Airbus Military has begun flight-testing a modification to add winglets to the C295 medium transport and surveillance aircraft – one of a series of product developments underway on the market-leading type.
By increasing the lift-drag ratio the winglets are expected to improve performance in the takeoff, climb and cruise phases of the flight. For the C295 these extensions would contribute to hot and high runway performance, increased range and endurance, and reduced fuel consumption – driving lower operating costs.
The first flight of the wingletted Airborne Early Warning (AEW) configured aircraft took place in Spain on 21 December. Data from the flight test program will help evaluate the potential benefit and feasibility to incorporate winglets into the C295 design.
Extending the mission endurance of this aircraft is considered a critical requirement for Airbus Military, in order to meet the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft. Indonesia is already shopping for such aircraft, and, according to Air Force Chief of Staff ACM Imam Sufaat, larger platforms would be required for the country’s AEW mission, particularly in terms of endurance. It is expected that the improvements gained by those winglets would be sufficient to get the C295 into the game. The Indonesian market is considered a strategic market for the aircraft. In early 2012 Indonesia placed an order for nine C295 aircraft, the first delivered by the end of last year. Airbus Military is also helping its local partner PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to modernize its manufacturing facilities to enable local assembly of these planes.
Few months earlier Airbus Military and missile developer MBDA performed flight demonstration of an armed C295 maritime patrol aircraft, carrying an instrumented Marte MK2/S anti-ship inert missile installed under the left wing. The flight was the first of a series of trials planned in a joint Airbus Military – MBDA collaboration to validate the aerodynamic integration of Marte on the C295. Subsequent flights will include handling qualities tests and aircraft flight performance tests. The C295 will be the first fixed-wing aircraft configuration for the missile. Marte Mk2/S is already integrated on the AW-101 and the NFH-90 naval helicopters.
The MBDA Marte MK2/S missile is a fire-and-forget, all-weather, medium-range sea-skimming anti-ship weapon system, equipped with inertial mid-course guidance and radar homing terminal guidance, and capable of destroying small vessels and heavily damaging major vessels. The missile has a weight of 310 Kg and is 3.85 m long. In the anti-submarine warfare (ASW) role, the C295 is already in-service carrying the MK46 torpedo.
Promoting the choice of C295 for the Indonesian AEW mission Airbus Military has painted the C295AEW prototype with the TNI-AU colors. Photo: Airbus Military http://defense-update.com/20130103_c295_aew.html
TNI Angkatan Udara akan segera diperkuat satu skuadron atau 16 pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.
pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasar kekuatan dasar minimum.
Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan,T50 adalah pesawat produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) dimana dalam proses pembuatan pesawat T50 dibantu Untuk pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh perusahaan dari Amerika yaitu Lockheed Martin , 17 persen oleh Korea Aerospace Industries ( KAI ) dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan.
T50 merupakan Pesawat tempur ringan dimana calon pilot pesawat tempur sukhoi harus melewati tes dengan T50,Karena kalau latihan pakai Sukhoi "cost operasional" nya cukup besar. Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.
T50 Aerobatik TNI AU selain untuk Tim Aerobatik,digunakan juga untuk pesawat penyerang, dimana terdapat tulisan TT(Tempur Taktis) pada bagian Kode Pesawat dimana kode TT pada versi TNI AU untuk Pesawat Tempur yg role utamanya untuk Air to Ground
T50 bisa dipasang rudal "air to air" AIM-9 Sidewinder ( rudal udara ke udara ), rudal "air to ground" AGM-65 Maverick ( rudal udara ke darat ) serta mampu membawa beberapa Bomb seperti CBU-58 cluster, Mk 82, Mk 83/MK, dan Mk 20
Khusus untuk Tim Aerobatik, TNI AU memesan camo atau design warna biru kuning,camo ini mirip yang dipakai oleh tim aerobatic Elang Biru.dimana Tim Elang Biru ini menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara karena tim ini dapat disejajarkan dengan beberapa tim aerobatik kelas dunia seperti tim Red arrow (Inggris), Roulette (Australia), Golden Dreams (Inggris).
