View: 12819|Reply: 66
|
Sundaland - Benua Yang Hilang
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by jf_pratama at 27-10-2010 20:20
Indonesia Benua yang Hilang: Indonesia dan Banjir Nabi Nuh
Jakarta - Seorang ilmuwan dari Univeritas Oxford, Inggris, meyakini banjir Nabi Nuh adalah fakta sejarah yang terjadi di kawasan Indonesia. Kisah banjir Nuh diyakini sebagai pemicu migrasi massal dari benua Sundaland yang tenggelam.
Profesor Stephen Oppenheimer menulis buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, untuk mengungkapkan penelitiannya. Pakar genetika ini juga sekaligus mendalami antropologi dan folklore yang mengkaji dongeng-dongeng dunia.
Menurut dia, satu-satunya dongeng yang menyebar luas di dunia secara merata adalah kisah banjir Nabi Nuh dengan segala versinya. Umat Islam, Kristen dan Yahudi tentu mendapatkan kisah banjir Nuh dari kitab suci masing-masing.
Namun, bagaimana dengan masyarakat pra Islam, Kristen dan Yahudi? Misalnya saja bangsa Sumeria, Babilonia, India, Yunani. Mereka pun ternyata punya kisah banjir bandang yang menenggelamkan seluruh daratan.
Buku Eden in The East setebal 814 halaman ini, separuhnya dihabiskan Oppenheimer untuk membedah dongeng-dongeng ini. Oppenheimer mencatat ada sekitar 500 kisah soal banjir di seluruh dunia. Dari India sampai Amerika, dari Australia sampai Eropa.
Tokoh utamanya pun berubah-ubah. Agama samawi menyebutnya Nuh, atau Noah. Bangsa Mesopotamia menyebut sang jagoan adalah Utanapishtim, di Babilonia kuno disebut Athrasis, orang India kuno menyebutnya Manu.
Nama boleh beda, namun inti ceritanya sama. Ada banjir besar yang menenggelamkan daratan, sang tokoh utama menyelamatkan diri dengan perahu, atau kapal besar. Dia pun tidak lupa membawa hewan-hewan. Kapalnya nanti mendarat di gunung dan sang tokoh utama bersama keluarga atau pengikutnya melanjutkan kehidupan mereka yang baru.
Oppenheimer pun mengungkapkan, kisah-kisah banjir lebih banyak lagi terdapat di Asia Tenggara. Variasinya sangat bermacam-macam pada berbagai suku pedalaman di Indonesia, Filipina dan pulau-pulau di Polinesia.
Tingkat keberagaman cerita banjir di kawasan ini pun membuat Oppenheimer berteori, kalau bangsa yang terpaksa berimigrasi akibat banjir besar, tinggal di Indonesia dan sekitarnya. Semua kisah banjir ini menurut Oppenheimer adalah bukti kalau banjir besar di penghujung Zaman Es ini adalah benar adanya.
Jika Anda ingin mendalami kisah Indonesia sebagai benua yang tenggelam, buku Eden in The East sudah diterbitkan oleh Ufuk Press. Anda bisa mendapatkannya di toko-toko buku terdekat.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Indonesia dan Tenggelamnya Sundaland
Jakarta - Seorang peneliti dari Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer meyakini kalau Indonesia dan sekitarnya pernah menjadi benua dan tempat peradaban manusia di penghujung Zaman Es. Oppenheimer menyebut benua ini Sundaland. Apakah yang membuat benua ini tenggelam?
Penelitian Oppenheimer selama bertahun-tahun ini akhirnya dibukukan dengan judul Eden in The East. Oppenheimer meyakini ada benua bak surga yang tenggelam di tempat yang kini menjadi wilayah Indonesia dan sekitarnya.
Bayangkanlah wilayah ASEAN hari ini, ada Indonesia, Tanah semenanjung dan Laut China Selatan. Bagaimana jika Laut China Selatan kering tanpa air? Itulah Benua Sundaland yang dimaksud oleh Oppenheimer.
