CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 24634|Reply: 106

APA ITU SALAFI dan KENAPA KITA WAJIB memahami agama mengikut SALAF

[Copy link]
Post time 27-9-2007 11:08 AM | Show all posts |Read mode
MENGAPA HANYA MANHAJ SALAFI SAJA


Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly




Sangat banyak dalil-dalil dari kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta perkataan para sahabat yang menjelaskan akan pujian terhadap orang yang mengikuti jalan As-Salaf dan celaan terhadap orang yang tidak melakukan hal demikian. Dan ini merupakan perkara-perkara yang menguatkan kewajiban mengikuti manhaj Salaf serta menegaskan bahwa dia merupakan jalan keselamatan dan kebahagian hidup. Di sini kami melemparkan beberapa belas anak panah kepada orang yang ragu lagi bimbang untuk membentangkan jalan kaum mukminin dari pohon keyakinan sehingga memetik manisnya iman dari atas pohon yang subur dan berteduh dibawah kerindangannya dalam buaian dan wanginya.

Pertama
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" [At-Taubah : 100]

Sisi pendalilannya adalah, Rabb sekalian manusia telah memuji orang yang mengikuti sebaik-baik manusia maka jelaslah bahwa mereka (Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar ) jika mengatakan satu perkataan lalu diikuti oleh orang yang mengikutinya maka haruslah hal itu merupakan hal yang terpuji dan berhak mendapatkan keridhoan, dan seandainya mengikuti mereka tidak memiliki keistimewaan dari selain mereka maka dia tidak berhak mendapatkan pujian dan keridhoan.

Kedua
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" [Ali Imran :110]

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan keutamaan atas sekalian umat-umat yang ada dan hal ini menunjukkan keistiqomahan mereka dalam setiap keadaan ; karena mereka tidak menyimpang dari syari'at yang terang benderang, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mempersaksikan bahwa mereka memerintahkan setiap kemakrufan (kebaikan) dan mencegah setiap kemungkaran, hal itu menunjukkan dengan pasti bahwa pemahaman mereka adalah hujjah atas orang yang setelah mereka sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala mewarisi bumi dan seisinya.

Jika ditanya : Ini umum pada umat Islam seluruhnya tidak khusus untuk generasi sahabat saja.

Saya jawab : Bahwa merekalah orang yang pertama yang menjadi obyek penderita, dan tidak masuk dalam konteks ini orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik kecuali dengan kias (analogi) atau dengan dalil sebagaimana dalil pertama. Dan seandainya konteksnya umum -inipun benar- maka para sahabat adalah yang pertama masuk dalam keumuman konteks ayat, karena mereka orang pertama yang menerima dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa perantara (langsung) sedang mereka adalah orang-orang yang langsung berkenaan dengan wahyu, sehingga mereka lebih pantas dimasukkan dalam konteks ayat daripada selainnya karena sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala jadikan sebagai sifat mereka tidak memiliki sifat -sifat tersebut dengan sempurna kecuali mereka. Dan kesesuaian sifat terhadap kondisi yang nyata merupakan bukti bahwa mereka lebih pantas dari selainnya untuk dipuji. Hal itu dijelaskan oleh :

Ketiga
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku [1] kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi, kemudian datang satu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya" [Mutawatir, sebagaimana telah ditegaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah 1/12 dan Al-Muanawiy dalam Faidhul Qadir 3/478 serta disetujui oleh Al-Kataaniy dalam kitab Nadzmul Mutanatsir hal.127]

Apakah keutamaan yang ditetapkan kepada generasi sahabat ini ada pada warna kulit atau bentuk tubuh atau harta mereka ... dst ?

Tidak akan ragu bagi orang berakal yang telah memahami Al-Kitab dan As-Sunnah bahwa bukan itu semua yang dimaksud ; karena tolak ukur keutamaan dalam Islam adalah ketakwaan hati dan amal shalih, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kami di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu" [Al-Hujuraat : 13]

Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak melihat kepada bentuk kalian dan harta kalian akan tetapi melihat kepada hati-hati kalian dan amalan kalian" [Hadits Shahih Riwayat Muslim 16/121 -Nawawiy]

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melihat kepada hati-hati para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mendapatkannya sebagai sebaik-baik hati diantara para hamba setelah hati Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian Allah memberikan kepahaman yang tidak didapatkan oleh orang-orang yang menyusul mereka, oleh karena itu apa yang para sahabat pandang sebagai kebaikan maka dia adalah kebaikan di sisi Allah Subahanahu wa Ta'ala dan apa yang mereka pandang sebagai kejelekan maka dia adalah kejelekan di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Abdullah bin Mas'ud berkata :
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melihat kepada hati-hati para hambaNya dan mendapatkan hati Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebaik-baik hati para hamba lalu memilihnya untuk dirinya dan diutus sebagai pembawa risalahNya, kemudian melihat kepada hati-hati para hamba setelah hati Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mendapatkan hati-hati para sahabat beliau sebaik-baik para hamba lalu menjadikan mereka sebagai pembantu NabiNya, mereka berperang di atas agamaNya, maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka dia baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan apa yang mereka pandang kejelekan maka dia adalah kejelekan di sisi Allah Subahanhu wa Ta'ala. [2]

Dari Abu Juhaifah, beliau berkata.

"Saya telah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib : 'Apakah kalian memiliki kitab ? Beliau menjawab : 'Tidak kecuali Kitabullah atau pemahaman yang diberikan kepada seorang muslim atau apa yang ada di lembaran ini[3]. Saya bertanya lagi : Apa yang ada di lembaran tersebut ? Beliau menjawab ; Diyat, pembebasan tawanan dan (pernyataan) bahwa seorang muslim tidak di bunuh dengan sebab orang kafir" [Hadits Shahih Riwayat Bukhari 1/204 - Al-Fath]

Dengan demikian maka pemahaman para sahabat terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah merupakan hujjah atas orang yang setelahnya sampai akhir umat ini, oleh karena itu mereka menjadi saksi Allah Subhanahu wa Ta'ala dipermukaan bumi ini, hal ini dijelaskan berikut.

Keempat

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu" [Al-Baqarah : 143]

Di sini Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan mereka umat pilihan dan umat yang adil karena mereka adalah umat yang paling utama dan paling adil dalam perkataan, perbuatan dan kehendaknya, sehingga mereka berhak menjadi para saksi atas manusia dan dengan demikian Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji mereka, mengangkat nama mereka dan menerima mereka dengan baik. Dan saksi yang diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah yang bersaksi dengan ilmu dan kebenaran sehingga mengkhabarkan kebenaran yang berdasarkan ilmunya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)" [Az-Zukhruf : 86]

Apabila persaksian mereka diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala maka tidak diragukan lagi bahwa pemahaman mereka dalam agama merupakan hujjah atas orang yang setelah mereka, karena ayat ini telah menjelaskan penunjukkan tersebut secara mutlak dan umat Islam tidak memutlakkan sifat adil pada satu generasi kecuali kepada generasi sahabat, karena Ahlus Sunnah wal Jama'ah memberikan sifat adil pada mereka secara mutlak dan menyeluruh sehingga mereka mengambil dari sahabat secara riwayat dan ilmu seluruhnya tanpa kecuali. Berbeda dengan selain sahabat, maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak memberikan sifat adil ini kepada mereka kecuali yang telah diakui keimanan dan keadilannya. Kedua hal ini tidak diberikan kepada seseorang kecuali jika dia berjalan di atas jejak para sahabat.

Maka jelaslah dengan demikian bahwa pemahaman para sahabat merupakan hujjah atas selainnya dalam pengarahan nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah oleh karena itu diperintahkan untuk mengikuti jalan mereka, hal ini dijelaskan dalam.


[ Last edited by  ikhwanindo at 27-9-2007 10:14 AM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 27-9-2007 11:26 AM | Show all posts
Kelima
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku"
[Luqman : 15]

Setiap sahabat adalah orang yang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kepada mereka hidayah (petunjuk) untuk mendapatkan perkataan yang baik dan amalan shalih dengan dalil firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira ; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal"
[Az-Zumar : 17-18]

Maka wajib mengikuti jalan mereka dalam memahami agama Allah baik Al-Qur'an ataupun As-Sunnah, oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta'a mengancam orang yang tidak mengikuti jalan mereka dengan neraka jahannam seburuk-buruknya tempat kembali, hal ini dijelaskan.

__________
Foote Note.
[1]. Tertulis dalam banyak buku hadits ini degan lafadz : "Sebaik-baiknya generasi". Saya mengatakan bahwa lafadz-lafadz ini lemah dan yang benar apa yang telah saya tulis ini.
[2]. Dikeluarkan oleh Ahmad I/379, Ath-Thoyalisiiy dalam musnadnya hal.23 dan Al-Khotib Al-Baghdadiy dalam Al-faqih wal Mutafaqqih I/166 secara mauquf dengan sanad yang hasan. Kata-kata terakhir dari atsar ini telah masyhur sebagai hadits marfu' dan itu tidak benar sebagaimana telah dijelaskan para imam dan itu hanyalah dari perkataan Ibnu Mas'ud, sebagaimana telah saya jelaskan dalam kitab Al-Bid'ah wa Atsaruha fil Umat, hal.21-22 silahkan dilihat.
[3]. Ini adalah nash yang cukup tegas dari Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib menghancurkan kebatilan syiah rafidhah yang menisbatkan diri mereka kepada keluarga Nabi (ahlil bait) secara dzolim dan menipu ketika mengaku-ngaku bahwa ahlil bait memiliki kitab yang berukuran tiga lipat dari Al-Qur'an yang berada di tangan kita yang mereka namakan Mushaf Fatimah. Lihat Bughyatul Murtaab karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal.321-322



Keenam
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali" [An-Nisaa : 115]

Sisi pendalilannya adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengancam orang yang mengikuti selain jalan kaum mukminin sehingga menunjukkan bahwa mengikuti jalan mereka dalam memahami syari'at adalah wajib dan menyelisihinya adalah kesesatan.