Desain pesawat yang dibuat khusus untuk T50 Golden Eagle ini sangat mirip dengan Elang Biru,apakah dengan pesawat T50 ini akan jadi penerus dari Elang Biru.Kita tunggu saja....!!!
Jakarta: Kementerian Pertahanan sudah memesan kapal perang perusak kawal rudal (PKR)-tanpa peluncur rudal-dari galangan Damen Schelde, Belanda, pada 2012 seharga 220 juta dollar AS.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Persenjataan mengkritik adanya penawaran serupa dari galangan Orisonte Sistemi Navali, Italia, yang lebih menguntungkan, tetapi tidak direspon Kemhan.
Poengky Indarti mewakili Koalisi Masyarakat Sipil dalam percakapan akhir Desember 2012 menjelaskan, galangan kapal Italia tersebut memberikan harga jual sama dengan Damen Schelde, tetapi kapal sudah lengkapi dengan peluncur rudal, peluncur torpedo, dan radar militer.
"Bahkan, pihak Italia bersedia membangun 100 persen di galangan kapal PT PAL Surabaya. Entah mengapa dari tiga penawaran, termasuk Rusia, justru tawaran Belanda disetujui, bahkan, pada tahun 2013 akan diadakan kontrak pembelian kedua," kata Poengky.
Poengky menambahkan, kapal yang dibeli dari Belanda membutu*kan tambahan biaya 75 juta dollar AS untuk melengkapi peluncur rudal dan torpedo. Pembelian dari Belanda tersebut diibaratkan membeli tank tanpa meriam. Tawaran pihak Italia, menjanjikan PT PAL mendapatkan 15 persen pengerjaan dari nilai kontrak.
Sepintas lalu, tawaran Belanda menawarkan 25 persen pengerjaan nilai kontrak lebih menguntungkan Indonesia. Namun, lanjut Poengky, dalam kenyataannya PT PAL, sesudah kontrak ditandatangani, hanya tiga persen nilai kontrak.
Kondisi itu membuat PT PAL merugi. Apalagi, PT PAL harus menutup layanan usaha dry dock selama delapan bulan demi proyek PKR Belanda tersebut. Mereka juga tidak mendapatkan bayaran atas penggunaan dry dock tersebut.
Menanggapi kritik tersebut, Sekretaris Jendral Kemhan Marsekal Madya Eris Heryanto, seusai pertemuan General Border Commitee RI-Malaysia di Jakarta, menyanggah adanya kejanggalan dalam pembelian kapal PKR dari Belanda.
“Kita mengirim 250 tenaga kerja PT PAL ke Belanda. Itu termasuk dalam nilai kontrak. Tidak benar PT PAL hanya mendapat pengerjaan senilai tiga persen. Para teknisi Indonesia turut bekerja di Belanda dan mendapatkan transfer teknologi,” ujar Eris.
Dia menegaskan pemilihan Damen Schelde sudah sesuai prosedur lelang. Dari tawaran Rusia, Italia, dan Belanda, pihak Damen Schelde lebih unggul sehingga dipilih. Kemhan memang akan mengeluarkan biaya untuk melengkapi rudal dan torpedo jika kapal sudah selesai. Itu dinilai Sekjen Kemhan sebagai hal yang wajar dan sesuai prosedur.
Anggota Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, mengingatkan, pembelian PKR dari Belanda tersebut sejak semula sudah dicermati DPR dan ada keganjilan. “Kami, sesudah masa reses, akan memanggil Kemhan pada Januari 2013. Belanda memang lebih unggul dibandingkan pesaing lain karena paham cara patgulipat di Indonesia,” kata Hasanuddin.
Dia menengaraj kontrak pembelian kapal PKR kedua dan ketiga dengan cara yang sama diduga akan merugikan Indonesia dan hanya menguntungkan segelitir orang. Bahkan, pihaknya mendengar dari PT PAL dan AL pun ada keberatan terhadap pembelian PKR dari Belanda tersebut.
Pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) dipastikan segera akan terwujud, menyusul adanya persetujuan dari Markas Besar (Mabes) TNI dan menunggu proses persetujuan Presiden.
Kohanla nantinya akan membawahi tiga armada yaitu Armada Barat, Armada Tengah dan Armada Timur.Kepala, menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal AL) Laksamana Pertama TNI (P) Untung Suropati.
"Dalam forum apel komandan satuan kemarin sudah dipaparkan perubahan mendasar adalah validasi organisasi TNI AL. Ini sudah disetujui di tingkat Mabes TNI, mulai dari pengembangan armada, marinir, perkembangan atau penambahan organisasi baru," kata Kadispenal Untung Suropati di Jakarta, Jumat, 4 Januari 2013..
Menurut Kadispenal, pengembangan postur TNI AL ini akan diikuti oleh strata kepangkatan. Untuk Kohanla akan dipimpin oleh pangkat Laksamana Madya (Laksdya). Sedangkan masing-masing armada (Barat, Tengah dan Timur) akan dipimpin oleh Laksamana Muda (Laksda).
Pemekaran postur TNI AL yang juga disetujui oleh Mabes TNI yaitu pembangunan satu pasukan marinir (Pasmar) yaitu Pasmar III di Sorong. Meski mengaku belum dikaji lebih jauh, namun jumlah personil Pasmar di Sorong, menurut Kadispenal idealnya setara dengan satu divisi di angkatan darat.
Diakui Kadispenal, hingga kini pembangunan infrastrutur untuk Armada Tengah belum dilakukan karena masih menunggu keputusan presiden terkait revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.
"Dari Mabes TNI yang sudah menyetujui akan diajukan ke pemerintah. Pembangunan menunggu persetujuan presiden terlebih dahulu," pungkasnya.
Pangdam VI: Tank Scorpion,Tank AMX,Anoa,Javelin Dan MLRS Astros II Akan Amankan Perbatasan RI-Malaysia
REPUBLIKA.CO.ID,BALIKPAPAN--Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman mengatakan tank-tank Scorpion akan menjaga kawasan perbatasan RI-Malaysia sepanjang 1.600 km di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat.Perbatasan sepanjang 1.600 km itu akan dikawal tank-tank Scorpion.
"Tank Leopard masih ditempatkan di Pulau Jawa," kata Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman di Balikpapan, Senin.
Tank Leopard 2A6 adalah pembelian baru alat utama sistem senjata baru TNI, merupakan tank tempur utama (main battle tank atau MBT) dengan bobot hingga 62 ton.
Sebanyak 100 Leopard 2A6 dibeli langsung dari pabriknya di Jerman dengan harga total 280 juta dolar AS.
Awalnya, pemerintah berencana menempatkan Leopard di Bulungan, Kalimantan Utara, dan di Kalimantan Barat, masing-masing satu batalion kavaleri dengan 44 tank. "Sebagai gantinya, kita tempatkan 2 kompi Scorpion," lanjut Panglima. Scorpion tersebut diperkuat dengan satu kompi tank AMX 13.
Menurut Panglima Dicky Wainal Usman, tank Scorpion cocok untuk menjaga perbatasan karena bisa bermanuver dengan cepat. Dibandingkan dengan Leopard, Scorpion dan AMX adalah tank ringan dengan bobot hanya 25 ton.
"Kami tempatkan juga di Kutai Barat selain di Bulungan, Kalimantan Utara," katanya. Tank-tank Scorpion tersebut akan tiba pada pertengahan tahun nanti. TNI AD yang punya 50 unit sedang mempersiapkan pengirimannya dari Jawa.
Tank Scorpion adalah tank ringan buatan Inggris. Badannya bukan dari baja, tetapi dari aluminium aloy, bahan yang banyak digunakan untuk peralatan keselamatan dan petualangan seperti karabiner.
