawakan hadits ini di
kitabnya "Ar-Raddu 'Alal Jahmiyah (hal: 39): "Di dalam hadits
Rasulullah SAW ini, ada dalil bahwa seseorang apabila tidak
mengetahui sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berada di atas langit
bukan bumi, tidaklah ia seorang mu'min".
Tidaklah engkau perhatikan bahwa Rasulullah SAW telah menjadikan
tanda/alamat keimanannya (yaitu budak perempuan) tentang
pengetahuannya sesungguhnya Allah di atas langit. Dan pada
pertanyaan Rasulullah SAW (kepada budak perempuan): "Dimana Allah
?". Mendustakan perkataan orang yang mengatakan : "Dia (Allah) ada
di tiap-tiap tempat (dan) tidak boleh disifatkan dengan (pertanyaan)
: Dimana .?
Kedua
Lafadz 'As-Samaa" menurut lughoh/bahasa Arab artinya : Setiap yang
tinggi dan berada di atas. Berkata Az-Zujaaj (seorang Imam ahli
bahasa) :
Artinya :
"(Lafadz) As-Samaa/langit di dalam bahasa dikatakan : Bagi tiap-tiap
yang tinggi dan berada di atas. Dikatakan : atap rumah langit-langit
rumah".
Dinamakan "Awan" itu langit/As-Samaa, karena ia berada di atas
manusia. Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Dan Ia turunkan dari langit Air (hujan)" (Al-Baqarah : 22).
Adapun huruf "Fii" dalam lafadz hadits "Fiis-Samaa" bermakna "
'Alaa" seperti firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Maka berjalanlah kamu di atas/di muka bumi" (At-Taubah : 2)
"Mereka tersesat di muka bumi" (Al-Maa'idah : 26)
Lafadz "Fil Arldhii" dalam dua ayat diatas maknanya " 'Alal
Arldhii", Maksudnya : Allah 'Azza wa Jalla berada di pihak/di arah
yang tinggi -di atas langit- yakni di atas 'Arsy-Nya yang sesuai
dengan kebesaran-Nya. Ia tidak serupa dengan satupun mahluk-Nya dan
tidak satupun mahluk menyerupai-Nya.
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Tidak ada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan Ia-lah yang Maha
Mendengar (dan) Maha Melihat". (As-Syura : 4)
"Dan tidak ada satupun yang sama/sebanding dengan-Nya" (Al-Ikhlas :
4)
"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (bersemayam)". (Thaha : 5)
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari, kemudian ia istiwaa (bersemayam) di atas
'Arsy".(Al-A'raf :54).
Madzhab Salaf -dan yang mengikuti mereka- seperti Imam yang empat :
Abu Hanifah, Malik, Syafi'iy dan Ahmad bin Hambal dan lain-lain
Ulama termasuk Imam Abul Hasan Al-Asy'ari sendiri, mereka semuanya
beriman bahwa ; Allah 'Azza wa Jalla ISTIWAA diatas 'Arsy-Nya sesuai
dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
Mereka tidak menta'wil ISTIWAA/ISTAWAA dengan ISTAWLA yang artinya :
Berkuasa. Seperti halnya kaum Jahmiyyah dan yang sefaham dengan
mereka yang mengatakan "Allah istiwaa di atas 'Arsy" itu maknanya :
Allah menguasai 'Arsy !. Bukan Dzat Allah berada di atas langit
yakni di atas 'Arsy-Nya, karena Allah berada dimana-mana tempat
!?... Mereka ini telah merubah perkataan dari tempatnya dan telah
mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan Allah kepada mereka
sama seperti kaum Yahudi (baca surat Al-Baqarah : 58-59).
Katakan kepada mereka : Kalau makna istiwaa itu adalah
istawla/berkuasa, maka Allah 'Azza wa Jalla berkuasa atas segala
sesuatu bukan hanya menguasai 'Arsy. Ia menguasai langit dan bumi
dan apa-apa yang ada diantara keduanya dan sekalian mahluk (selain
Allah dinamakan mahluk). Allah 'Azza wa Jalla telah mengabarkan
tentang istawaa-Nya diatas 'Arsy-Nya dalam tujuh tempat di dalam
kitab-Nya Al-Qur'an. Dan semuanya dengan lafadz "istawaa". Ini
menjadi dalil yang sangat besar bahwa yang dikehendaki dengan
istawaa ialah secara hakekat, bukan "istawla" dengan jalan
menta'wilnya.
..sambung.. |
|
|
|
|
|
|
|
..sambung part 2..Di Mana Allah..
Telah berfirman Allah 'Azza wa Jalla di Muhkam Tanzil-Nya.
Artinya :
"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istawaa" (Thaha : 5)
"Kemudian Ia istawaa (bersemayam) di atas 'Arsy".
Pada enam tempat. Ia berfirman di kitab-Nya yaitu :
Surat Al-A'raf ayat 54
Surat Yunus ayat 3
Surat Ar-Ra'du ayat 2
Surat Al-Furqaan ayat 59
Surat As-Sajdah ayat 4
Surat Al-Hadid ayat 4
Menurut lughoh/bahasa, apabila fi'il istiwaa dimuta'adikan oleh
huruf 'Ala, tidak dapat dipahami/diartikan lain kecuali berada
diatasnya.
Firman Allah 'Azza wa Jalla :
Artinya :
"Dan berhentilah kapal (Nuh) di atas gunung/bukit Judi" (Hud : 44).
Di ayat ini fi'il "istawaa" dimuta'addikan oleh huruf 'Ala yang
tidak dapat dipahami dan diartikan kecuali kapal Nabi Nuh AS secara
hakekat betul-betul berlabuh/berhenti di atas gunung Judi. Dapatkah
kita artikan bahwa "Kapal Nabi Nuh menguasai gunung Judi" yakni
menta'wil lafadz "istawat" dengan lafadz "istawlat" yang berada di
tempat yang lain bukan di atas gunung Judi..? (yang sama dengan ayat
di atas, baca surat Az-Zukhruf : 13).
Berkata Mujahid (seorang Tabi'in besar murid Ibnu Abbas).