Benua ini menurut Oppenheimer ada pada sekitar 14.000 tahun silam. Tentu saja lengkap dengan manusia-manusia yang mendiaminya. Oppenheimer menguatkan teorinya dengan temuan-temuan ilmuwan lain.
Saat itu, Taiwan terhubung langsung dengan China. Tidak ada Laut Jawa, Selat Malaka dan Laut China Selatan. Semua adalah daratan kering yang menghubungkan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan China. Yang dari dahulu sudah terpisah lautan adalah Sulawesi, Maluku dan Papua yang memiliki laut dalam.
Nah, menurut Oppenheimer dari 14.000 tahun lalu itulah Zaman Es mulai berakhir. Oppenheimer menyebutnya banjir besar. Namun menurut dia, banjir ini bukannya terjadi mendadak, melainkan naik perlahan-lahan.
Dalam periode banjir pertama, air laut naik sampai 50 meter. Ini terjadi dalam 3.000 tahun. Separuh daratan yang menghubungkan China dengan Kalimantan, terendam air.
Kemudian terjadilah banjir kedua pada 11.000 tahun lalu. Air laut naik lagi 30 meter selama 2.500 tahun. Semenanjung masih menempel dengan Sumatera. Namun Jawa dan Kalimantan sudah terpisah. Laut China Selatan mulai membentuk seperti yang ada hari ini.
Oppenheimer lantas menambahkan, banjir ketiga terjadi pada 8.500 tahun lalu. Benua Sundaland akhirnya tenggelam sepenuhnya karena air naik lagi 20 meter. Terbentuklah jajaran pulau-pulau Indonesia, dan Semenanjung terpisah dengan Nusantara.
Meskipun naik perlahan, Oppenheimer mengatakan kenaikan air laut ini sangat berpengaruh kepada seluruh manusia penghuni Sundaland. Mereka pun terpaksa berimigrasi, menyebar ke seluruh dunia. |
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Manusia Kenal Padi Disebut dari Asia Tenggara, Bukan China
Jakarta - Selama ini, para ilmuwan menilai kebudayaan di Asia Tenggara masuk dari China, termasuk menanam padi. Namun seorang ilmuwan asal Oxford membaliknya. Bagaimana kalau justru dunia mengenal padi dari kawasan Indonesia dan sekitarnya?
Hal ini diungkapkan Stephen Oppenheimer, seorang peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, yang menulis buku Eden in the East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara. Menurut dia selama ini ilmuwan menerima teori kalau bangsa Austronesia menyebar dari China, ke Taiwan, lalu Filipina baru ke Indonesia dan terus ke Polinesia.
Kebudayaan yang menonjol adalah makan pinang, menanam padi dan membuat tembikar. Nah, soal menanam padi ini yang menjadi perhatian Oppenheimer. Dia mengutip penemuan seorang arkeolog Thailand yang menemukan butir beras berhubungan dengan artefak tembikar di Gua Sakai, Thailand. Umurnya ditaksir 9.000 tahun lalu.
Oppenheimer pun menduga budaya tanam padi justru datang dari Asia Tenggara dan menyebar ke Cina. Sebabnya, situs arkeologi di China terkait penanaman padi ada di tepi sungai Yangtze sekitar 7.000 tahun silam, atau lebih muda sekitar 2.000 tahun.
Oppenheimer mengelaborasi pendapat sejumlah ilmuwan lain dihubungkan dengan temuan arkeologi berupa beras di dalam tembikar. Dia berpendapat masuk akal kalau masyarakat Asia Tenggara lebih mudah membudidayakan padi dari pada orang China, karena berada di iklim tropis.
Peneliti yang juga pakar genetika ini pun mencoba membuat simulasi tersebarnya budaya tanam padi. Situs tertua untuk bukti pertanian berumur 5.150 tahun di Gua Sireh, Serawak, Malaysia. Lalu bergeser ke Ulu Leang di Sulawesi Selatan 5.100 tahun lalu.