Dengan ketebalan bodi 12,7 mm, Scorpion sanggup menghadang peluru 7,62 mm yang ditembakkan dari jarak 12 meter, atau peluru kaliber 105 yang dilepaskan dari jarak 30 meter. Bodi juga tahan pecahan bahan peledak berdaya ledak tinggi (high explosive) untuk melindungi personel yang diangkutnya.
Awaknya cukup 3 prajurit. Pada tank TNI-AD, persenjataan utama adalah sebuah meriam Cockerill 90 mm buatan Belgia yang lebih ampuh dari meriam aslinya, L23A1 76 mm. Scorpion juga menyandang senapan mesin Coaxial 7,62 mm, dan juga bisa ditambah misil antitank.
Dengan kecepatan maksimal 80 km per jam, Scorpion di Bulungan bisa mencapai Simenggaris di garis batas dengan Sabah, Malaysia, kurang dari 4 jam bila ngebut tanpa henti.
TNI juga menempatkan peluncur rudal MLRS Astros II (multi launching rocket system) di Berau untuk mengamankan Kutai Barat di barat dan Nunukan di timur. "Itu juga sudah meng-cover perbatasan," kata Panglima.
Dengan demikian, Panglima menjelaskan alutsista TNI diperbatasan mampu mengimbangi kekuatan tempur negara tetangga, ditambah lagi dengan penambahan sejumlah panser Anoa di Samarinda yang akan memudahkan mobiliasasi personel pasukan.
Selanjutnya, untuk mengantisipasi pelanggaran batas wilayah di jalur darat, termasuk penyeludupan barang terlarang seperti narkoba, Kodam VI Mulawarman menambah 12 pos baru pengamanan perbatasan.
"Jadi kita ada 29 pemantauan perbatasan. Tahun 2012 tambah dua, pada 2013 tambah 6 sampai 12 lah. Posisi pemantauan ini kita buat rapat utamanya di area blank spot, dari Long Apung ke barat sampai Datah Dawai," demikian Panglima.
PT Penataran Angkatan Laut(PAL), merupakan perusahaan dibidang perkapalan yang telah berdiri sejak tahun 1939 oleh pemerintah Belanda. Sempat berubah menjadi Kaigun SE 2124 pada masa penjajahan Jepang,
PT PAL akhirnya dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia dan sejak itulah dikenal sebagai PT PAL Indonesia. Di bawah ini adalah video profil dari PT PAL Indonesia
Awal tahun 2013 merupakan hari-hari yang menegangkan bagi Deputi Bidang Teknologi Dirgantara LAPAN Prof Dr Ing Soewarto Hardhienata. Dia memiliki target untuk menerbangkan roket Lapan RX-550 pada tahun 2013, sementara uji statis RX-550 yang dilakukan tanggal 29 September 2012, masih menemui kendala. Uji statis pertama dilakukan tahun 2011 silam.
Komponen nosel roket RX-550 kembali mengalami masalah dalam uji statis di Stasiun Pengamatan Dirgantara LAPAN Pameungpeuk, Kabupaten Garut- Jawa Barat. Desain struktur nosel roket RX-550 belum mampu menahan tingginya suhu pembakaran. Akibatnya, komponen material nosel roket terlepas sebelum proses pembakaran propelan berakhir di detik ke 14.
Prof Dr Ing Soewarto Hardhienata berencana mengubah desain struktur nosel roket, agar hasil akhirnya seperti yang diharapkan. Lapan pun kembali membangun seluruh komponen roket RX-550 serupa, untuk melakukan uji statis tahap ketiga pada awal tahun 2013.
Prof Dr Ing Soewarto berharap daya dorong roket bisa melebihi 25 ton dalam waktu 7 detik. Adapun proses pembakaran propelan ditargetkan 14 detik hingga bahan bakarnya habis. Kunci utama yang harus diselesaikan Lapan adalah membuat struktur material nossel bisa bertahan selama pembakaran, agar roket RX-550 mampu terbang sejauh 300 km ke luar angkasa.
Roket RX-550 berdiameter 550 milimeter ini, memiliki panjang keseluruhan 9 meter dan membawa bahan bakar jenis HTPB (hydroxyl toluen poly butadiene) sebanyak 1,8 ton.