Jadi dikatakan : Ini adalah Istidlal (pendalilan) dengan dalil khithaab dan hal itu bukanlah hujjah, maka kami katakan ; Dia itu dalil, dan dibawah ini akan dijelaskan dalilnya.

[a]. Dari Ya'la bin Umaiyah beliau berkata : Saya telah bertanya kepada Umar.

" Maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir" [An-Nisaa : 101]

Padahal manusia telah aman ? Umar berkata : "Saya telah heran seperti yang kamu herankan, lalu saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hal tersebut dan beliau menjawab :

"Artinya : Shadaqah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kalian maka terimalah shadaqahNya"
[Hadits Riwayat Muslim 5/196 - An-Nawawiy]

Kedua sahabat ini yaitu Ya'la bin Umaiyah dan Umar bin Al-Khathab memahami dari ayat ini bahwa qashar shalat terkait dengan syarat takut, sehingga jika manusia telah aman wajib menyempurnakan shalat dan ia adalah dalil khithaab yang dinamakan juga dengan Mafhum Mukhalafah.

Lalu Umar bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau Shallallahu 'alihi wa sallam menyetujui pemahamannya akan tetapi beliau jelaskan kepada Umar bahwa hal itu tidak dipakai disini ; karena Allah Subahanahu wa Ta'ala telah bershadaqah kepada kalian maka terimalah shadaqahnya tersebut.

Seandainya pemahaman Umar tidak benar tentunya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sejak awal tidak mendiamkannya kemudian mengarahkan pengarahan ini dan ada pepatah yang mengatakan : Taujih (pengarahan) bagian dari penerimaan.

. Dari Jabir dari Ummu Mubasyir bahwa dia telah mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata di hadapan Hafshah.

"Tidaklah masuk neraka seorangpun -insya Allah- dari Ashhab Syajaroh yang berbaiat dibawahnya"
Dia berkata : benar wahai Rasulullah, lalu beliau menghardiknya lalu berkata Hafshah :

"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu" [Maryam : 71]

Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : Allah telah berfirman.

"Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam naar dalam keadaan berlutut"
[Maryam : 72]

Di sini Ummul Mukminin Hafshah memahami dari ayat ini bahwa semua manusia akan masuk neraka, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meluruskan hal itu dengan lanjutan ayat tersebut yaitu :

"Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa" [Maryam : 72]

Pada awalnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengakui kebenaran pemahaman Hafshah, kemudian menjelasakan bahwa konteks kata " tidak masuknya neraka" (dalam hadits itu) berbeda dengan konteks kata "wurud" (datangnya orang ke neraka yan ada dalam ayat tersebut) dan menjelaskan bahwa yang pertama itu khusus untuk orang-orang shalih yang bertaqwa yakni mereka tidak merasakan adzab neraka dan masuk ke syurga dengan melewatinya tanpa disentuh sedikitpun siksaan dan adzab, sedangkan selain mereka tidak demikian.

Maka jelaslah Alhmadulillah bahwa dalil khithaab adalah hujjah yang diakui dan dapat disandarkan dalam pemahaman.

Cukuplah bagimu bahwa firman Allah :

"Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min" [An-Nisaa : 115]

Bukanlah dalil khithab akan tetapi hal itu merupakan argumentasi dengan Taqsiimin Aqliy (pembagian secara logika), karena tidak ada pilihan yang ketiga antara mengikuti jalan orang-orang mukmin dan mengikuti selain jalan mereka.

Maka ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang ikut selain jalan mereka maka wajiblah mengikuti jalan mereka, ini sudah sangat jelas sekali.

Jika ada yang membantah : Ada di antara dua pilihan tersebut pilihan yang ketiga yaitu tidak ikut kedua-keduanya.

Maka saya jawab : Ini merupakan pendapat yang sangat lemah sekali ; karena tidak mengikuti keduanya sama sekali berarti mengikuti jalan selain mereka (orang-orang mukmin) secara pasti karena firman Allah :

"Maka tidak ada sesudah kabenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)" [Yunus : 32]

Jelaslah di sini bahwa hanya ada dua pilihan dan tidak ada pilihan yang ketiga. Jika dikatakan : Kami tidak setuju bahwa mengikuti selain jalan orang-orang mukmin berhak mendapat ancaman tersebut (dalam ayat) kecuali dibarengi dengan penentangan terhadap Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam sehinnga hal itu tidak menunjukkan pengharaman mengikuti selain jalan kaum mukminin secara mutlak akan tetapi harus ada penentangan Rasulnya.

Jawabannya ; Telah diketahui bahwa menentang Rasul diharamkan secara tersendiri dan terpisah karena adanya peringatan atas hal tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya" [Al-Anfaal : 13]

Maka ayat ini menunjukkan ancaman tersebut ada untuk setiap dari keduanya secara tersendiri dan pensifatan ini (mengikuti selain jalan kaum mukminin) termasuk yang mendapat ancaman secara tersendiri dan hal itu ditinjau dari hal-hal berikut ;

[a]. Mengikuti selain jalan kaum mukminin seandainya tidak diharamkan secara tersendiri maka tidak diharamkan bersama penentangan seperti penyelamat yang lainnya.
. Mengikuti selain jalan kaum mukminin seandainya tidak termasuk dalam ancaman tersebut secara tersendiri maka (pensifatan tersebut) hanyalah sia-sia dan tidak ada faedahnya untuk disebutkan, maka jelaslah bahwa penghubungannya (dalam konteks ayat tersebut) adalah dalil tersendiri seperti yang awal.


Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2007 11:43 AM | Show all posts
Jika ada yang mengatakan : Kami tidak sependapat jika ancaman tersebut berlaku untuk semua orang yang mengikuti selain jalan kaum mukminin secara mutlak akan tetapi hal itu berlaku setelah jelas baginya petunjuk, karena Allah menyebut penentangan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mensyaratkan padanya kejelasan petunjuk kemudian dihubungkan dengan mengikuti selain jalan kaum mukminin, hal itu menunnjukkan bahwa kejelasan petunjuk merupakan syarat dalam ancaman terhadap orang yang mengikuti selain jalan kaum mukminin.

Jawabannya : Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min" [An-Nisaa : 115]

Ma'thuf (disandarkan/dihubungkan) dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya" [An-Nisaa : 115]

Maka hal itu menunjukkan bahwa kait (syarat) pada awal ayat bukanlah syarat bagi yang kedua akan tetapi kata hubung tersebut hanya untuk menunjukkan kesatuan dan kesamaan dalam hukum yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" [An-Nisaa : 115]

Hal ini menunjukkan bahwa setiap sifat dari kedua sifat tersebut mendapatkan ancaman tersendiri.

Hal ini di bawah ini dapat menunjukkannya.

Kejelasan petunjuk (kebenaran) merupakan syarat dalam (hukum) penentangan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena orang yang tidak mengetahui petunjuk (kebenaran) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak dikatakan menentang sedangkan mengikuti jalan kaum mukminin merupakan petunjuk (kebenaran) itu sendiri.

Konteks ayat ini adalah untuk mengagungkan dan memuliakan kaum mukminin, maka seandainya mengikuti jalan mereka disyaratkan dengan datangnya kejelasan petunjuk (kebenaran) maka tidaklah mengikuti jalan mereka ini lantaran sebagai jalan mereka akan tetapi karena telah datang kejelasan petunjuk (kebenaran) dan jika demikian tidak ada faedah mengikuti jalan mereka.

Dengan demikian jelaslah bahwa mengikuti jalan kaum mukminin merupakan jalan keselamatan dan pemahaman para sahabat dalam agama adalah hujjah atas selain mereka, sehingga orang yang menentangnya maka telah menghendaki kesesatan dan berjalan di tempat yang berbahaya, maka cukuplah Jahanam (neraka) sebagai sejelek-jeleknya tempat tinggal dan kembalinya. Inilah kebenaran maka berpegang teguhlah kepadanya dan tinggalkanlah jalan-jalan yang menyimpang, dan hal itu juga dijelaskan oleh.

Ketujuh
Firman Allah Subhnahu waa Ta'ala

"Barangsiapa berpegang teguh kepada Dienullah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus".[Ali Imran : 101]

Para sahabat merupakan orang-orang yang berpegang pada tali Allah, karena Allah adalah wali orang-orang yang berpegang teguh kepadaNya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu,maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong".[Al-Hajj :78]

Dan telah diketahui kesempurnaan perlindungan dan pertolongan Allah kepada mereka yang menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka adalah orang-orang yang memberi petunjuk dengan persaksian Allah dan menyampaikan kebenaran merupakan satu kewajiban menurut syariat, akal dan fitrah, oleh karena itu menjadikan mereka sebagai imam-imam bagi kaum mutaqin (orang-orang yang bertaqwa ) karena kesabaran dan keyakinan mereka dan itu dijelaskan oleh:

Kedelapan
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Danjadikanlah kami imam bagi orang yang bertaqwa". [Al-Furqan : 74]

Setiap orang yang bertaqwa akan diikuti oleh mereka sedangkan ketaqwaan adalah wajib sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam banyak ayat yang sulit untuk memaparkannya pada kesempatan ini, sehingga jelaslah kewajiban mengikuti mereka dan penyimpangan dari jalan meraka merupakan pintu fitnah dan musibah.

Kesembilan
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami".[As-Sajadah : 24]

Sifat ini diberikan untuk para sahabat Musa dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengkhabarkan Bahwa Dia telah menjadikan mereka sebagai imam-imam yang diikuti oleh orang yang setelah mereka dengan kesabaran dan keyakinannya, karena keimaman (kepemimpinan) di dunia dapat dicapai dengan kesabaran dan keyakinan.

Sudah pasti para sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih berhak dan pantas mendapat sifat ini dari para sahabat Musa tersebut karena mereka lebih sempurna keyakinan dan lebih besar kesabarannya dari umat yang lain sehingga mereka lebih pantas memegang jabatan keimamam ini. Hal ini telah ditetapkan juga oleh persaksian Allah dan pujian Rasulullah terhadap mereka. Kalau begitu mereka adalah orang yang paling pintar dari umat ini sehingga kita diwajibkan untuk merujuk kepada fatwa dan pendapat mereka serta terikat dengan pemahaman mereka terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah secara amalan, akal dan syariat, wabillahi taufiq.