Dari sini budaya pertanian bergerak dua arah. Ada yang ke utara yaitu ke gua Rabel di Luzon, Filipina, 4.850 tahun lalu. Ada juga yang bergerak ke selatan, yaitu ke Uai Bobo di Timor Leste 4.100 tahun lalu.
Lantas, bagaimana menjelaskan orang Asia Tenggara menyebarkan budaya tanam padi ke India? Oppenheimer mengaitkannya dengan kenaikan air laut pada akhir Zaman Es, 8.500 tahun lalu. Saat itu, daratan antara Sumatera dan Semenanjung berubah menjadi Selat Malaka.
Lewat jalur laut, tersebarlah padi dari kawasan Sumatera ke India. Masyarakat India pun mulai menanam padi sekitar 5.000 tahun silam.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Jejak DNA Indonesia Terbawa Sampai Swedia
Jakarta - Peneliti asal Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer, meyakini Indonesia dan sekitarnya adalah benua yang tenggelam pada akhir Zaman Es. Salah satu buktinya adalah jejak DNA manusia Indonesia timur yang tersebar sampai Swedia.
Dalam buku karangannya Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Oppenheimer mengungkapkan penelitiannya terhadap DNA berbagai bangsa di dunia. Pakar genetika ini memang pernah menjadi dokter keliling di sejumlah negara di Asia Tenggara.
Nah, saat menjadi dokter untuk mengobati anemia di Papua Nugini, Oppenheimer menyadari kalau suku-suku dengan bahasa yang sama, mempunyai ciri DNA yang sama pula walaupun mereka tersebar luas di Papua.
Oppenheimer lantas menduga penyebaran manusia di akhir Zaman Es, mungkin akan meninggalkan jejak DNA yang sama. Oppenheimer lantas mengelaborasi penelitian serupa dari sejumlah ilmuwan lain. Dia mencari yang dia sebut DNA 'Eva' alias DNA nenek moyang kita yang perempuan (induk). Caranya dengan merunut DNA manusia modern.
DNA orang di Papua kehilangan apa yang disebut 'pasangan 9 basa (9-bp)'. Karakter DNA ini disebut motif Polinesia yang diperkirakan sudah ada sejak 17.000 tahun lalu. DNA ini tersebar ke arah kepulauan Pasifik tapi juga dimiliki oleh orang Indonesia Timur selain Papua, yaitu orang Maluku, Ternate, Flores dan Timor. Nah, orang Indonesia Barat tidak punya motif Polinesia.
Namun DNA dengan karakter 9-bp serupa rupanya muncul jauh di luar Indonesia. Sejumlah gugus DNA maternal Asia Tenggara ini muncul di India Selatan yang berbeda dengan India Utara. Bahkan DNA orang Swedia dan Finlandia menunjukkan ciri serupa.
Oppenheimer pun berteori, manusia Asia Tenggara ini berimigrasi sampai India Selatan pada akhir Zaman Es dari benua Sundaland yang tenggelam. Mereka terus menembus Asia Tengah, bahkan sampai ada yang ke Eropa.
Jika argumen ini Anda pikir tidak masuk akal, tunggu sampai anda melihat ilustrasi gambar yang diberikan Oppenheimer. Kapak perunggu dari Danau Sentani, Papua ternyata mirip dengan kapak Galstad, Swedia berumur 800 tahun SM.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Bahasa & Kunci Pusat Dunia Berada di Indonesia
Jakarta - Indonesia dan kawasan Asia Tenggara diduga menjadi pusat dunia pada akhir Zaman Es. Profesor asal Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer, mencoba menelusurinya lewat asal usul bahasa manusia modern.
Dalam bukunya Eden in The East setebal 814 halaman itu, Oppenheimer berteori kalau bahasa manusia modern berawal dari kawasan Asia Tenggara. Saat benua Sundaland tenggelam ketika es mencair, para penduduk Sundaland yaitu Indonesia dan sekitarnya berimigrasi ke berbagai belahan dunia.