Artinya :
"Ia istawaa (bersemayam) di atas "Arsy" maknanya :
"Ia berada tinggi di atas "Arsy"
(Riwayat Imam Bukhari di sahihnya Juz 8 hal : 175)
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para Imam- di kitabnya
"At-Tauhid" (hal: 101):
Artinya :
"Kami beriman dengan khabar dari Allah Jalla wa A'laa (yang Maha
Besar dan Maha tinggi) sesungguhnya pencipta kami (Allah) Ia istiwaa
di atas 'Arsy-Nya. Kami tidak akan mengganti/mengubah Kalam (firman)
Allah dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah
dikatakan (Allah) kepada kami sebagaimana (kaum) Jahmiyyah yang
menghilangkan sifat-sifat Allah, dengan mengatakan "Sesungguhnya Ia
(Allah) istawla (menguasai) 'Arsy-Nya tidak istawaa!". Maka mereka
telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada
mereka seperti perbuatan Yahudi tatkala mereka diperintah
mengucapkan : "Hith-thatun (ampunkanlah dosa-dosa kami)" Tetapi
mereka mengucapkan : "Hinthah (gandum).?". Mereka (kaum Yahudi)
telah menyalahi perintah Allah yang Maha Besar dan Maha tinggi,
begitu pula dengan (kaum) Jahmiyyah".
Yakni, Allah telah menegaskan pada tujuh tempat di kitab-Nya yang
mulia, bahwa Ia istiwaa di atas 'Arsy-Nya (Dzat Allah
istiwaa/bersemayam di atas 'Arsy-Nya yang sesuai dengan
kebesaran-Nya, sedangkan ilmu-Nya berada dimana-mana/tiap-tiap
tempat tidak satupun tersembunyi dari pengetahuan-Nya). Kemudian
datanglah kaum Jahmiyyah mengubah firman Allah istawaa dengan
istawla yakni menguasai 'Arsy sedangkan Dzat Allah berada
dimana-mana/tiap-tiap tempat !!!. Maha Suci Allah dari apa-apa yang
disifatkan kaum Jahmiyyah !
Adapun madzhab Salaf, mereka telah beriman dengan menetapkan
(istbat) sesungguhnya Allah Azza wa Jalla istiwaa -dan bukan
istawla- di atas 'Arsy-Nya tanpa :
Tahrif yakni ; Merubah lafadz atau artinya.
Ta'wil yakni ; Memalingkan dari arti yang zhahir kepada arti yang
lain.
Ta'thil yakni ; Meniadakan/menghilangkan sifat-sifat Allah baik
sebagian maupun secara keseluruhannya.
Tasybih yakni ; Menyerupakan Allah dengan mahluk.
Takyif yakni ; Bertanya dengan pertanyaan : Bagaimana (caranya) ?
Alangkah bagusnya jawaban Imam Malik ketika beliau ditanya :
"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy ?. Beliau menjawab :
Artinya :
"Istiwaa itu bukanlah sesuatu yang tidak dikenal (yakni telah kita
ketahui artinya), tetapi bagaimana caranya (Allah istiwaa) tidaklah
dapat dimengerti, sedang iman dengannya (bahwa Allah istiwaa) wajib,
tetapi bertanya tentangnya (bagaimana caranya) adalah bid'ah".
(baca : Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 45-46)
Perhatikan !
'Arsy adalah mahluk Allah yang paling tinggi berada di atas tujuh
langit dan sangat besar sekali sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas
:
Artinya :
"Dan 'Arsy tidak seorangpun dapat mengukur berapa besarnya".
Berkata Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" (hal : 102) :
rawi-rawinya tsiqaat (terpercaya).
Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan : Sanadnya shahih semua
riwayatnya tsiqaat. (dikeluarkan oleh Imam ibnu Khuzaimah di
kitabnya "At-Tauhid").
Bahwa Allah 'Azza wa Jalla -istiwaa-Nya di atas 'Arsy- tidak
tergantung kepada 'Arsy. Bahkan sekalian mahluk termasuk 'Arsy
bergantung kepada Allah Azza wa Jalla.
Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari sekalian alam" (Al-Ankabut : 6)
Yakni : Allah tidak berkeperluan kepada sekalian mahluk".
Ketiga
Penunjukan Beberapa Dalil dari Al-Qur'an dan Hadits yang Shahih
Firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Apakah kamu merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit, bahwa Ia
akan menenggelamkan ke dalam bumi, maka tiba-tiba ia (bumi)
bergoncang ?" (Al-Mulk : 16)
"Ataukah kamu (memang) merasa aman terhadap DZAT yang di atas langit
bahwa Ia akan mengirim kepada kamu angin yang mengandung batu
kerikil ? Maka kamu akan mengetahui bagaimana ancaman-Ku". (Al-Mulk
: 17).
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah -setelah membawakan dua ayat di atas di
kitabnya "At-Tauhid" (hal : 115).
Artinya :
"Bukankah Ia telah memberitahukan kepada kita -wahai orang yang
berakal- yaitu ; apa yang ada diantara keduanya sesungguhnya Ia di
atas langit".
Berkata Imam Abul Hasan Al-Asy'ary di kitabnya "Al-Ibanah Fi
Ushulid-diayaanah hal : 48) setelah membawakan ayat di atas : "Di
atas langit-langit itu adalah 'Arsy, maka tatkala 'Arsy berada di
atas langit-langit. Ia berfirman : "Apakah kamu merasa aman terhadap
Dzat yang berada di atas langit ?" Karena sesungguhnya Ia istiwaa
(bersemayam) di atas 'Arsy yang berada di atas langit, dan tiap-tiap
yang tinggi itu dinamakan 'As-Samaa" (langit), maka 'Arsy berada di
atas langit. Bukankah yang dimaksud apabila Ia berfirman : "Apakah
kamu merasa aman terhadap Dzat yang diatas langit ?" yakni seluruh
langit ! Tetapi yang Ia kehendaki adalah 'Arsy yang berada di atas
langit".
Saya berpandangan (Abdul Hakim bin Amir Abdat) : Dua ayat di atas
sangat tegas sekali yang tidak dapat dibantah dan ta'wil bahwa
lafadz "MAN" tidak mungkin difahami selain dari Allah 'Azza wa
Jalla. Bukan Malaikat-Nya sebagaimana dikatakan oleh kaum Jahmiyyah
dan yang sepaham dengannya, yang telah merubah firman Allah 'Azza wa
Jalla. Bukankah dlamir (kata ganti) pada fi'il (kata kerja)
"yakhtsif" (Ia menenggelamkan) dan "yartsil" (Ia mengirim) adalah
"huwa" (Dia) ? siapakah Dia itu kalau bukan Allah 'Azza wa Jalla.