Kesepuluh
Dari Abi Musa Al-Asy'ariy beliau berkata :

"Kami sholat maghrib bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu kami berkata : Semalam kita duduk-duduk sampai shalat Isya bersama beliau lalu kami duduk sampai Rasulullah menemui kami dan berkata ; Kalian masih di sini ? kami menjawab : wahai Rasulullah kami telah shalat bersamamu kemudian kami berkata : kami akan tetap duduk sampai shalat Isya bersamamu, beliau menjawab ; bagus atau benar. Abu Musa berkata : kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kepala ke langit dan hal itu sering beliau lakukan lalu bersabda : bintang-bintang adalah penjaga langit, jika hilang bintang-bintang tersebut maka datanglah bencana padanya dan saya adalah penjaga para sahabatku maka jika saya pergi datang kepada mereka apa yang dijanjikan dan sahabatku adalah penjaga umatku jika telah pergi sahabatku datanglah kepada umat ku apa yang dijanjikan" [Hadits Riwayat Muslim 16/82 -An-Nawawiy]

Rasulullah menjadikan kedudukan para sahabatnya dibandingkan dengan generasi setelah mereka dari umat Islam sebagaimana kedudukan beliau kepada para sahabatnya dan sebagaimana kedudukan bintang terhadap langit.

Jelaslah Tasybih Nabawiy (perumpamaan Nabi) ini menjelaskan kewajiban mengikuti pemahaman para sahabat dalam agama Islam sama dengan kewajiban umat Islam kembali kepada Nabi mereka karena Nabi adalah penjelas Al-Qur'an sedangkan para sahabatnya adalah penyampai dan penjelas beliau bagi umat. Demikianlah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang yang maksum yang tidak berbicara dengan hawa nafsu dan beliau hanya mengucapkan petunjuk dan hidayah, sedangkan para sahabatnya adil yang tidak berkata-kata kecuali dengan kejujuran dan tidak mengamalkan sesuatu kecuali kebenaran.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2007 11:54 AM | Show all posts
Dan demikian juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan bintang-bintang sebagai alat pelempar syaitan ketika mencuri khabar sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithan yang sangat durhaka, syaithan-syaithan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (diantara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan) ; maka ia dikejar-kejar oleh suluh api yang cemerlang" [Ash-Shaaffat : 9-10]

Dan firmanNya.

"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithan" [Al-Mulk : 5]

Demikian juga para sahabat adalah hiasan umat Islam yang menghancurkan ta'wil orang-orang bodoh, ajaran batil dan penyimpangan orang yang menyimpang yang mengambil sebagian Al-Qur'an dan membuang sebagiannya, mengikuti hawa nafsu mereka lalu bercerai-berai ke kanan dan ke kiri lalu mereka menjadi berkelompok-kelompok. Demikian juga bintang-bintang menjadi tanda bagi penduduk bumi agar mereka gunakan sebagai alat petunjuk di kegelapan darat dan laut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Dan Dia (ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk." [An-Nahl : 16]

Dan firmanNya.

"Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut" [Al-An'am :97]
Demikian juga para sahabat, mereka dicontoh untuk menyelamatkan diri dari kegelapan syahwat dan syubhat, maka orang yang berpaling dari pemahaman mereka berada dalam kesesatan yang membawanya kepada kegelapan yang sangat kelam, seandainya dia mengeluarkan tangannya maka tidak terlihat lagi.

Dengan pemahaman para sahabat, kita membentengi Al-Kitab dan As-Sunnah dari kebid'ahan syaithan jin dan manusia yang menginginkan fitnah dan ta'wilnya untuk merusak apa yang dimaksud Allah dan RasulNya. Sehingga pemahaman para sahabat merupakan pelindung dari kejelekan dan sebab-sebabnya. Seandainya pemahaman mereka bukan hujjah tentunya pemahaman orang setelah mereka menjadi penjaga dan pelindung mereka dan ini mustahil.

Kesebelas
Hadits-hadits yang menjelaskan kewajiban untuk mencintai para sahabat dan mencela orang yang membenci mereka -dan merupakan kesempurnaan dalam mencintai mereka adalah dengan mencontoh jejak langkah dan berjalan di atas petunjuk mereka dalam memahami kitabullah dan sunnah Rasulullah- sangat banyak, diantara hadits-hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Janganlah mencela sahabatku karena seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar gunung uhud tidak akan menyamai satu mud atau setengah mudnya shadaqah mereka" [1]

Keutamaan ini bukan saja dari sisi mereka telah melihat, berdampingan dan bersahabat dengan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam akan tetapi hal itu karena ittiba' dan pengamalan mereka terhadap sunnah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang demikian besar. Pantaslah jika pemahaman mereka dijadikan jalan petunjuk dan pendapat-pendapat mereka dijadikan kiblat tempat seorang muslim menghadapkan wajahnya dan tidak berpaling kepada selainnya. Dan hal itu jelas -jika dilihat- sebab turunnya hadits ini dimana orang yang dilarang tersebut adalah Khalid bin Al-Walid dan beliau seorang sahabat, maka apabila satu mud sebagian sahabat atau setengahnya lebih baik di sisi Allah dari emas sebesar gunung uhud lantaran keutamaan dan terdahulunya mereka dalam Islam, maka tidak diragukan lagi adanya perbedaan yang besar antara sahabat dengan orang yang setelah mereka. Kalau keadaannya seperti ini bagaimana mungkin pemahaman orang yang memiliki akal yang cemerlang dalam agama Allah ini tidak menjadi jalan petunjuk yang membawa kepada jalan yang lebih lurus ?

Keduabelas
Diantaranya hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin dan gigitlah dengan gigi gerahammu" [Telah lewat Takhrijnya]

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya ketika terjadi perselisihan untuk berpegang teguh kepada sunnahnya dengan paham para sahabatnya sebagaimana telah lalu penjelasannya.

Diantara faedah berharga dari hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah menyebut sunnahnya dan sunnah para Khulafaur Rasyidin berkata :

Dalam rangka untuk menunjukkan bahwa sunnah beliau dan sunnah para Khalifah Rasyidin adalah satu manhaj dan hal itu hanya terjadi dengan pemahaman yang shahih dan jelas yaitu berpegang teguh kepada sunnah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabatnya.

Ketigabelas
Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mensifatkan manhaj Firqatun Najiyah (golongan yang selamat) dan Ath-Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang dimenangkan) :

"Apa yang aku ada atasnya sekarang dan para sahabatku" [Telah lalu Takhrijnya]

Ada yang mengatakan : Tidak diragukan lagi bahwa pemahaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah beliau adalah manhaj yang tidak ada kebatilannya akan tetapi apa dalilnya kalau manhaj salafi adalah pemahaman Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya ?

Jawabanya : Jawaban atas pertanyaan ini ada dari dua sisi :
Sesungguhnya pemahaman-pemahaman yang disebutkan tadi adanya setelah zaman Nabi dan kekhilafahan Rasyidah dan tentunya tidaklah dinisbatkan yang terdahulu kepada yang setelahnya akan tetapi sebaliknya, sehingga jelaslah kelompok yang tidak berjalan dan mengikuti jalan-jalan kesesatan adalah kelompok yang berada pada asalnya.

Kami tidak menemukan pada kelompok-kelompok sempalan umat Islam yang sesuai dengan para sahabat kecuali Ahlul Sunnah wal Jama'ah dari kalangan pengikut As-Salaf Ash-Shalih Ahlul Hadits.

Adapun Mu'tazilah bagaimana bisa sesuai dengan para sahabat sedangkan tokoh-tokoh besar mereka mencela tokoh besar sahabat dan merendahkan keadilan mereka serta menuduh mereka sesat seperti Al-Washil bin Atho' yang menyatakan : Seandainya Ali, Tholhah dan Az-Zubair bersaksi maka saya tidak menghukum karena persaksian mereka.[Lihat Al-Farqu Bainal Firaq hal.119-120]

Adapun Khawarij telah keluar dari agama dan menyempal dari jama'ah kaum muslimin karena diantara pokok-pokok dasar ajaran mereka adalah mengkafirkan Ali dan anaknya, Ibnul Abbas, Utsman, Thalhah, Aisyah dan Mu'awiyah dan tidaklah berada diatas sifat-sifat para sahabat orang yang melecehkan dan mengkafirkan mereka.

Adapun Shufiyah, mereka meremehkan warisan para Nabi dan merendahkan para penyampai Al-Kitab dan As-Sunnah serta mensifatkan mereka sebagai para mayit. Seorang tokoh besar mereka berkata : Kalian mengambil ilmu kalian, dari mayit sedangkan kami mengambil ilmu kami dari yang maha hidup yang tidak mati (Allah) langsung. Oleh karena itu mereka mengatakan -dengan mulut-mulut mereka untuk menolak sanad hadits- : Telah mengkhabarkan kepada saya hati saya dari Rabb.

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2007 02:36 PM | Show all posts
Adapun Syi'ah, mereka telah meyakini bahwa para sahabat telah murtad setelah kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali beberapa orang saja, lihatlah Al-Kisyiy -salah seorang imam mereka- meriwayatkan satu riwayat dalam kitab Rijalnya hal. 12,13 dari Abu Ja'far, bahwa dia telah menyatakan : Semua orang murtad setelah kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali tiga, saya berkata : Siapakah ketiga orang tersebut ? Beliau jawab : Al-Miqdaad bin Al-Aswaad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisiy.

Dan meriwayatkan dalam hal.13 dari Abu Ja'far, dia berkata : Kaum Muhajirin dan Anshor telah keluar (dari agama) kecuali tiga. [Lihat Al-Kaafiy karya Al-Kulaniy, hal.115]

Lihat juga Khumaini -tokoh besar mereka di zaman ini-
mencela dan melaknat Abu Bakar dan Umar dalam kitabnya Kasyful Asroor hal, 131, dia menyatakan : Sesungguhnya syaikhani (Abu Bakar dan Umar) ... dan dari sini kita dapati diri kita terpaksa menyampaikan bukti-bukti penyimpangan mereka berdua yang sangat jelas terhadap Al-Qur'an dalam rangka membuktikan bahwa kedua telah menyelisihinya.