Mereka bertebaran di muka bumi 8.000-6.000 tahun lalu. Para penduduk Sundaland membawa bahasa mereka yang kemudian berkembang menjadi bahasa-bahasa dunia yang ada sekarang.
Oppenheimer mengatakan, ada semacam anomali dalam pohon percabangan kelompok bahasa di dunia, dan itulah kelompok bahasa Austronesia. Inilah bahasanya orang Indonesia dan orang Oseania. Ada garis tegas yang membedakan bahasa mereka dengan bahasa di belahan dunia lain.
Diduga, inilah bahasa purba yang tetap lestari sampai hari ini, ilmuwan menyebutnya Paleo-Hesperonesia. Menurut ilmuwan, ada 30 bahasa di Indonesia dan juga Malaysia yang masuk keluarga ini.
Di Indonesia misalnya, ada bahasa-bahasa yang ilmuwan pun bingung memasukkan mereka ke kelompok mana. Hanya faktor geografis yang membuat mereka masuk keluarga Austronesia.
Sebut saja bahasa Gayo, Batak, Nias, Mentawai, Enggano. Ilmuwan enggan memasukkan mereka ke keluarga bahasa Melayu karena memang berbeda. Bahasa Dayak Kayan, Kenyah dan Mahakam di Kalimantan juga berbeda. Sementara di Indonesia timur ada Bajo yang juga unik di Laut Sulu, Filipina Selatan.
Mereka ini adalah para petualang. Sebut saja orang Bajo yang gemar berlayar ke Flores, sehingga ada daerah bernama Labuhan Bajo. Oppenheimer menilai, ketika bangsa-bangsa dari kawasan ini menyebar, bahasa mereka pun berubah. Namun bahasa di tempat asal mereka tetap lestari sampai hari ini.
Penelitian Oppenheimer ini tentu menguatkan penelitian Arysio Santos yang menulis Atlantis: The Lost Continent. Walaupun, Oppenheimer memiliki teori sendiri yang sama sekali berbeda. Namun dia mencapai kesimpulan yang sama soal pentingnya Indonesia di akhir Zaman Es.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Pesan Rahasia di Balik Gunungan Wayang
Jakarta - Siapa yang tidak tahu gunungan dalam pementasan wayang kulit? Semua berpikir gunungan berasal dari tradisi Hindu. Namun riset terbaru menunjukkan gunungan memiliki akar budaya ribuan tahun saat Indonesia adalah sebuah benua di akhir Zaman Es.
Fakta yang mungkin mengagetkan orang ini diungkapkan seorang profesor asal Universitas Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer. Dalam buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Oppenheimer menjelaskan penduduk di benua Sundaland berimigrasi ke seluruh dunia pada akhir Zaman Es.
Sundaland adalah kawasan Indonesia dan sekitarnya. Saat penduduknya berimigrasi, mereka membawa semua pengetahuan dan budaya mereka, termasuk filosofi luhur soal kehidupan manusia yang paling mendasar yaitu siklus kehidupan, dan kesuburan bumi.
Menurut Oppenheimer, filosofi ini disimbolkan oleh tiga hal yaitu pohon, burung dan ular. Ketiga simbol ini tersebar di seluruh dunia misalnya saja kisah ular naga di berbagai kebudayaan dunia, atau burung yang indah mulai dari phoenix sampai merak, dan kisah pohon kehidupan mulai dari beringin sampai Jack dan pohon kacang ajaib.
Namun di Indonesialah ketiga aktor kehidupan ini masih berkumpul. Berbagai produk budaya di Indonesia, menampilkan pohon, burung dan ular dalam satu tempat. Jika tidak percaya, buktinya adalah gunungan dalam wayang kulit.