Firman Allah :
Artinya :
"Mereka (para Malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang berada di
atas mereka, dan mereka mengerjakan apa-apa yang diperintahkan".
(An-Nahl : 50).
Ayat ini tegas sekali menyatakan bahwa Allah 'Azza wa Jalla berada
di atas bukan di mana-mana tempat. Karena lafadz "fawqo" (di atas)
apabila di majrur dengan huruf "min" dalam bahasa Arab menunjukan
akan ketinggian tempat. Dan tidak dapat di ta'wil dengan ketinggian
martabat, sebagaimana dikatakan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham
dengan mereka. Alangkah zhalimnya mereka ini yang selalu
merubah-rubah firman Tuhan kita Allah Jalla Jalaa Luhu.
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 111):
"Tidaklah kalian mendengar firman pencipta kita 'Azza wa Jalla yang
mensifatkan diri-Nya.
Artinya :
"Dan Dialah (Allah) yang Maha Kuasa di atas hamba-hamba-Nya".
(Al-An'am : 18 & 61).
sambung |
|
|
|
|
|
|
|
part 3....
Berkata Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya tersebut : "Tidakkah kalian
mendengar wahai penuntut ilmu. Firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala kepada
Isa bin Maryam :
Artinya :
"Wahai Isa ! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan mengangkatmu
kepada-Ku" (Ali Imran : 55)
Ibnu Khuzaimah menerangkan : Bukankah "mengangkat" sesuatu itu dari
bawah ke atas (ke tempat yang tinggi) tidak dari atas ke bawah!. Dan
firman Allah 'Azza wa Jalla.
Artinya :
"Tetapi Allah telah mengangkat dia (yakni Nabi Isa) kepada-Nya"
(An-Nisa' : 158).
Karena "Ar-raf'ah" = mengangkat dalam bahasa Arab yang dengan bahasa
mereka kita diajas berbicara (yakni Al-Qur'an) dalam bahasa Arab
yang hanya dapat diartikan dari bawah ke tempat yang tinggi dan di
atas" (kitab At-Tauhid : 111).
Sekarang dengarlah wahai orang yang berakal, kisah Fir'aun bersama
Nabi Allah Musa 'Alaihis Salam di dalam kitab-Nya yang mulia, dimana
Fir'aun telah mendustakan Musa yang telah mengabarkan kepadanya
bahwa Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit :
Artinya :
"Dan berkata Fir'aun : Hai Haman! Buatkanlah untukku satu bangunan
yang tinggi supaya aku (dapat) mencapai jalan-jalan. (Yaitu)
jalan-jalan menuju ke langit supaya aku dapat melihat Tuhan(nya)
Musa, karena sesungguhnya aku mengira dia itu telah berdusta".
(Al-Mu'min : 36-37. Al-Qashash : 38).
Perhatikanlah wahai orang yang berakal!. Perintah Fir'aun kepada
Haman -menterinya- untuk membuatkan satu bangunan yang tinggi supaya
ia dapat jalan ke langit untuk melihat Tuhannya Musa. Hal ini
menunjukkan bahwa Nabi Musa telah memberitahukan kepadanya bahwa
Tuhannya -Allah Subhanahu wa Ta'ala- berada di atas langit-.
Kalau tidak demikian, yakni misalnya Nabi Musa mengatakan bahwa
Tuhannya ada dimana-mana tempat -sebagaimana dikatakan kaum
Jahmiyyah- tentu Fir'aun yang disebabkan karena kekafirannya dan
pengakuannya sebagai Tuhan, akan mengerahkan bala tentaranya untuk
mencari Tuhannya Musa di istananya, di rumah-rumah Bani Israil, di
pasar-pasar dan di seluruh tempat di timur dan di barat !?. Tetapi
tatkala Nabi Musa dengan perkataannya: "Sesungguhnya aku mengira dia
ini berdusta !". Yakni tentang perkataan Musa bahwa Tuhannya di atas
langit.
Perhatikanlah, wahai orang yang berakal !. Keadaan Fir'aun yang
mendustakan Nabi Musa dengan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan
mereka yang telah merubah firman Allah dengan mengatakan : Allah ada
di segala tempat !.
Ketahuilah ! Bahwa pemahaman di atas bukanlah hasil dari pikiran
saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) tetapi pemahaman Ulama-ulama kita
diantaranya :
Imam Ibnu Khuzaimah di kitabnya "At-Tauhid" (hal : 114-115)
diantara keterangannya : "Perkataan Fir'aun (sesungguhnya aku
menyangka/mengira ia termasuk dari orang-orang yang berdusta)
terdapat dalil bahwa Musa telah memberitahukan kepada Fir'aun :"
Bahwa Tuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi berada di tempat
yang tinggi dan di atas".
Berkata Imam Al-Asy'ary setelah membawakan ayat di atas : "Fir'aun
telah mendustakan Musa tentang perkataannya : Sesungguhnya Allah
di atas langit" (Al-Ibanah : 48).
Berkata Imam Ad-Daarimi di kitabnya "Raddu 'Alal Jahmiyyah hal :
37 Setelah membawakan ayat di atas : " Di dalam ayat ini terdapat
keterangan yang sangat jelas dan dalil yang nyata, bahwa Musa
telah mengajak Fir'aun mengenal Allah bahwa Ia berada di atas
langit. Oleh karena itu Fir'aun memerintahkan membuat bangunan
yang tinggi".
Berkata Syaikhul Islam Al-Imam As-Shaabuny di kitabnya "Itiqad
Ahlus Sunnah wa Ashabul Hadits wal A'imah " (hal : 15) :
"Bahwasanya Fir'aun mengatakan demikian (yakni menuduh Musa
berdusta) karena ia telah mendengar Musa AS menerangkan bahwa
Tuhannya berada di atas langit. Tidakkah engkau perhatikan
perkataannya : "Sesungguhnya aku mengira dia itu berdusta" yakni
tentang perkataan Musa : Sesungguhnya di atas langit ada Tuhan".