Dan berkata lagi hal 137 : ... dan Nabi menutup matanya (wafat) sedangkan kedua telinga beliau ada ucapan-ucapan Ibnul Khaththab yang tegak diatas kedustaan dan bersumber dari amalan kekufuran, kezindikan dan penyelisihan terhadap ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an yang mulia.

Adapun Murji'ah, mereka berkeyakinan bahwa iman orang-orang munafiq yang berada dalam kenifakan sama seperti imannya Assabiqunal Awalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar.

Bagaimana mereka semua ini bersesuaian dengan para sahabat sedangkan mereka :

Mengkafirkan orang-orang pilihan dari kalangan mereka
Tidak menerima sedikitpun yang mereka riwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam aqidah dan hukum syari'at.
Mengikuti peradaban Rumawi dan filsafat Yunani

Kesimpulannya
Kelompok-kelompok ini semua ingin menolak para saksi kita terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah dan mencela mereka sedangkan mereka lebih pantas dicela dan mereka ini adalah kaum zindiq.

Dengan demikian jelaslah bahwa pemahaman salaf adalah manhaj Al-Firqatun Najiyah dan Ath-Thaifah Al-Manshurah dalam konsep pemahaman, penerimaan dan Istidlal (pengambilan hukum).

Sedangkan orang-orang yang mencontoh para sahabat adalah orang-orang yang beramal dengan riwayat-riwayat (hadits) yang shahih dan otentik dalah hukum syariat, dengan jalan dan pemahaman sahabat, dan ini merupakan jalan hidupnya Ahlul Hadits, bukan jalannya ahlul bid'ah dan hawa. Sehingga benar dan kuatlah apa yang telah kami paparkan ketika kami jelaskan wujud keberhasilan mereka dalam berhukum kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan keberhasilan orang yang mengambil sunnah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnahnya para Khulafaur Rasyidin setelah beliau.

[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
_________
Foote Note.
[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhariy 7/21 - Al-Fath dan Muslim 16/92-93 - An-Nawawiy dari hadits Abi Said Al-Khudriy. Dan disebutkan dalam Shahih Muslim (16/92 - An-Nawawiy) dari hadits Abi Hurairah dan ini satu kesalahan sebagaimana telah dijelaskan oleh Al-Hafidz Al-Baihaaqiy dalam Al-Madkhol Ila Sunnah hal. 113 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bariy 7/135, untuk lebih jelasnya lihat kitab : Juz Muhammad bin Ashim An-Syuyukhihi yang saya tahqiq (13)

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2007 03:48 PM | Show all posts
Alhamdulillah, hamdan katsiron mubarokan fiih. Kamaa yuhibbu robbuna wa yardho.

SIAPA SAJA yang bersedia menyediakan waktu untuk membaca artikel diatas ini, dan mau memahaminya dengan akal yang bersih dan obyektif, mka insha Allah dia akan mengerti apa itu pemahaman Islam yang benar. Dan dia akan menyadari inilah cara memahami Islam yang paling benar, paling murni dan suci, dan paling terhindar dari kesalahan.

Inilah pemahaman salafy. Mengapa orang yang berpemahaman seperti ini dipanggil salafy? Karena mereka memahami Islam mengikut cara beragama para salaf (Pendahulu) mereka, yaitu salafus shalih (Para sahabat ridhwanallahu alaihim ajma'in). Seperti orang menisbatkan diri kepada pemahaman Imam Ahmad bin Hambal, maka dia disebut Hambaly, atau kepada nabi Muhammad maka disebut Muhammady. INILAH pemahaman salafy yang kita semua, setiap muslim WAJIB untuk merujuk kepadanya. Jika ada orang atau kelompok yang tidak mau rujuk kepada pemahaman sahabat ini dalam memahami Quran dan sunnah, maka ketahuilah mereka memahami keduanya dengan akal mereka yang terbatas dan lemah, dan mereka membawa Quran dan sunnah itu sesuai dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka. Yang akhirnya mereka berakhir pada kesesatan.

Inilah pemahaman salafy, atau dakwah salaf dan jalannya disebut manhaj salaf, dan orang-orangnya disebut salafiyyun. Dan salafy bukanlah organisasi, bukan nama gerakan politik, bukan nama organisasi dakwah, tapi ini hanyalah penamaan kepada satu pemahaman dalam menafsirkan Quran dan sunnah.
Inilah pemahaman salafy, yang musuh-musuh Islam melabelnya "Wahabi". Jika mereka mau jujur kepada diri mereka sendiri, setelah membaca penjelasan diatas, apakah tuduhan mereka terbukti? Mana lagi yang lebih benar dari pada mengikuti para sahabat dalam memahami Islam?

Setelah memahami penjelasan diatas, dan meyakininya, maka kita akan mampu membedakan mana pendapat yang benar, mana aliran yang sesat, mana orang-orang yang mencintai persatuan umat, dan mana yang suka berpecah belah. Pemahaman inilah yang menjadi skala dalam menilai kebenaran.

Naam, ana kaan mereply post dari bro mnm disini insha Allah.


Beginilah gaya dakwah antum, adakah ini cara salafi yang dikatakan lemah lembut, padat basirah dan ilmu? Seperti kata antum:



QUOTE:
Tapi dalam berbicara kepada mereka haruslah lemah lembut, padat bashiroh dan ilmu



Namun tuduh-menuduh sudah terbiasa! Rasa diri sendiri saja yang betul, dan halalkan fitnah dan tohmah, walaupun ada pihak cuba menerangkan tetap ditolak awal-awal lagi tanpa selidik.


Beliau ini tidak faham apa itu hizby dan siapa saja yang dsebut hizby itu . Dia tidak senang dirinya di sebut hizby, tapi dalam Islam jika dia menjadikan wala dan baro' (loyal and unloyal) nya kepada organisasi yang dia cintai (dalam hal ini Jamaah Tabligh), maka dia ini suka atau tidak suka disebut HIZBY (golongan diantara aliran-aliran dalam Islam). Mereka yang ikut organisasi-organisasi dakwah, seperti ikhwanul muslimin, jamaatul muslimin, Arqam, etc disebut hizby. Allah berfirman:

揌ai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan janganlah kamu mati kecuali sebagai orang-orang muslim (berserah diri). Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah semuanya, dan janganlah berpecah-belah, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah diberikan kepada kamu tatkala dulunya saling bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati-hati kamu sehingga kamu menjadi bersaudara karena nikmat Allah tersebut. Dan kamu dahulu berada di tepi jurang api neraka,lalu Allah menyelamatkanmu daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk擺/color] [Ali-Imran:102-103]

揇an janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah datang kepada mereka penjelasan-penjelasan yang benar. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 27-9-2007 03:53 PM | Show all posts
Ya, ana anggap antum lebih faham syaikh albani sebab tu ana tanya antum. Sebaliknya antum yang tidak faham JT berprasangka buruk dengan salah faham antum dan tidak mahu menerima penjelasan dari orang yang lebih hampir dengan JT.


Entah apa lagi yang disebut salah faham itu? Mengapa bisa semua ulama salafy itu salah dalam fatwa mereka. Bagaimana mungkin semua orang yang melaporkan tentang jamaah tabligh itu semua salah? Dan tuduhan yang paling parah kepada JT adalah da'i da'i mereka yang tidak berilmu (minim ilmu) tapi sudah berani mendakwahi manusia secara umum. Dan mereka bukanlah orang-orang yang beraqidah dan bermanhaj salaf. Apalagi yang ana salah faham tentang hal ini? Ana yakin ada diantara forumers disini yang pernah melihat atau berbicara agama dengan orang-orang tabligh, seperti di Indonesia ini, ada seorang bekas penyanyi rock yang insaf lalu masuk kepada tabligh. Belum lagi belajar banyak dia sudah berani tampil ke depan mendakwahi manusia. Walhasil dia dipermalukan orang-orang dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia tidak bisa jawab. Karena memang dia belum lagi berilmu. KEWAJIBAN kita semua adalah menuntut ilmu sesuai manhaj salaf, belajar Quran dan tafsirnya, hadits dan penjelasannya, fiqh dan ushulnya, bahasa Arab dan cabang-cabangnya, setelah faham dan disaksikan oleh orang 'alim, maka baru kala itu kita boleh berdakwah kepada orang banyak. LIHATLAH mahasiswa-mahasiswa Madinah. Mereka belajar tekun disana mempelajari Islam, dibawah bimbingan para ulama besar Islam. Para pemberi fatwa. Setelah lulus, baru mereka berdakwah kepada manusia. Ilmu mereka telah kuat, dan disaksikan oleh orang yang lebih 'alim daripada mereka. LIhat jgak para ulama dahulu, Imam Syafii dibawah pengasuhan Imam Malik, Imam Ahmad di bawa pengawasan Imam Syafii, Imam Bukhari kepada Imam Ahmad. Imam Malik berkata:"Aku tidak akan berfatwa sampai 70 orang ulama merekomendasikan diriku". Lihat betapa waro'nya mereka.
Lalu bandingkan dengan Jamaah Tabligh, dengan berpakaian Islam mereka dekati umat secara bebas, dan mereka ajarkan mereka dengan ilmu mereka yang sedikit. Tidaklah mereka memiliki kemampuan memisahkan hadits yang dhoif dari hadits-hadits Nabi. Mereka mashurkan buku fadhoil amal mereka yang penuh dengan hadits-hadits dhoif dan kesyirikan. Tidak bisa dipungkiri, inilah buku yang amat dibanggakan para tablighi.