Silakan melihat gambarnya, dan Anda akan menemukan pohon, ular dan burung. Motif serupa juga kerap muncul dalam motif kain batik dan tenun ikat Sumatera atau Sumbawa.
Jika Anda berkilah ini adalah pengaruh Hindu, bagaimana dengan motif ornamen rumah suku Dayak Kenyah? Dayak Kenyah tidak terkena pengaruh Hindu dan mereka pun menampilkan pohon, ular dan burung dalam satu tempat.
Pak Dalang hari ini mungkin akan menerjemahkan gunungan wayang sebagai tanda pergantian babak dalam lakon wayang. Gunungan adalah simbol dunia atau hutan rimba. Namun menurut Oppenheimer, ribuan tahun lalu, maknanya tidak sesederhana itu.
Pohon oleh para penduduk Sundaland di masa silam adalah sumber kehidupan. Dari pohon mereka mendapatkan buah-buahan dan tanda kesuburan tanah. Sundaland yang berada di iklim tropis diberkahi dengan hutan lebat, ketika belahan dunia lain berselimutkan es.
Sedangkan burung dan ular adalah simbol dari Sang Pencipta. Burung adalah simbol langit dan juga maskulinitas. Ular adalah simbol bumi dan feminitas. Perkawinan burung dan ular menghasilkan kesuburan bumi.
Pesan-pesan ini perlahan terlupakan, tergantikan atau tereduksi maknanya sebagai hasil peleburan berbagai budaya dunia. Namun di Indonesia, pesan-pesan asli masih bisa ditelusuri sebagai bukti di Nusantaralah peradaban itu berasal.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Apakah Nabi Nuh Orang Indonesia?
Bogor - Kisah banjir besar Nabi Nuh, cocok dengan kajian ilmiah tenggelamnya Indonesia di masa silam dari sejumlah ilmuwan. Lantas, apakah Nabi Nuh berasal dari Indonesia?
"Saya tidak bisa bilang Nuh dari Indonesia. Walaupun Islam, Kristen dan Yahudi berbagi cerita banjir yang sama," kata peneliti dari Universitas Oxford, London, Stephen Oppenheimer dalam wawancara dengan detikcom di Hotel Salak, Bogor.
Penulis buku Eden in The East ini mengatakan kisah banjir besar tersebar luas di dunia. Namun memang kisah banjir besar paling banyak terdapat di Indonesia.
"Meski demikian, kita belum bisa menyimpulkan kisah banjir berasal dari Indonesia," kata Oppenheimer.
Hal ini disebabkan, banjir dialami di berbagai daerah di dunia pada akhir zaman es. Kisah banjir Sumeria diduga berbeda sumbernya dengan banjir di Sundaland atau Indonesia masa silam.
"Kisah banjir Sumeria diduga bersumber dari banjir di kawasan Teluk pada akhir Zaman Es, bukan Sundaland," jelas Oppenheimer.
Oleh karena itu, darimana Nabi Nuh berasal belum bisa dijawab. Kitab suci pun tidak menyebut nama negeri Nabi Nuh.
Meskipun banjir di Sundaland dianggap fakta sejarah, namun kisah banjir belum bisa dianggap berasal dari kejadian yang sama di Indonesia pada Zaman Es.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Bawang Merah Bawang Putih, Bukan Sekadar Dongeng
Jakarta - Cerita rakyat tidak hanya memberi pesan moral, namun ada simbol-simbol tersembunyi di baliknya. Misalnya saja dongeng 'Bawang Merah Bawang Putih', yang ternyata membawa simbol kebudayaan di Indonesia sejak ribuan tahun silam.
Hal ini diungkapkan pakar genetika dan folklore dari Universitas Oxford, Inggris, Profesor Stephen Oppenheimer. Dalam buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Oppenheimer berteori bahwa cerita rakyat mampu melestarikan bentuk kebudayaan selama ribuan tahun.