Imam Abu Abdillah Haarits bin Ismail Al-Muhaasiby diantara
keterangannya : "Berkata Fir'aun : (Sesungguhnya aku mengira dia
itu berdusta) tentang apa yang ia (Musa) katakan kepadaku :
Sesungguhnya Tuhannya berada di atas langit". Kemudian beliau
menerangkan : "Kalau sekiranya Musa mengatakan : "Sesungguhnya
Allah berada di tiap-tiap tempat dengan Dzatnya, nisacaya Fir'aun
akan mencari di rumahnya, atau di hadapannya atau ia merasakannya,
-Maha Tinggi Allah dari yang demikian- tentu Fir'aun tidak akan
menyusahkan dirinya membuat bangunan yang tinggi". (Fatwa
Hamawiyyah Kubra : 73).
Berkata Imam Ibnu Abdil Bar : "Maka (ayat ini) menunjukan
sesungguhnya Musa mengatakan (kepada Fir'aun) : "Tuhanku di atas
langit ! sedangkan Fir'aun menuduhnya berdusta". (baca Ijtimaaul
Juyusy Al-Islamiyyah hal : 80).
Berkata Imam Al-Waasithi di kitabnya "An-Nahihah fi Shifatir Rabbi
Jalla wa 'Alaa" (hal : 23 cetakan ke-3 th 1982 Maktab Al-Islamy) :
"Dan ini menunjukkan bahwa Musa telah mengabarkan kepadanya bahwa
Tuhannya yang Maha Tinggi berada di atas langit. Oleh karena itu
Fir'aun berkata : "Sesungguhnya aku mengira dia ini berdusta".
..sambung.. |
|
|
|
|
|
|
|
adoi lah... elok lah kot kalau diedit sikit kasi kemas Hang
Tak ada selera nak baca kalau memanjang gitu tulisannya... nasib je pagi ni saya nak cepat, kalo dak, saya dah edit dah... |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by antiQue at 10-8-2006 09:42 AM
adoi lah... elok lah kot kalau diedit sikit kasi kemas Hang
Tak ada selera nak baca kalau memanjang gitu tulisannya... nasib je pagi ni saya nak cepat, kalo dak, saya dah edit dah...
itu tulisan asal dari pengarangnya yang menerangkan akidah salaf yang di anutinya...
Kalau saya edit.... nanti dah tak ori....penjelasan dia...
harap maaf...!! |
|
|
|
|
|
|
|
part 4
Demikianlah penjelasan dari tujuh Imam besar di dalam Islam tentang
ayat di atas, selain masih banyak lagi yang kesimpulannya: "Bahwa
mendustakan Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di atas langit di atas
'Arsy-Nya, Ia istiwaa (bersemayam) yang sesuai dengan kebesaran dan
keagungan-Nya, adalah; sunnahnya Fir'aun". Na'udzu billah !!.
Sampai disini pembahasan beberapa dalil dari kitab Allah -salain
masih banyak lagi- yang cukup untuk diambil pelajaran bagi mereka
yang ingin mempelajarinya. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Artinya :
"Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai pandangan !"
(Al-Hasyr : 2).
Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi SAW banyak sekali. Di bawah ini
akan disebutkan beberapa diantaranya :
Nabi kita SAW telah bersabda :
Artinya :
"Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah
Tabaaraka wa Ta'ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena
itu sayangilah orang-orang yang di muka bumi, niscaya Dzat yang di
atas langit akan menyayangi kamu". (Shahih. Diriwayatkan oleh
Imam-imam : Abu Dawud No. 4941. Ahmad 2/160. Hakim 4/159. dari jalan
Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Hadits ini telah dishahihkan oleh Imam
Hakim dan telah pula disetujui oleh Imam Dzahabi. Demikian juga
Al-Albani telah menyatakan hadits ini shahih dikitabnya "Silsilah
Shahihah No. 925".
"Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang di muka bumi, niscaya
tidak akan disayang oleh Dzat yang di atas langit". (Shahih,
diriwayatkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Mu'jam Kabir No. 2497
dari jalan Jarir bin Abdullah. Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw"
hal : 83 diringkas oleh Al-Albani) mengatakan : Rawi-rawinya
tsiqaat/kepercayaan).
"Tidakkah kamu merasa aman kepadaku padahal aku orang kepercayaan
Dzat yang di atas langit, datang kepadaku berita (wahyu) dari langit
di waktu pagi dan petang". (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
Muslim 3/111 dan Ahmad 3/4 dari jalan Abu Sa'id Al-Khudry).
"Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya ! Tidak seorang suamipun
yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya (bersenggama), lalu sang
istri menolaknya, melainkan Dzat yang di atas langit murka kepadanya
sampai suaminya ridla kepadanya ".(Shahih, diriwayatkan oleh Imam
Muslim 4/157 dari jalan Abu Hurarirah).
Keterangan :
"Dzat yang di atas langit yakni Allah 'Azza wa Jalla (perhatikan
empat hadits diatas)".
"Silih berganti (datang) kepada kamu Malaikat malam dan Malaikat
siang dan mereka berkumpul pada waktu shalat shubuh dan shalat
ashar. Kemudian naik malaikat yang bermalam dengan kamu, lalu Tuhan
mereka bertanya kepada mereka, padahal Ia lebih tahu keadaan mereka
: "Bagaimana (keadaan mereka) sewaktu kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku
? Mereka menjawab : "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan
kami datang kepada mereka dalam keadaan shalat". (Shahih,
diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/139 dan Muslim 2/113 dll).
Keterangan :
"Sabda Nabi SAW : "Kemudian NAIK Malaikat-malaikat yang bermalam
...dst" Menunjukan bahwa Pencipta itu Allah Subhanahu wa Ta'ala
berada di atas. Hal ini juga menunjukkan betapa rusaknya pikiran dan
fitrahnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan Pencipta kita, tidak berada
di atas tetapi di segala tempat ? Maha Suci Allah ! Dan Maha Tinggi
Allah dari segala ucapan kaum Jahmiyyah dan yang sepaham dengan
mereka !.
"Jabir bin Abdullah telah meriwayatkan tentang sifat haji Nabi dalam
satu hadits yang panjang yang didalamnya diterangkan khotbah Nabi
SAW di padang 'Arafah : "(Jabir menerangkan) : Lalu Nabi SAW
mengangkat jari telunjuknya ke arah langit, kemudian beliau
tunjukkan jarinya itu kepada manusia, (kemudian beliau berdo'a) :
"Ya Allah saksikanlah ! Ya Allah saksikanlah ! ( Riwayat Imam Muslim
4/41).