Ada Ulama yang mula menentang JT kemudian kembali mengaku kebenaran JT, tetapi mungkin antum telah diajar manhaj yang tidak mahu menerima penjelasan orang selain dari yang mengaku salafi, lebih-lebih lagi kepada yang telah antum label sesat tanpa usul periksa


Ulama yang mana. Yang pasti itu bukan ulama salafy. Memang kaum salafy tidak diajar untuk menerima penjelasan orang, tapi kami diajar untuk menerima apapun itu yang memiliki dalil dari quran dan sunnah, tapi dengan syarat, yaitu memahami keduanya dengan pemahaman para sahabat.

Ana tulis ikhlas bukan untuk membetulkan antum, kerana antum tidak bisa dibetulkan oleh orang yang antum telah berprasangka buruk. Mungkin penerangan dan penulisan ana ini ada orang lain yang dapat manfaatnya... Wallahu a'lam


Orang itu dinilai dari tulisannya, dan ana menilai dari tulisan antum. Jadi ini bukan prasangka buruk yaa akhi, tapi ini memang jelas sekali terlihat pada pola berfikir antum.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 27-9-2007 05:08 PM | Show all posts
Kita lihat pengalaman salah seorang indonesian dengan jamaah tablighnya:


"Saya sebelumnya di indonesia tidak mengenal dan tak pernah tahu serta bertemu dengan jamaah tabligh,karena saya hidup disebuah desa pelosok di daerah indramayu.Tapi setelah saya merantau ke qatar (dekat saudi dan bahrain) baru saya tahu jamaah tabligh,karena masjid saya sering didatangi jamaah tabligh dari berbagai negara seperti para jamaah dari pakistan,jamaah dari saudi arabia,kuwait,dubai,indonesia (waktu itu jamaah dari indonesia campuran jawa timur,jawa tengah dan jawa barat),india,thailand,srilangka dan lain lain.


Inilah salah satu pemahaman mereka yang sesat, dengan berdalilkan hadits-hadits yang bersifat umum, mereka membuat ajaran baru yang mereka namakan "khuruj" atau "jaulah". Islam itu tidaklah sulit, dan tidak bisa pula disulit-sulitkan. Islam itu mudah. Allah berfirman kepada kita agar kita menjaga diri kita sendiri dan keluarga kita dari api neraka, ini apa yang mereka lakukan?!?!? Mereka tinggalkan keluarga mereka dalam waktu yang lama, kapan lagi mereka akan mendidik anak mereka mengenal agama Allah?!? Berarti ajaran ini sudah berlawanan dengan perintah Allah. Kadang mereka tinggalkan keluarga mereka tanpa bekal dengan alasan "tawakal", dan lain-lain. Ada sebagian mereka yang pergi ke negeri-negeri kafir untuk berdakwah. Selama 1 bulan, 3 bulan sampai berbulan-bulan, padahal Rasulullah bersabda:" Dari Qais bin Abi Hazim, dari Jarir bin Abdullah sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : " Saya berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal bersama-sama dengan orang-orang musyrik" Mereka bertanya : "Kenapa wahai Rasulullah ?" Beliau menjawab : "Tidak boleh saling terlihat api keduanya" Hadits ini di riwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi. Kenapa Rasulullah bersabda demikian, karena seorang muslim yang berpergian (apalagi sempat bermukim) ke negeri kafir, maka dia akan menghadapi fitnah yang amat besar untuk agamanya. Dari fitnah wanita yang berpakaian tapi telanjang sampai yang benar-benar nudist, fitnah ibadah dimana dia tidak bisa beribadah dengan teratur dan benar, dan fitnah-fitnah lainnya. Oleh karena itu para ulama salaf menggariskan syarat-syarat yang berat bagi seseorang yang ingin safar keluar negeri atau belajar disana.

Pertama.
Seorang yang hendak belajar memiliki kematangan berfikir, bisa memisahkan antara yang bermanfaat dan yang mudharat serta berwawasan jauh ke depan. Adapun pengiriman para pemuda belia yang masih dangkal pemikirannya, maka hal itu sangat berbahaya bagi aqidah, akhlaq, dan moral mereka, juga berbahaya bagi umat Islam. Di saat mereka pulang ke negerinya, mereka akan menyebarkan racun pemikiran yang mereka ambil dari orang-orang kafir, seperti telah banyak kita saksikan. Para pelajar yang dikirim ke negeri kafir itu berubah sekembali mereka ke negeri masing-masing. Mereka pulang dalam keadaan rusak agama, akhlaq, moral serta pemikirannya, hal yang sangat berbahaya bagi diri mereka sendiri serta masyarakat. Itulah yang kita saksikan secara nyata dan riil. Pengiriman para pelajar seperti mereka ke negeri kafir bagaikan kita menyajikan daging segar kepada anjing yang lagi kelaparan.

Kedua.
Seorang yang mau belajar hendaknya memiliki ilmu syari'at yang cukup, agar ia mampu membedakan antara yang benar dengan yang batil, mampu mencerna dan menghindar dari kebatilan agar ia tidak tertipu olehnya sehingga menyangka bahwa hal tersebut benar, atau merasa ragu dan kabur, atau tidak mampu melawan kebatilan tersebut akhirnya menjadi bimbang atau hanyut oleh arus kebatilan.

Dalam sebuah do'a disebutkan :

"Artinya : Ya Allah perlihatkan kepadaku kebenaran sebagai suatu yang benar lalu berikan kepadaku kekuatan untuk mengikutnya, dan perlihatkanlah kepadaku kebatilan sebagai yang batil dan berikan padaku kekuatan untuk menghindarinya dan janganlah Engkau kaburkan sehingga saya tersesat".

Ketiga.
Hendaknya seseorang yang mau belajar memiliki agama yang kuat sehingga bisa membentengi diri dari kekufuran dan kefasikan. Sebab orang yang lemah agamanya tidak mungkin selamat untuk tinggal di negeri kafir tersebut, kecuali yang dikehendaki Allah. Hal itu dikarenakan kuatnya serangan dan pengaruh, sementara yang bersangkutan tidak mampu mengadakan perlawanan. Banyak sekali hal-hal yang menimbulkan kekafiran dan kefasikan. Jika orang tersebut lemah agamanya, tidak memiliki kekuatan untuk melawan pengaruh tersebut, maka dengan mudah kekufuran mempengaruhinya.

Keempat.
Ia belajar untuk mengkaji ilmu yang sangat bermanfaat bagi umat Islam yang tidak ditemukan di sekolah-sekolah dalam negeri mereka. Jika ilmu tersebut kurang bermanfaat bagi umat Islam atau bisa di dapat di sekolah-sekolah dalam negeri mereka, maka tidak diperbolehkan tinggal di negeri tersebut untuk tujuan belajar. Karena hal itu sangat berbahaya bagi agama, akhlaq, dan moral mereka. Juga hanya menghambur-hamburkan harta saja dengan tidak ada gunanya.

Kelima.
Ia tinggal di negeri kafir untuk selamanya sebagai penduduk asli, ini lebih bahaya dari sebelumnya, karena kerusakan akibat berbaur dengan orang-orang kafir. Sebagai warga negara yang disiplin ia harus mampu hidup bersama-sama dengan anggota masyarakat secara harmonis, saling mencintai dan tolong menolong di antara sesama. Ia juga memperbanyak penduduk negara kafir. Ia terpengaruh dengan adat kebiasaan orang kafir dalam mendidik dan mengarahkan keluarganya yang mungkin akan mengikuti aqidah dan cara ibadahnya.


Memang tidak semua jamaah itu berilmu agama tinggi,paling satu jamaah itu ada satu atau dua saja yang alim.Lalu Apa yang mereka lakukan di masjid2?subhanalloooh...bukan hanya mereka sholat berjamaah dimasjid full tiap waktu,tapi mereka juga mengajak tetangga2 sekitar masjid untuk sholat berjamaah,kemudian ada ceramah yang sangat menggugah dan banyak mengingatkan kita akan kebesaran2 Allah dan menekankan hadirin agar selalu menjalankan sunah2 rosulullah saw juga mengikuti para sahabat.Ceramah mereka sama sekali tak pernah menyinggung tentang politik,perbedaan madzhab atau mengolok2 orang lain bahkan membid'ah2kan saudaranya.


Yang menceritakan cerita sepeti ini adalah orang awam. Dia berfikir ada satu atau dua yang 'alim dalam rombongan JT yang khuruj ini. Tapi masalahnya 'ALIM menurut siapa ?!?!? Yaitu menurut orang awam ini. Apakah benar penilaian orang yang awam?!? Mari kita berfikir. Misal antum membeli mobil, lalu antum bertanya "mobil ini berbahan bakar apa?", lalu antum tanya kepada orang-orang dan mereka ada yang menjawab dengan gaya yang meyakinkan:"Ooh ini menggunakan solar (gas), ini terlihat dari bentuk mesinnya, bau gasnya, bentuk mobilnya, etc". Maka orang yang awam akan berkata "Waaah...ini orang yang ahli tentang mobil". Lalu siapakah yang berhak menilai orang ini memang benar-benar 'alim soal mobil (car) atau tidak. Mari tanyakan kepada mechanic nya, setelah ditanyakan ternyata bahan bakarnya premium/gasoline dan bukan solar. Dan mechanic ini menjelaskan dan berkata:"Mari kita rujuk kepada manual book mobil ini", disitulah bisa dilihat information yang benar soal mobil tersebut. Ini cerita singkat ajee...disini bisa kita ambil kesimpulan, seorang yang awam itu akan menilai seseorang mungkin dari gaya bicaranya yang meyakinkan, atau dari pakaiannya, atau dari bicaranya yang seakan-akan 'alim, padahal yang dia katakan itu full dengan kesesatan. Karena si awam ini tidak tahu agama, maka dia katakan sajalah "orang ini yang paling 'alim". Penilaian si awam ini jauh dari kebenaran.
Dari cerita orang ini, bisa diketahui bahwa orang-orang tabligh ini tidak mendakwahkan kepada sunnah. Kenapa ana berkata demikian? Karena tidak mungkin orang-orang yang teriak "MARI KEMBALI KEPADA SUNNAH", tapi tidak menjelaskan soal "LAWAN" dari sunnah, yaitu bid'ah. Tanpa mengenali bid'ah maka sunnahpun tak jelas dihadapi mana yang sahih dan mana yang palsu. Setiap orang mudah mengucapkan "KEMBALI KEPADA SUNNAH", tapi lain yang diamalkan. Sedangkan para ulama sudah menjelaskan wajib mengenali ilmu tentang "bid'ah" dan menjelaskan kepada manusia. Siapa saja yang berdakwah dan tidak mengenalkan kepada bid'ah, maka berarti dia tidak sayang kepada kaum muslimin.  
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 27-9-2007 05:09 PM | Show all posts

Mereka hanya murni beribadah,sholat berjamaah,rowatib,tahajjud,dhuha dan sholat2 yang lain,ceramah dan saling nasihat menasihati.Terasa damai dan sejuk saat2 berkumpul bersama mereka.Inilah agama kita yang selalu menebarkan keteduhan,kedamaian,saling menasihati,berdakwah,bersilarturrahmi.Pada saat saya tulis sekarangpun (rabu 22 agustus 2007)dimasjid saya sedang ada rombongan/jamaah tabligh dari bangladesh.Jamaah selalu tebarkan senyum dan sangat santun.cara makan dan minum mereka mengikuti rosulullah saw ah terasa indah melihatnya.