Kisah ini sering kita dengar semasa kecil. Bahkan kisah versi modernnya dibuat dalam bentuk sinetron televisi. Bawang Merah yang merupakan saudara tiri, kerap berbuat jahat kepada Bawang Putih. Bawang Merah pada akhirnya terkena akibat dari perbuatannya dan Bawang Putih hidup berbahagia.
Nah, tema dua saudara yang bersaing menurut Oppenheimer, memiliki akar yang panjang ribuan tahun silam. Jauh mundur melampaui dongeng Eropa semacam Cinderella dan saudara tirinya, bahkan jauh mundur dari pengaruh Hindu atau Yunani sekalipun.
Dongeng dua saudara yang bersaing memiliki akar pada masyarakat neolitikum kuno di Asia Tenggara ribuan tahun silam. Persaingan dua saudara sebenarnya adalah simbol dari dinamika sebuah siklus kehidupan dan kesuburan bumi. Ada yang menang dan ada yang kalah, ada yang baik dan ada yang jahat.
Di Indonesia, kisah persaingan dua saudara ini ada berbagai versi. Kisah ini ada juga di Bali, Maluku, Sulawesi, sampai Papua. Semua dengan nama berbeda tapi inti ceritanya sama.
Oppenheimer yakin kalau cerita ini menyebar dari Indonesia ke arah barat sejak 6.000 tahun lalu. Hal ini seiring dengan migrasi karena benua Sundaland tenggelam. Bahkan kata Oppenheimer, kisah semacam Bawang Merah Bawang Putih ini mengilhami kisah Seth dan Osiris di Mesir Kuno.
|
|
|
|
|
|
|
|
Indonesia Benua yang Hilang: Kisah Banjir Setinggi Gunung di Pedalaman Indonesia
Jakarta - Sejumlah suku di Indonesia ternyata memiliki kisah banjir di masa silam yang bebas dari pengaruh agama samawi. Oleh karena itu, seorang ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris pun yakin, di Indonesia-lah, peradaban di Zaman Es dan kisah banjir berasal.
Hal ini diungkapkan Professor Stephen Oppenheimer yang mengarang buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara. Oppenheimer yang terjun langsung meneliti dari pedalaman Papua sampai Kalimantan, menemukan kalau kisah banjir di masa silam di kawasan Indonesia dan sekitarnya, lebih banyak dan beragam dari belahan dunia lain.
Umat Islam, Kristen dan Yahudi mengenal kisah banjir Nabi Nuh dari kitab suci. Sementara peradaban kuno lain dari Mesopotamia sampai India dan Yunani, punya versi sendiri yang mirip dengan kisah Nabi Nuh. Namun di Indonesia dan sekitarnya, kisah banjirnya bisa sangat berbeda.
Oppenheimer mengumpulkan kisah 'banjir setinggi gunung' dari Sabang sampai Merauke. Namun bedanya dengan kisah banjir Nuh, sebagian dongeng banjir di Indonesia tidak memuat cerita menyelamatkan diri dengan perahu.
Oppenheimer pun menduga, suku-suku di pedalaman Indonesia khususnya di Indonesia timur, adalah keturunan dari mereka yang selamat pada saat Zaman Es, tanpa harus berimigrasi ke luar Indonesia. Dalam sebagian dongeng mereka, sang kakek moyang cukup naik ke puncak gunung yang tinggi.
Beberapa hewan memegang peranan penting dalam bencana alam itu. Misalnya saja penduduk Alor di NTT, menurut mereka ikan gergaji raksasa menenggelamkan benua dan memotong-motongnya menjadi beberapa pulau kecil.
Masyarakat di Pulau Seram punya dongeng nenek moyang meraka, yang diselamatkan dari banjir oleh elang laut yang membawa mereka ke sebuah pulau. Masyarakat Toraja pun punya dongeng banjir setinggi gunung dan mereka menyelamatkan diri naik palung tempat makan babi.