Sungguh hadits ini merupakan tamparan yang pedas di muka-muka kaum
Ahlul Bid'ah yang selalu melarang kaum muslimin merisyarat dengan
jarinya ke arah langit. Mereka berkata : Kami khawatir orang-orang
akan mempunyai i'tiqad bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berada di
atas langit ! Padahal Allah tidak bertempat tetapi Ia berada di
segala tempat !?.
Demikianlah kekhawatiran yang dimaksudkan syaithan ke dalam hati
ketua-ketua mereka. Yang pada hakekatnya mereka ini telah membodohi
Nabi SAW yang telah mengisyaratkan jari beliau ke arah langit.
Perhatikanlah perkataan mereka : "Allah tidak bertempat tetapi Ia
berada di segala tempat !?"
Perhatikanlah ! Adakah akal yang shahih dan fitrah yang bersih dapat
menerima dan mengerti perkataan di atas !?.
Mereka mengatakan Allah tidak bertempat karena akan menyerupai
dengan mahluk-Nya. Tetapi pada saat yang sama mereka tetapkan bahwa
Allah berada di segala tempat atau di mana-mana tempat !?.
Ya Subhanallah !
Artinya :
"Dari Ibnu Abbas (ia berkata) : " Bahwa Rasulullah SAW berkhotbah
kepada manusia pada hari Nahr (tgl. 10 Zulhijah) -kemudian Ibnu
Abbas menyebutkan khotbah Nabi SAW- kemudian beliau mengangkat
kepalanya (ke langit) sambil mengucapkan : Ya Allah bukankah Aku
telah menyampaikan ! Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan !.
(Riwayat Imam Bukhari Juz 2 hal : 191).
Perhatikan wahai orang yang berakal ! Perbuatan Rasulullah SAW
mengangkat kepalanya ke langit mengucapkan : Ya Allah !.
Rasulullah SAW menyeru kepada Tuhannya Allah Subhanahu wa Ta'ala
yang berada di atas langit yakni di atas 'Arsy di atas sekalian
mahluk-Nya. Kemudian perhatikanlah kaum Jahmiyyah yang mengatakan
Allah ada di segala tempat, di bawah mahluk, di jalan-jalan, di
tempat-tempat yang kotor, dan di perut-perut hewan !?
Maha Suci Allah ! Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan oleh kaum
Jahmiyyah dan yang sama dengan mereka !.
Artinya :
"Dari Aisyah, ia berkata : "Nabi SAW mengangkat kepalanya ke langit.
(Riwayat Imam Bukhari 7/122).
sambung.. |
|
|
|
|
|
|
|
part 5
Keempat
Keterangan Para Sahabat Nabi SAW, dan Ulama-Ulama Islam.
Adapun keterangan dari para sahabat Nabi SAW, dan Imam-imam kita
serta para Ulama dalam masalah ini sangat banyak sekali, yang tidak
mungkin kami turunkan satu persatu dalam risalah kecil ini, kecuali
beberapa diantaranya.
Umar bin Khatab pernah mengatakan :
Artinya :
"Hanyasanya segala urusan itu (datang/keputusannya) dari sini".
Sambil Umar mengisyaratkan tangannya ke langit " [Imam Dzahabi di
kitabnya "Al-Uluw" hal : 103. mengatakan : Sanadnya seperti
Matahari (yakni terang benderang keshahihannya)].
Ibnu Mas'ud berkata : Artinya : "'Arsy itu di atas air dan Allah
'Azza wa Jalla di atas 'Arsy, Ia mengetahui apa-apa yang kamu
kerjakan".
Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Thabrani di kitabnya
"Al-Mu'jam Kabir" No. 8987. dan lain-lain Imam.
Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103 berkata : sanadnya
shahih,dan Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyetujuinya (beliau
meringkas dan mentakhrij hadits ini di kitab Al-Uluw).
Tentang 'Arsy Allah di atas air ada firman Allah 'Azza wa Jalla.
"Dan adalah 'Arsy-Nya itu di atas air" (Hud : 7)
Anas bin Malik menerangkan :
Artinya :
"Adalah Zainab memegahkan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia
berkata : "Yang mengawinkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga
kamu, tetapi yang mengawinkan aku (dengan Nabi) adalah Allah
Ta'ala dari ATAS TUJUH LANGIT".
Dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan :
"Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas
langit". (Riwayat Bukhari juz 8 hal:176). Yakni perkawinan Nabi
SAW dengan Zainab binti Jahsyin langsung Allah Ta'ala yang
menikahinya dari atas 'Arsy-Nya.
Firman Allah di dalam surat Al-Ahzab : 57
"Kami kawinkan engkau dengannya (yakni Zainab)".
Imam Abu Hanifah berkata :
Artinya :
"Barangsiapa yang mengingkari sesungguhnya Allah berada di atas
langit, maka sesungguhnya ia telah kafir".
Adapun terhadap orang yang tawaqquf (diam) dengan mengatakan "aku
tidak tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi". Berkata Imam
Abu Hanifah : "Sesungguhnya dia telah 'Kafir !".
Karena Allah telah berfirman : "Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia
istiwaa". Yakni : Abu Hanifah telah mengkafirkan orang yang
mengingkari atau tidak tahu bahwa Allah istiwaa diatas 'Arsy-Nya.
Imam Malik bin Anas telah berkata :
Artinya :
"Allah berada di atas langit, sedangkan ilmunya di tiap-tiap
tempat, tidak tersembunyi sesuatupun dari-Nya".
Imam Asy-Syafi'iy telah berkata :
Artinya :
"Dan sesungguhnya Allah di atas 'Arsy-Nya di atas langit-Nya"
Imam Ahmad bin Hambal pernah di tanya : "Allah di atas tujuh
langit diatas 'Arsy-Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya
berada di tiap-tiap tempat.?
Jawab Imam Ahmad :
Artinya :
"Benar ! Allah di atas 'Arsy-Nya dan tidak sesuatupun yang
tersembunyi dari pengetahuan-nya".
Imam Ali bin Madini pernah ditanya : "Apa perkataan Ahlul Jannah
?".