Lihatlah para salafus salih, mereka tidak ada yang selalu didalam masjid saja beribadah seharian penuh. Mereka juga mengambil waktu untuk dunia mereka membanting tulang mencari nafkah (maisyah) untuk keluarga mereka. Rasulullah pernah menjelaskan bahwa Seseorang yang masuk hutan, lalu mengumpulkan kayu bakar, dan dia angkat dengan tangannya sendiri. Lalu dia menjualnya dan dengannya dia menghidupi keluarganya, ini jauh lebih mulia daripada menengadahkan tangan kepada manusia (meminta-minta), dan  beliau shalallahu alaihi wasallam juga menjelaskan keutamaan bertani, berdagang, dan beliau berkata kepada salah seorang sahabat yang tangannya terluka karena berkerja bahwa tangannya tak akan disentuh api neraka. Lihatlah Abu Hanifah, selain berfatwa beliau adalah seorang saudagar besar, lihat Abu bakr Ash Shiddiq yang juga seorang saudagar besar, Abdurrahman bin Auf seorang milionaire Islam. Ada waktunya mereka menuntut ilmu dan beribadah di masjid dan ada waktunya mereka mencari berkah Allah dan bertebaran dimuka bumi. Tapi memang, seorang yang beraqidah tasawuf (seperti kebanyakan orang JT) dia akan meninggalkan dunia dan hanya mementingkan akherat sahaja. Sekilas ini terlihat mulia dan benar, tapi ketika seseorang mementingkan akherat saja totally, maka dia akan tidak kerja mencari wang, dan akan berdalil dengan kata "Tawakal" saja. salah seorang teman ana membakar emua certificate nyer semasa sekolah karena dia beraqidah tasawuf (suufi) dan dia berkata:"Ini semua dunia". Alhamdulillah dia sekarang telah menjadi seorang salafy.

Disela2 istirahat dan waktu kosong saya sering bertanya pada amir jamaah tersebut yang notabene paling alim dari yang lainnya,karena beliau juga dipanggil maulana oleh para jamaah.Menariknya dari perbincangan itu karena saya dan beliau punya persamaan dalam soal fiqh/furu'iyyah dan manhaj aqidahnya.


Yang dimaksud orang awam ini manhaj aqidah menurut pemahaman awamnya semata.

Diantara hal yang saya tanyakan pada beliau adalah apakah benar Al Imam Asy'ary meninggalkan manhajnya saat beliau wafat?..dengan tegas tanpa ragu2 beliau menjawab itu adalah fitnah.Imam Asya'ary hanya hidup dalam dua fase.pertama beliau menuntut ilmu serta membukukan pemikiran2 teologinya lalu kedua adalah fase penyebaran doktrinnya.Jadi tidak benar kalau ada fase ke tiga dimana dia balik lagi ke mu'tazilah atau hengkang ke kelompok yang ngaku salafy mengikuti Ibnu taymiyyah.


Inikah orang JT yang paling 'alim itu. Tidak tahukah dia kitab Imam Abul Hasan Al Asy'ari yang berjudul Al Ibanah? Didalamnya beliau menjelaskan manhaj beliau yang salafy, beliau menjelaskan tentang istiwa Allah, dan menjelaskan tentang bid'ah dan lain-lain. Di kitab ini jelas Imam Abul Hasan Al Asy'ary telah rujuk kepada manhaj salaf setelah sebelumnya beliau seorang mu'tazilah.
Di dalam Kitabnya al-Ibanah an Usuli al-Diyanah halaman 14, Imam Abul Hassan sendiri menyatakan tentang Aqidahnya:
揚endapat kami dan agama yang kami berpegang dengannya ialah berpegang teguh dengan kitab Tuhan kami dan Sunnah nabi kami a.s. dan apa yang diriwayatkan daripada sahabat-sahabat , tabi抜n serta imam-imam hadith. Juga berpegang dengan apa yang dibawa oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, mudah-mudahan Allah terangkan wajahnya dan mengangkat darjatnya serta memperbanyakkan pahalanya. (kerana pada waktu itu Imam Muhammad bin Hanbal terkenal sebagai Imam ahlu al-Sunnah wal Jamaah). Dan kami menyalahi (tidak bersetuju) perkataan yang menyalahi perkataan beliau. Kerana beliau adalah Imam yang utama, pemimpin yang sempurna dimana Allah menerangkannya dengan kebenaran dan mengangkat kesesatan, menegaskan manhaj dan membanteras bid抋h dan membanteras penyimpangan yang dilakukan orang-orang sesat serta keraguan yang disebarkan oleh mereka yang ragu-ragu
Reply

Use magic Report

Post time 27-9-2007 06:14 PM | Show all posts
Nampak senang ungguh ikhwanindo mengemukakan pandangannya tentang JT setelah memberi pengenalan tentang salafi. Dia tidak dapat menerima hakikat yang dia tidak memahami JT, hanya dari pemerhatiannya dan maklumat2 salah dari sumber2 salafi yang padanya tidak boleh dikatakan salah.

Mereka salafi yang macam ini ada takrifannya sendiri tentang JT, sufi dan tasawwuf, dan memborong semua itu sesat. Ini termasuk juga bab bermazhab, pada mereka itu sesat. Berhujjah dengan mereka hanya membuang masa kerana mereka kekal dengan sifat mereka sangka betul setelah menakrif sesuatu dengan kefahaman mereka sendiri. Saya sudah mengagak sifat mereka macam ini kerana ramai saya temui macam ini (terutamanya yang banyak bertaqlid Al Albaniyyun). Namun saya ingin juga melihat sejauh mana sifat ini dari ikhwanindo, kerana ini pertama kali saya boleh berhubung dengan salafi Indo.

Adapun dalam hal2 yang tidak bercanggah, mereka banyak mendapat manfaat dan memberi manfaat dari AL Quran dan Hadith, itu benar. Saya membuat penilaian bukan hanya dalam perkara yang saya tidak setuju sahaja kerana bukan dasar saya menentang secara total bila ada sesuatu perkara yang tak betul disebarkan.

Saya boleh berhujjah dengan ikhwanindo, tetapi memandangkan ini bulan Ramadhan yang mulia, masa akan banyak terbuang dengan berhujjah sahaja. Lebih baik dimanfaatkan untuk amal ibadat yang digandakan pahala sunat seperti yang fardhu, dan yang fardhu kepada 70 puluh kali ganda.

Sudah banyak kali diterangkan, dia tetap mendakwa dia lebih tahu JT, dan kemudiannya membidaah dan menyesatkan. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un. Semoga Allah memberi kefahaman yang sebenar kepadanya dan kepada kita semua.

Tidak mungkin orang2 Arab yang lebih arif tentang hal2 bidaah dan syirik akan bersama JT jika JT itu sesat. Demi ALLAH yang jiwaku di TanganNya, saya menyaksikannya sendiri, bukan setakat orang biasa malahan para Alim Ulama. Salafi tidak akan iktiraf sesiapapun, hatta Ulama, jika didapati bersama JT.

Ada JT dari Arab Saudi berkhuruj ke bumi Eropah, sehingga di Eropah sana mereka tetap mencemar dengan kata2 berikut kepada Jemaah Arab Saudi:
"Kamu tinggalkan bumi yang suci (Arab Saudi) dan pergi ke pusat kesyirikan (dimaksudkan Masjid/Markaz Tabligh)"

Kecaman2 dan hinaan dari bibir2 dan penulisan mereka ini adalah biasa didengari. Sedihnya mereka yang kuat berdalil berhujjah ini tidak peka terhadap perkara yang mereka tidak faham, atau mungkin tidak mahu faham. Biarkan saja mereka ini....

Semoga Allah beri petunjuk dan hidayah
Reply

Use magic Report

anggrek_hutan This user has been deleted
Post time 28-9-2007 12:04 PM | Show all posts
Tak payah lah ikut ulama2 yang kita tak kenal...lagipun ramai ulama2 sekarang ni pun lebih banyak berpolitik saja. Bukannya nak selesaikan masaalah umat. Ikut mazhab Syafei dan mencukupi sebab mazhab syafei ini pun mrngikut ulama salaf gak.


RAMAI mengenali Imam Syafie sebagai seorang guru besar dalam fekah dan usul fekah, malah dengan kehadiran kitabnya ar-Risalah (usul fekah) dan al-Um (fekah), ada pula pihak yang menidakkan kepakaran beliau dalam aspek lain, sedangkan ia tidak sedemikian.

Dekan Fakulti Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia, Dr H Yunahar lyas, berkata Imam Syafie juga terkenal sebagai seorang ahli hadis dan sastera Arab.

揃ahkan sejak usia kanak-kanak, beliau sudah menghafal ribuan syair. Satu karya sasteranya yang terkenal ialah kumpulan syair, Diwan as-Syafie.