Suku Dayak Ot Danum di Barito, Kalimantan Selatan juga punya kisah banjir yang menenggelamkan benua kecuali dua gunung, dan mereka menyelamatkan diri ke gunung itu. Suku Dayak Iban punya Nabi Nuh versi mereka bernama Trow yang menyelamatkan diri naik lesung membawa hewan piaraan.
Masih banyak contoh dongeng banjir lain yang dikisahkan Oppenheimer dalam bukunya yang setebal 814 halaman itu. Meski pun ada unsur cerita yang sama dengan kisah banjir Nuh, namun secara keseluruhan kisahnya berbeda dengan dongeng banjir di kitab suci ataupun peradaban kuno lain.
Oleh karena itu, Oppenheimer menilai kisah banjir di Nusantara adalah orisinil dan sudah ada sebelum masuknya Islam dan Kristen ke kawasan ini. Itu sebabnya dia berpendapat kalau Indonesia dan kawasan Asia Tenggara adalah benua yang tenggelam saat banjir besar di akhir Zaman Es.
|
|
|
|
|
|
|
|
wahhh pak tam, selamat kembali ya... wellkom bek! |
|
|
|
|
|
|
|
waduh, panjang banget
nice info thanks |
|
|
|
|
|
|
|
menarik untuk dibaca... tp nnt sampai opis baru aku baca... |
|
|
|
|
|
|
|
Waaa Temple Of Solomon kat Borobudur...Nabi Nuh kat Indon....lepas ni apa pulak? |
|
|
|
|
|
|
|
wahhh pak tam, selamat kembali ya... wellkom bek!
aiskrimvanilla Post at 27-10-2010 20:28
Sebenarnya gue udah malas berforum ini lagi karena melihat banyak posting rekan-rekan anda yang masih tetap menjijikan dan memualkan ... Sangat disayangkan .... forum ini sudah menjadi seperti "Sampah" sekarang, apalagi ditambah dengan perilaku beberapa moderator yang sering bersikap partisan dan nggak netral .....
Jika forum ini tetap seperti sekarang .... I have to say "Sayonara" to all of you ......
|
|
|
|
|
|
|
|
SUNDALLAND
aku tau laa.. kt Jakarta..
hahaa |
|
|
|
|
|
|
|
Sebenarnya gue udah malas berforum ini lagi karena melihat banyak posting rekan-rekan anda yang ...
jf_pratama Post at 28-10-2010 09:11
bawa bersabar ya pak... |
|
|
|
|
|
|
|
Sebenarnya gue udah malas berforum ini lagi karena melihat banyak posting rekan-rekan anda yang ...
jf_pratama Post at 28-10-2010 09:11
Ok laa JF..
For knowledge sake.. please continue..
Kpd yg lain.. hormat lah 'tetamu' mcm JF ni.. slagi dia hormat tuan rumah.. kite hormat dia..
ANYWAY...
Indonesia is much colorful country.. historically enrich with legends and myths..
Aku pun baru nk explore bende2 mcm ni.. especially tentang Jayakarta sendiri.. port Batavia yg asal etc.. the Cursed of Bogor.. pasal Raja yg pergi Mekah lalu ditukarkan oleh Belanda ditengah laut jadi seorang yang kejam.. etc.
Klu ko takde.. sape nak explain beb??? orang2 sini mane tau bende2 tu sume..
and. aku mintak maap psal cakap "Sundalland" tuu.. the words remind me of cerite Sundalland Bolong |
|
|
|
|
|
|
|
Reply 15# jf_pratama
bapak JF...cool dong usah merajuk
aku baru baca cerita kamu ini sampai mukasurat 2... belum abis lagi tak boleh komen |
|
|
|
|
|
|
|
Eloklah indonesia kumpulkan sejarah - sejarah dan dibukukan ditempat yg selamat. Skrg ni bencana tsunami, gunung merapi, gempa bumi dan bermacam musibah dan terbaru Indonesia dijangka tenggelam. |
|
|
|
|
|
|
| |
|