Beliau menjawab :
Artinya :
"Mereka beriman dengan ru'yah (yakni melihat Allah pada hari
kiamat dan di sorga khusus bagi kaum mu'minin), dan dengan kalam
(yakni bahwa Allah berkata-kata), dan sesungguhnya Allah 'Azza wa
Jalla di atas langit di atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa".
Imam Tirmidzi telah berkata :
Artinya :
"Telah berkata ahli ilmu : "Dan Ia (Allah) di atas 'Arsy
sebagaimana Ia telah sifatkan diri-Nya".
(Baca : "Al-Uluw oleh Imam Dzahabi yang diringkas oleh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani di hal : 137, 140, 179, 188, 189 dan 218.
Fatwa Hamawiyyah Kubra oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal: 51,
52, 53, 54 dan 57).
Telah berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para imam- :
Artinya :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta'ala di
atas 'Arsy-Nya Ia istiwaa di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah
kafir dengan Tuhannya...".
(Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Hakim di kitabnya
Ma'rifah "Ulumul Hadits" hal : 84).
Telah berkata Syaikhul Islam Imam Abdul Qadir Jailani -diantara
perkataannya- :
"Tidak boleh mensifatkan-Nya bahwa Ia berada diatas tiap-tiap
tempat, bahkan (wajib) mengatakan : Sesungguhnya Ia di atas langit
(yakni) di atas 'Arsy sebagaimana Ia telah berfirman :"Ar-Rahman
di atas 'Arsy Ia istiwaa (Thaha : 5). Dan patutlah memuthlakkan
sifat istiwaa tanpa ta'wil sesungguhnya Ia istiwaa dengan Dzat-Nya
di atas 'Arsy. Dan keadaan-Nya di atas 'Arsy telah tersebut pada
tiap-tiap kitab yang. Ia turunkan kepada tiap-tiap Nabi yang Ia
utus tanpa (bertanya):"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas
'Arsy-Nya ?" (Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 87).
Yakni : Kita wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala istiwaa
di atas 'Arsy-Nya yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
di atas sekalian mahluk-Nya. Tetapi wajib bagi kita meniadakan
pertanyaan : "Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya
?". Karena yang demikian tidak dapat kita mengerti sebagaimana
telah diterangkan oleh Imam Malik dan lain-lain Imam. Allah
istiwaa sesuai dengan kebesaran-Nya tidak serupa dengan istiwaanya
mahluk sebagaimana kita meniadakan pertanyaan : Bagaimana Dzatnya
Allah ?.
Demikianlah aqidah salaf, salah satunya ialah Imam Abdul Qadir
Jailani yang di Indonesia, di sembah-sembah dijadikan berhala oleh
penyembah-penyembah qubur dan orang-orang bodoh. Kalau sekiranya
Imam kita ini hidup pada zaman kita sekarang ini dan beliau melihat
betapa banyaknya orang-orang yang menyembah dengan meminta-minta
kepada beliau dengan "tawasul", tentu beliau akan mengingkari dengan
sangat keras dan berlepas diri dari qaum musyrikin tersebut.
Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un !!.
Kelima
Kesimpulan
Hadits Jariyah (budak perempuan) ini bersama hadits-hadits yang lain
yang sangat banyak dan berpuluh-puluh ayat Al-Qur'an dengan tegas
dan terang menyatakan : "Sesungguhnya Pencipta kita Allah 'Azza wa
Jalla di atas langit yakni di atas 'Arsy-Nya, yang sesuai dengan
kebesaran dan keagungan-Nya". Maha Suci Allah dari menyerupai
mahluk-Nya.!.
Dan Maha Suci Allah dari ta'wilnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan
Allah ada dimana-mana tempat !??.
Dapatlah kami simpulkan sebagai berikut :
Sesungguhnya bertanya dengan pertanyaan : "Dimana Allah ?,
disyariatkan dan penanya telah mengikuti Rasulullah SAW.
Wajib menjawab : "Sesungguhnya Allah di atas langit atau di atas
'Arsy". Karena yang dimaksud di atas langit adalah di atas 'Arsy.
Jawaban ini membuktikan keimanannya sebagai mu'min atau mu'minah.
Sebagaimana Nabi SAW, telah menyatakan keimanan budak perempuan,
karena jawabannya : Allah di atas langit !.
Wajib mengi'tiqadkan sesungguhnya Allah di atas langit, yakni di
atas 'Arsy-Nya.
Barangsiapa yang mengingkari wujud Allah di atas langit, maka
sesungguhnya ia telah kafir.
Barangsiapa yang tidak membolehkan bertanya : Dimana Allah ? maka
sesungguhnya ia telah menjadikan dirinya lebih pandai dari
Rasulullah SAW, bahkan lebih pandai dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Na'udzu billah.
Barangsiapa yang tidak menjawab : Sesungguhnya Allah di atas
langit, maka bukanlah ia seorang mukmin atau mukminah.
Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa bertanya :"Dimana Allah
?" akan menyerupakan Allah dengan mahluk-nya, maka sesunguhnya ia
telah menuduh Rasulullah SAW jahil/bodoh !. Na'udzu billah !
Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa Allah berada dimana-mana
tempat, maka sesunguhnya ia telah kafir.
Barangsiapa yang tidak mengetahui dimana Tuhannya, maka bukankah
ia penyembah Allah 'Azza wa Jalla, tetapi ia menyembah kepada
"sesuatu yang tidak ada". . |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by serihartatie at 9-8-2006 11:14 PM
Bersabda RSAW "Akan keluar satu kaum di akhir zaman orang-orang muda yang berfahaman buruk. Mereka banyak mengucapkan perkataan ''khairilbariyah'' (maksudnya fadhilat, firman Tuhan dan hadis n ...
Saya berkata begini...