揔eahlian Imam Syafie dalam bidang akidah juga tidak kurang pentingnya, tetapi tidak ramai yang mengetahuinya,
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-9-2007 04:11 PM | Show all posts
Originally posted by mnm77 at 27-9-2007 17:14

Nampak senang ungguh ikhwanindo mengemukakan pandangannya tentang JT setelah memberi pengenalan tentang salafi. Dia tidak dapat menerima hakikat yang dia tidak memahami JT, hanya dari pemerhatiannya dan maklumat2 salah dari sumber2 salafi yang padanya tidak boleh dikatakan salah.


Ana tidak membenci saudara-saudara kita di JT secara pribadi, justru karena sayanglah maka segala keburukan dan kesesatan tentang JT ini wajib kita terangkan. Betapa banyak orang-orang JT yang sudah bertaubat dan kembali kepada manhaj yang haq ini dan kembali kepada manhaj salaf. Teman-teman ana banyak yang dulunya JT, dan mereka yang menerangkan JT itu, dan mungkin mereka lebih faham tentang JT daripada antum, mungkin aje right? Jadi penilaian ana tentang JT berdasarkan fatwa ulama dan juga penjelasan ex-ex JT sendiri, juga yang ana lihat dengan mata kepala sendiri tentang pengamalan mereka terhadap Islam. Kebanyakan umat Islam tertipu dengan keramahan dan senyuman mereka (Yang ini sebenarnya tdaklah salah) yang sebenarnya sadar atau tidak disadari oleh si JT sendiri dia menutupi kesesatan ajarannya yang tanpa ilmu dengan keramahan dan senyumannya. INGAT saudara-saudaraku, benar atau sesatnya seseorang itu BUKAN dilihat dari penampilannya, bukan juga mahirnya dia dengan bahasa arabnya, bukan dari baju dan jenggotnya, tapi kebenaran itu dikenali dengan dalil dari Quran dan sunnah dengan satu syarat pemahaman, yaitu dipahami dengan pemahaman para sahabat. Jika kebenaran itu dikenali dengan jubah, jenggot, bahasa arab, penampilan dan kepandaian merangkai kata yang manis-manis, maka ketahuilah Musailamah Al Kadzab, Abu Jahal, Abu Lahab, Dajjal-dajjal pembohong yang mengaku nabi semuanya memiliki hal itu. Maka janganlah kita tertipu oleh hal-hal seperti ini sebagaimana tertipunya rang awam yang ana ceritakan diatas oleh penampilan orang JT yang dianggapnya 'alim. 'Alim itu dilihat dari ilmu yang benar dan bukan dari penampilan penglihatan mata only.


Mereka salafi yang macam ini ada takrifannya sendiri tentang JT, sufi dan tasawwuf, dan memborong semua itu sesat.


Betul, para ulama salafy mempunyai takrifan sendiri yang mereka katakan dengan dalil dan hujjah, dan dari kitab-kitab para ulama suufi, JT, syiah etc sendiri. Dan mereka berfatwa tentang kesesatan mereka bukan dengan mengira-ngira, bukan dengan tuduhan semata, tapi dari informasi dan kenyataan yang ada pada umat. Dan ketahuilah, JT ataupun suufi (JT dan suufi setali tiga uang, yaitu saling berkaitan karena JT itu -jika antum tahu- dibaiat diatas aliranaliran suufi) hanyalah mengulangi  kesalahan-kesalahan pendahulu mereka, dan mengulang bid'ah bid'ah pendahulu mereka. Ini bukan sesuatu hal yang baru. Suufi itu dah ada pada zaman imam Asy Syafi'i, sehingga beliau berkata:"Aku tinggalkan baghdad, karena didalamnya aku temui orang yang berdzikir sambil bernyanyi".
Contoh kesesatan suufi ini dah banyak yang mengarah kepada syirik akbar. Syaikh Muhammad Jamil Zainu menceritakan dalam kitabnya:
1. "Saya pernah membaca kitab tentang keutamaan shalawat, karya seorang syaikh shufi besar dari Libanon. Di dalamnya terdapat lafazh shalawat berikut:

"Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, sehingga Engkau menjadikan daripadanya (sifat) keesaan dan (sifat) terus menerus mengurus (makhluk)."

Sifat Al-Ahadiyyah dan Al-Qayyumiyyah adalah bagian dan sifat-sifat Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Kemudian oleh syaikh tersebut, keduanya dijadikan sebagai sifat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam."


2. Saya melihat dalam kitab Ad'iyatush Shabaahi wal Masaa'i, karya seorang syaikh besar dari Suriah. Ia mengatakan,

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, yang dari cahayanya Engkau ciptakan segala sesuatu."

"Segala sesuatu", berarti termasuk di dalamnya Adam, lblis, kera, babi, lalat, nyamuk dan sebagainya. Adakah seorang yang berakal akan mengatakan bahwa semua itu diciptakan dari cahaya Muhammad?
Bahkan setan sendiri mengetahui dari apa ia diciptakan, juga mengetahui dari apa Adam diciptakan, sebagaimana dikisahkan dalam AI-Qur'an,
"Iblis berkata, 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau cip-takan aku dari api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah." (Shaad: 76)
Ayat di atas mendustakan dan membatalkan ucapan syaikh tersebut.

3.
Shalawat AI-Fatih, lafazhnya:

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, Sang Pembuka terhadap apa yang tertutup
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-9-2007 04:13 PM | Show all posts

Originally posted by mnm77 at 27-9-2007 17:14
Nampak senang ungguh ikhwanindo mengemukakan pandangannya tentang JT setelah memberi pengenalan tentang salafi. Dia tidak dapat menerima hakikat yang dia tidak memahami JT, hanya dari pemerhatiannya dan maklumat2 salah dari sumber2 salafi yang padanya tidak boleh dikatakan salah.

Ana tidak membenci saudara-saudara kita di JT secara pribadi, justru karena sayanglah maka segala keburukan dan kesesatan tentang JT ini wajib kita terangkan. Betapa banyak orang-orang JT yang sudah bertaubat dan kembali kepada manhaj yang haq ini dan kembali kepada manhaj salaf. Teman-teman ana banyak yang dulunya JT, dan mereka yang menerangkan JT itu, dan mungkin mereka lebih faham tentang JT daripada antum, mungkin aje right? Jadi penilaian ana tentang JT berdasarkan fatwa ulama dan juga penjelasan ex-ex JT sendiri, juga yang ana lihat dengan mata kepala sendiri tentang pengamalan mereka terhadap Islam. Kebanyakan umat Islam tertipu dengan keramahan dan senyuman mereka (Yang ini sebenarnya tdaklah salah) yang sebenarnya sadar atau tidak disadari oleh si JT sendiri dia menutupi kesesatan ajarannya yang tanpa ilmu dengan keramahan dan senyumannya. INGAT saudara-saudaraku, benar atau sesatnya seseorang itu BUKAN dilihat dari penampilannya, bukan juga mahirnya dia dengan bahasa arabnya, bukan dari baju dan jenggotnya, tapi kebenaran itu dikenali dengan dalil dari Quran dan sunnah dengan satu syarat pemahaman, yaitu dipahami dengan pemahaman para sahabat. Jika kebenaran itu dikenali dengan jubah, jenggot, bahasa arab, penampilan dan kepandaian merangkai kata yang manis-manis, maka ketahuilah Musailamah Al Kadzab, Abu Jahal, Abu Lahab, Dajjal-dajjal pembohong yang mengaku nabi semuanya memiliki hal itu. Maka janganlah kita tertipu oleh hal-hal seperti ini sebagaimana tertipunya rang awam yang ana ceritakan diatas oleh penampilan orang JT yang dianggapnya 'alim. 'Alim itu dilihat dari ilmu yang benar dan bukan dari penampilan penglihatan mata only.

Mereka salafi yang macam ini ada takrifannya sendiri tentang JT, sufi dan tasawwuf, dan memborong semua itu sesat.


Betul, para ulama salafy mempunyai takrifan sendiri yang mereka katakan dengan dalil dan hujjah, dan dari kitab-kitab para ulama suufi, JT, syiah etc sendiri. Dan mereka berfatwa tentang kesesatan mereka bukan dengan mengira-ngira, bukan dengan tuduhan semata, tapi dari informasi dan kenyataan yang ada pada umat. Dan ketahuilah, JT ataupun suufi (JT dan suufi setali tiga uang, yaitu saling berkaitan karena JT itu -jika antum tahu- dibaiat diatas aliranaliran suufi) hanyalah mengulangi  kesalahan-kesalahan pendahulu mereka, dan mengulang bid'ah bid'ah pendahulu mereka. Ini bukan sesuatu hal yang baru. Suufi itu dah ada pada zaman imam Asy Syafi'i, sehingga beliau berkata:"Aku tinggalkan baghdad, karena didalamnya aku temui orang yang berdzikir sambil bernyanyi".
Contoh kesesatan suufi ini dah banyak yang mengarah kepada syirik akbar. Syaikh Muhammad Jamil Zainu menceritakan dalam kitabnya:
1. "Saya pernah membaca kitab tentang keutamaan shalawat, karya seorang syaikh shufi besar dari Libanon. Di dalamnya terdapat lafazh shalawat berikut:

"Ya Allah limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, sehingga Engkau menjadikan daripadanya (sifat) keesaan dan (sifat) terus menerus mengurus (makhluk)."

Sifat Al-Ahadiyyah dan Al-Qayyumiyyah adalah bagian dan sifat-sifat Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Kemudian oleh syaikh tersebut, keduanya dijadikan sebagai sifat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam."


2. Saya melihat dalam kitab Ad'iyatush Shabaahi wal Masaa'i, karya seorang syaikh besar dari Suriah. Ia mengatakan,

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, yang dari cahayanya Engkau ciptakan segala sesuatu."

"Segala sesuatu", berarti termasuk di dalamnya Adam, lblis, kera, babi, lalat, nyamuk dan sebagainya. Adakah seorang yang berakal akan mengatakan bahwa semua itu diciptakan dari cahaya Muhammad?
Bahkan setan sendiri mengetahui dari apa ia diciptakan, juga mengetahui dari apa Adam diciptakan, sebagaimana dikisahkan dalam AI-Qur'an,
"Iblis berkata, 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau cip-takan aku dari api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah." (Shaad: 76)
Ayat di atas mendustakan dan membatalkan ucapan syaikh tersebut.

3. Shalawat AI-Fatih, lafazhnya:

"Ya Allah, limpahkanlah keberkahan untuk Muhammad, Sang Pembuka terhadap apa yang tertutup
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-9-2007 04:14 PM | Show all posts
Ini termasuk juga bab bermazhab, pada mereka itu sesat.


Tidak ada ulama salaf yang berkata bermahdzab itu sesatpun Imam Nawawipun bermahdzab Syafii tapi ini tidak menjadikan dia taqlid kepada Imam Syafii, bebrapa kali dia menyelisihi pendapat imam Syafii, begitu juga Imam Lainnya. Bahkan Imam Syafii berkata kepada Imam Ahmad:"Yaa Ahmad, jika engkau menemui hadits dari orang Basrah, etc, sampaikanlah kepadaku agar aku bisa merujuk dari pendapat aku yang sebelumnya". Jadi bermahdzab itu tidaklah disesatkan, tapi taqlid buta kepada salah satu mahdzab itu yang sesat. Sehingga dia menjadikan mahdzabnya itu sebagai AGAMA yang dia beragama dengan mahdzabnya tersebut. Sehingga bukan lagi Quran sunnah dalilnya, tapi dia jadikan pendapat kahdzabnya sebagai scale kebenaran. Ini yang tidak boleh.

Berhujjah dengan mereka hanya membuang masa kerana mereka kekal dengan sifat mereka sangka betul setelah menakrif sesuatu dengan kefahaman mereka sendiri. Saya sudah mengagak sifat mereka macam ini kerana ramai saya temui macam ini (terutamanya yang banyak bertaqlid Al Albaniyyun). Namun saya ingin juga melihat sejauh mana sifat ini dari ikhwanindo, kerana ini pertama kali saya boleh berhubung dengan salafi Indo.


Antum bukan tak mau berhujjah, tapi memang dah habis hujjah antum tuu. Karena yang antum lawan adalah hujjah Quran, sunnah, sahabat dan para ulama besar. Dan ana bisa datangkan persaksian orang-orang JT sendiri yang menceritakan pengalaman bid'ah dan kesyirikan mereka yang mereka lakukan tanpa mereka tahu itu adalah bid'ah dan syirik.

Adapun dalam hal2 yang tidak bercanggah, mereka banyak mendapat manfaat dan memberi manfaat dari AL Quran dan Hadith, itu benar. Saya membuat penilaian bukan hanya dalam perkara yang saya tidak setuju sahaja kerana bukan dasar saya menentang secara total bila ada sesuatu perkara yang tak betul disebarkan.


Yaa...antum mengambil apa yang sesuai dengan antum dan kelompok antum, tapi jika bertentangan dengan kelompok antum JT, maka antum tak akan mau menerima dan banyak berdalih dengan dalil-dalil yang di ada-adakan, dan berkesan dipaksakan. Seorang salafy, ilmu lalu beramal, orang yang suka bid'ah, mereka beramal, setelah itu baru berserabut mencari dalil untuk membenarkan ajarannya. Itulah perbedaannya.

Saya boleh berhujjah dengan ikhwanindo, tetapi memandangkan ini bulan Ramadhan yang mulia, masa akan banyak terbuang dengan berhujjah sahaja. Lebih baik dimanfaatkan untuk amal ibadat yang digandakan pahala sunat seperti yang fardhu, dan yang fardhu kepada 70 puluh kali ganda.


Menjelaskan Islam dengan hujjah yang benar dan dengan ilmu yang benar adalah jihad yang utama yaa akhi, dan Rasulullah dan para sahabatpun berperang pada bulan ramadhan. Bukankah Mekah ditaklukkan dalam bulan ramadhan?!? Bahkan dibulan ramadhan ini kita harusnya menyibukkan diri kita dengan menuntut ilmu yang benar dan beribadah
Sudah banyak kali diterangkan, dia tetap mendakwa dia lebih tahu JT, dan kemudiannya membidaah dan menyesatkan. Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un. Semoga Allah memberi kefahaman yang sebenar kepadanya dan kepada kita semua.


Antum mengetahui JT dengan rasa cinta antum kepadanya sehingga antum membela baik dan buruknya, Antum letakkan segala permasalahan dengan mata JT antum dan antum berdalil dengan dalil yang disepakati JT antum, sdangkan ana mengenal JT lalu ana letakkan JT diatas timbangan manhaj salaf dengan Quran dan sunnah dan penjelasan ulama tentangnya. Itulah perbedaan kita .

Tidak mungkin orang2 Arab yang lebih arif tentang hal2 bidaah dan syirik akan bersama JT jika JT itu sesat. Demi ALLAH yang jiwaku di TanganNya, saya menyaksikannya sendiri, bukan setakat orang biasa malahan para Alim Ulama. Salafi tidak akan iktiraf sesiapapun, hatta Ulama, jika didapati bersama JT.


Antum SALAH, tidak semua orang arab itu tahu tentang Islam dengan benar. Kalau antum shalat di masjidil haram, maka hanya sedikit yang shalat sesuai sunnah. Dan jika tidak tegak para ulama di negeri Arab itu, tentu telah banyak para penyembah kubur dan berhala, seperti sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah di tanah hijjaz. Sekarang alhamdulillah, hampir seluruh warga Arab tersentuh dakwah tauhid, sehingga sunnah menjadi kuat dan bid'ah semakin tersingkir, dan terlihat wibawa ulama disini. Memang banyak jugak yang ikut JT, itu ana akui. Tapi sekali lagi,ana sampaikan bahwa kebanyakan umat itu bukan dalil kebenaran. Justru itu menjadi dalil yang mungkin mereka berada di atas jalan yang salah, karena Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing." (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak." (Al-Albani berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih")


Maksud: Islam itu datang dalam keadaan asing bagi masyarakat Arab waktu itu. Karena mereka tidak pernah mengenali ajaran Islam sebelumnya. Dan Rasulullah mengabarkan "nanti akan kembali menjadi asing", lihatlah sekarang, ketika kita katakan bid'ah, Banyak saudara-saudara kita yang bertanya "bid'ah itu apa", tauhid itu apa? Sunnah itu apa? Betapa banyak yang belum bisa mengaji Quran, dan amat banyak yang tidak mengetahui aliran yang benar dalam Islam. Maka trjadilah qadar Allah Islam kembali asing, karena orang-orang yang mengamalkan Islam yang benar itu anyalah sikit saja.
Kecaman2 dan hinaan dari bibir2 dan penulisan mereka ini adalah biasa didengari. Sedihnya mereka yang kuat berdalil berhujjah ini tidak peka terhadap perkara yang mereka tidak faham, atau mungkin tidak mahu faham. Biarkan saja mereka ini....

Semoga Allah beri petunjuk dan hidayah

Sebenarnya jika antum mau berfikir...untuk apa mereka so busy melakukan itu semua memperingatkan kalian? Apa lah untung yang didapat mereka itu? Apa mereka mendapatkan dunia? TIDAK ADA, mereka hanyalah sayang kepada kalian saudara-saudara mereka seiman. Sedapat mungkin mereka ingin sekali mengembalikan kalian kepada ajaran yang benar dengan pemahaman yang benar. Tapi sebagaimana Allah menjelaskan kepada Nabi yang tercinta bahwa betapa inginnya Nabi melihat manusia beriman, tapi tetap hidayah itu milik Allah saja dan DIa azza wa jalla memberikannya kepada orang yang di kehendakinya.



[ Last edited by  ikhwanindo at 28-9-2007 03:28 PM ]
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-9-2007 04:33 PM | Show all posts
Originally posted by anggrek_hutan at 28-9-2007 11:04
Tak payah lah ikut ulama2 yang kita tak kenal...lagipun ramai ulama2 sekarang ni pun lebih banyak berpolitik saja. Bukannya nak selesaikan masaalah umat. Ikut mazhab Syafei dan mencukupi sebab ma ...


And the point is?
Reply

Use magic Report

Post time 28-9-2007 04:57 PM | Show all posts
Originally posted by ikhwanindo at 28-9-2007 04:33 PM


And the point is?


Can't u see....the point is that we in Malaysia don't need advice from wahabi Indon. If u think u can go to heaven with ur deviant teaching then u go ahead while actually ur'e going to hell.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 28-9-2007 05:26 PM | Show all posts
Go ahead Akhi Ikhwan no problem...
Persetan suara suara sumbang para tradisionalis kedaerahan yang sempit itu.
Salafiah movement in Malaysia ia a force to be reckoned....
Reply

Use magic Report

Post time 28-9-2007 05:36 PM | Show all posts
Originally posted by kupia at 28-9-2007 05:26 PM
Salafiah movement in Malaysia ia a force to be reckoned....


Huhuhuu..salafi @ wahabi movement in Malaysia is dying and that's why the're inviting the indon's deviant preacher.
Reply

Use magic Report

Post time 28-9-2007 05:46 PM | Show all posts
Originally posted by ikhwanindo at 28-9-2007 04:14 PM


Tidak ada ulama salaf yang berkata bermahdzab itu sesatpun Imam Nawawipun bermahdzab Syafii tapi ini tidak menjadikan dia taqlid kepada Imam Syafii, bebrapa kali dia menyelisihi pendapat ima ...


Betul ke? Boleh bagi komen sikit pasal website SALAFI ni (yang ikhwanindo selalu refer tuh!):

揌endaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 29-9-2007 01:21 PM | Show all posts
[quote]Originally posted by mnm77 at 28-9-2007 16:46


Betul ke? Boleh bagi komen sikit pasal website SALAFI ni (yang ikhwanindo selalu refer tuh!):

揌endaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

22-12-2024 01:07 AM GMT+8 , Processed in 0.149057 second(s), 33 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list