Maksud firman Allah didalam surah Ali-Imran;
[7] Dialah yang menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci Al-Quran. Sebahagian besar dari Al-Quran itu ialah ayat-ayat "Muhkamaat"; ayat-ayat Muhkamaat itu ialah ibu iisi Al-Quran dan yang lain lagi ialah ayat-ayat "Mutasyaabihaat" . Oleh sebab itu adapun orang-orang yang ada dalam hatinya kecenderungan ke arah kesesatan, maka mereka selalu menurut apa yang samar-samar dari Al-Quran untuk mencari fitnah dan mencari-cari Takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui Takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu agama, berkata: Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami dan tiadalah yang mengambil pelajaran dan peringatan melainkan orang-orang yang berfikiran.
dan sekiranya saudara-saudara sekalian benar-benar beriman pada wahyu Allah yang disampaikan melalui al-Quran yang terpelihara dan penerangan oleh Nabi Allah s.a.w. yang menyampaikan, maka adalah wajib saudara-saudara sekalian beriman pada ayat-ayat al-Quran seperti mana yang dinyatakan seperti ayat-ayat berikut;
Didalam surah al-Arasy
[54] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu Dia bersemayam di atas Arasy; Dia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Dia pula Yang Menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian makhluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah Yang Mencipta dan Mentadbirkan sekalian alam
Didalam surah ar-Ra'd
[2] Allah jualah yang menjadikan langit terangkat tinggi dengan tiada bertiang sebagaimana yang kamu melihatnya, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy dan Dia memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya); tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Allah jualah yang mentadbirkan segala urusan; Dia menerangkan tanda-tanda kekuasaanNya satu-persatu, supaya kamu yakin kepada pertemuan Tuhan kamu (untuk menerima balasan).
Didalam surah al-Furqan
[59] Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya, dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, Ialah Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah); maka bertanyalah akan hal itu kepada Yang Mengetahuinya.
dan sekiranya saudara-saudara sekalian tidak menemui sebarang hadis yang menerangkan bagaimana bersemayamnya Allah di Arasy seperti mana yang dinyatakan oleh Allah didalam ayat-ayat di atas hendaklah saudara-saudara sekalian BERIMAN SEPENUHNYA PADA AYAT-AYAT TERSEBUT DAN JANGANLAH SAUDARA BERSIKAP DAN BERLAGAK SERBA TAHU HINGGA KETAHAP MENGUJI ATAU MENYIFATKAN ALLAH MENGIKUT KEHENDAK-KEHENDAK PEMIKIRAN ATAU FALSAFAH SAUDARA...
SAYA MENCABAR MANA-MANA PIHAK YANG TIDAK BERSETUJU DENGAN HUJAH SAYA DIATAS UNTUK MENERANGKAN BAGAIMANAKAH FIZIKAL DIRI SAYA INI (AHMADI_BANGI) DENGAN TEPAT DAN BENAR BERDASARKAN POST-POST YANG TELAH SAYA HANTAR... BERAPAKAH TINGGI SAYA ? (DALAM CM), BERAPAKAH BERAT SAYA ? (DALAM KG), SIAPAKAH IBU DAN AYAH SAYA? SAYA BERASAL DARI MANA?, SAYA SUKA MAKAN APA? ADAKAH RUPA SAYA SEPERTI SAUDARA SHAIKH ATAU SEPERTI TASBIH_ONLINE? SAYA BERHARAP BAGI PIHAK YANG MENYATAKAN SAYA SESAT ATAU MEMUSUHI ISLAM DISEBABKAN SAYA TELAH BERIMAN PADA AYAT-AYAT ALLAH SEPERTI MANA YANG DIWAHYUKAN ALLAH AGAR MENCERITAKAN DENGAN TEPAT AKAN PERSOALAN TERSEBUT... ADAKAH SESIAPA DISINI MAMPU? ANDA ADALAH PEMBOHONG SEKIRANYA ANDA MENYATAKAN ANDA MAMPU...
MAKA ATAS TERSEBUT, SAYA BERTANYA MANA MUNGKIN ANDA DAPAT MENGUJI DAN MENERANGKAN SIFAT-SIFAT DAN ZAT ALLAH DENGAN TEPAT DENGAN HANYA MEMBACA MESEJ-MESEJ YANG DISAMPAIKAN OLEH ALLAH, CUKUPLAH PENERANGAN OLEH ALLAH DAN RASUL ALLAH DIDALAM URUSAN TERSEBUT...BERIMANLAH PADA AYAT TERSEBUT SEPERTI MANA YANG DIWAHYUKAN OLEH ALLAH DAN DIAMKANLAH SEKIRANYA TIDAK BERJUMPA TAFISRAN DAN PENERANG DARI RASUL ALLAH S.A.W.
SEKIRANYA SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN TIDAK MEMAHAMI BAHASA ARAB DENGAN SEMPURNA DAN MEMPUNYAI ILMU YANG MANTAP, MAKA LANGKAH YANG TERBAIK BUAT MENJAGA IMAN DAN ISLAM SAUDARA SEKALIAN IALAH DENGAN BERIMAN PADA AYAT-AYAT TERSEBUT SEPERTI MANA YANG DIWAHYUKAN OLEH ALLAH, PERLU DIINGAT BAHAWA MENAFIKAN AYAT-AYAT DIATAS BOLEH MEMBAWA KEPADA MURTAD DAN MENAKWILKANNYA BELUM TENTU TEPAT...
MUNDUR DAN LEMAHNYA UMAT ISLAM HARI INI ADALAH KERANA SIKAP DAN PEMIKIRAN UMAT ISLAM YANG BEGITU TAKSUB MENGUJI DAN CUBA MEMAHAMI ALAM GHAIB, SEDANGKAN YANG DISURUH DAN DIAJAR OLEH ALLAH & RASUL ALLAH IALAH BERIMAN PADA YANG GHAIB DAN UJI SERTA TEROKAILAH ALAM FIZIKAL.
SEBAGAI CONTOH SEPERTI YANG DINYATAKAN PADA SURAH AL-BAQARAH;
[164] Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan (pada) pertukaran malam dan siang dan (pada) kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Dia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan bumi; sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaanNya, kebijaksanaanNya dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang (mahu) menggunakan akal fikiran
wallahu'alam..
wassalam
[ Last edited by ahmadi_bangi at 10-8-2006 10:00 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Final.....
Ketahuilah ! Bahwa sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas
langit, yakni di atas 'Arsy-Nya di atas sekalian mahluk-Nya, telah
setuju dengan dalil naqli dan aqli serta fitrah manusia. Adapun
dalil naqli, telah datang berpuluh ayat Al-Qur'an dan hadits yang
mencapai derajat mutawatir. Demikian juga keterangan Imam-imam dan
Ulama-ulama Islam, bahkan telah terjadi ijma' diantara mereka
kecuali kaum ahlul bid'ah. Sedangkan dalil aqli yang sederhanapun
akan menolak jika dikatakan bahwa Allah berada di segala tempat !.
Adapun fitrah manusia, maka lihatlah jika manusia -baik muslim
atau kafir- berdo'a khususnya apabila mereka terkena musibah,
mereka angkat kepala-kepala mereka ke langit sambil mengucapkan
'Ya ... Tuhan..!. Manusia dengan fitrahnya mengetahui bahwa
penciptanya berada di tempat yang tinggi, di atas sekalian
mahluk-Nya yakni di atas 'Arsy-Nya. Bahkan fitrah ini terdapat
juga pada hewan dan tidak ada yang mengingkari fitrah ini kecuali
orang yang telah rusak fitrahnya.
Tambahan
Sebagian ikhwan telah bertanya kepada saya (Abdul Hakim bin Amir
Abdat) tentang ayat :
Artinya :
"Dan Dia-lah Allah di langit dan di bumi, Dia mengetahui rahasia
kamu dan yang kamu nyatakan, dan Dia mengetahui apa-apa yang kamu
kerjakan ". (Al-An'am : 3)
Saya jawab : Ahli tafsir telah sepakat sebagaimana dinukil Imam Ibnu
Katsir mengingkari kaum Jahmiyyah yang membawakan ayat ini untuk
mengatakan :
"Innahu Fii Qulli Makaan"
"Sesungguhnya Ia (Allah) berada di tiap-tiap tempat !".
Maha Suci Allah dari perkataan kaum Jahmiyyah ini !
Adapun maksud ayat ini ialah :
Dialah yang dipanggil (diseru/disebut) Allah di langit dan di
bumi.
Yakni : Dialah yang disembah dan ditauhidkan (diesakan) dan
ditetapkan bagi-Nya Ilaahiyyah (Ketuhanan) oleh mahluk yang di
langit dan mahluk yang di bumi, kecuali mereka yang kafir dari
golongan Jin dan manusia.
Ayat tersebut seperti juga firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Artinya :
"Dan Dia-lah yang di langit (sebagai) Tuhan, dan di bumi (sebagai)
Tuhan, dan Dia Maha Bijaksana (dan) Maha mengetahui". (Az-Zukhruf :
84)
Yakni : Dia-lah Allah Tuhan bagi mahluk yang di langit dan bagi
mahluk yang di bumi dan Ia disembah oleh penghuni keduanya. (baca :
Tafsir Ibnu Katsir Juz 2 hal 123 dan Juz 4 hal 136).
Bukanlah dua ayat di atas maksudnya : Allah ada di langit dan di
bumi atau berada di segala tempat!. Sebagaimana ta'wilnya kaum
Jahmiyyah dan yang sepaham dengan mereka. Atau perkataan orang-orang
yang "diam" Tidak tahu Allah ada di mana !.
Mereka selain telah menyalahi ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi
serta keterangan para sahabat dan Imam-imam Islam seluruhnya, juga
bodoh terhadap bahasa Arab yang dengan bahasa Arab yang terang
Al-Quran ini diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Imam Abu Abdillah Al-Muhasiby dalam keterangan ayat di atas
(Az-Zukhruf : 84) menerangkan : "Yakni Tuhan bagi penduduk langit
dan Tuhan bagi penduduk bumi. Dan yang demikian terdapat di dalam
bahasa, (umpamanya ) engkau berkata : "Si Fulan penguasa di (negeri)
Khirasan, dan di Balkh, dan di Samarqand", padahal ia berada di satu
tempat". Yakni : Tidak berarti ia berada di tiga tempat meskipun ia
menguasai ketiga negeri tersebut. Kalau dalam bahasa Indonesia,
umpamanya kita berkata "Si Fulan penguasa di Jakarta, dan penguasa
di Bogor, dan penguasa di Bandung". Sedangkan ia berada di satu
tempat.
Bagi Allah ada perumpamaan/misal yang lebih tinggi (baca : Fatwa
Hamawiyyah Kubra hal : 73).
Adapun orang yang "diam" (tawaqquf) dengan mengatakan : "Kami tidak
tahu Dzat Allah di atas 'Arsy atau di bumi", mereka ini adalah
orang-orang yang telah memelihara kebodohan !. Allah Rabbul 'Alamin
telah sifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat ini, yang salah satunya
bahwa Ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy-Nya supaya kita
mengetahui dan menetapkannya. Oleh karena itu "diam" darinya dengan
ucapan "kita tidak tahu" nyata telah berpaling dari maksud Allah.
Pantaslah kalau Abu Hanifah mengkafirkan orang yang berfaham
demikian, sama seperti orang yang menta'wilnya.
Ini penjelasan tentang akidah salafi tu.... La ni kalau wahabi tu sesat lagi menyesatkan... kenapa JAKIM + Majlis FAtwa tak fatwakan yang ajaran Wahabi ni sesat... Kalau benar dakwaan yang kata Wahabi ni sesat tapi JAKIM tak fatwakan macam tu.... makna ulama-ulama kat jakim tu tak lain melainkan syaitan bisu kot.... |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Hang at 10-8-2006 09:46 AM
part 4
Demikianlah penjelasan dari tujuh Imam besar di dalam Islam tentang
ayat di atas, selain masih banyak lagi yang kesimpulannya: "Bahwa
mendustakan Allah Su ...
alahai HANG...bagi cantik sikit ler klau yerpun nak C & P ..hehehe...
WAHABI...hermm...bukan senang nak balik ke asal apabila ANAK PANAH sudah keluar dari BUSURNYA..sebab MULUK sekali kelihatannya apabila PEMANAH mengangkat BUSUR dan memanah seterusnya melihat ANAK PANAH yg meluncur laju, memng cantik kelihatn di mata manusia tetapi mereka lupa jika anak PANAH itu tertusuk ke MATA sendiri, susah nak ubat dah...alamatnya dah jadi BUTA... |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Hang at 10-8-2006 09:45 AM
itu tulisan asal dari pengarangnya yang menerangkan akidah salaf yang di anutinya...
Kalau saya edit.... nanti dah tak ori....penjelasan dia...
harap maaf...!!
Bukan tulisannya yg saya suruh edit, tapi cara benda tu di pastekan..
takpe... Hang taknak edit, nanti petang / malam saya edit... kasi nampak cantik sikit... senang nak dibaca... |
|
|
|
|
|
|
| |
|