Target yang dipatok Lapan pada tahun 2013 adalah peluncuran roket ke luar angkasa untuk membawa peralatan pengukur atmosfer. Roket ini akan dilepas di Morotai, Maluku Utara di atas samudra Pasifik.
Jika semua itu mulus maka tahun 2014, roket lapan diproyeksikan untuk mengangkut satelit buatan lapan, untuk diorbitkan ke luar angkasa.
Akankah target ini tercapai ?
“Kami yakin target roket RX-550 mengudara di 2013 masih bisa dicapai dan ditargetkan mampu terbang sejauh 300 km,” ujar Prof Dr Ing Soewarto Hardhienata. Pengalaman kesuksesan peluncuran roket RX-420 dan RX-320 serta panjangnya proses penelitian RX-550 dari 2011, cukup untuk dijadikan kunci keberhasilan program ini.
Di pihak lain, TNI berharap teknologi roket sonda Lapan bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk keperluan militer. Pada tahap awal TNI akan mengembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm dan terus ditingkatkan jangkauannya hingga menjadi Roket kendali. Proyek ini melibatkan Konsorsium: Kementerian Ristek, PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, LAPAN, BPPT, LIPI, ITB UGM dan ITS.
Pemerintah pun terus meningkatkan anggaran untuk pos pertahanan. Jika pada tahun 2004 hanya Rp, 21,7 triliun, maka tahun 2013 ini telah mencapai Rp 77 triliun.
Sejak peluncuran pesawat CN-235 tahun 1983, bangsa Indonesia memang tidak pernah lagi menyaksikan program prestisius sekaliber itu. Semoga tahun 2013 ini (30 tahun berlalu), Roket RX-550 Lapan bisa terbang ke luar angkasa membawa satelit yang juga buatan Indonesia (JKGR).
Rapim Kemhan 2013, Tahapan MEF Bisa Dipercepat dan Leopard 2 Sudah Kontrak
Seperti biasanya, di awal tahun, Kementrian Pertahanan melaksanakan rapat pimpinan. Demikian pula pada Rabu 9 januari 2013 kali ini. Rapat pimpinan dibutu*kan untuk menyampaikan Kebijakan Menteri Pertahanan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pertahanan negara Tahun Anggaran 2013.
Dalam bidang perkuatan pertahanan terutama alutsista, di tahun 2013 akan dilakukan pemantapan terhadap berbagai jenis persenjataan yang sudah dilirik.
Bahkan, Menteri Pertahanan dalam konferensi pers-nya menyatakan, Renstra Perkuatan yang tertuang dalam Minimun Essensial Forces bisa dipercepat menjadi 2 Renstra saja.
Hal ini terlihat dari dukungan dana pemerintah yang cenderung terus naik dan lebih besar dari yang direncanakan. Artinya tahapan MEF hanya cukup sampai MEF tahap 2 saja, yaitu di tahun 2019 kekuatan pertahanan minimum sudah bisa dicapai. Namun tentunya, dengan syarat adanya dukungan dana dari pemerintah.
Dalam sesi bincang ringan dengan ARC, Wamenhan Sjafrie Sjamsuddin menyatakan, di tahun 2013, segala jenis kontrak dan penjajakan alutsista akan dilanjutkan, bahkan jika bisa dipercepat.
Persenjataan yang dimaksud antara lain heli serang Apache, Kapal Light Fregate serta MBT Leopard 2. Bahkan, Wamenhan memastikan, kontrak MBT Leopard 2 sudah di tanda tangani pada pertengahan Desember 2012 lalu.
Lebih Lanjut, ARC mencari kejelasan soal kontrak Leopard 2. Kali ini ARC mendatangi Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen Ediwan Prabowo.
Ia menjelaskan, pengadaan Leopard 2 memang sudah ditanda tangani pada pertengahan Desember. "Jumlahnya tetap sama, yaitu sekitar 160 buah yang terdiri dari campuran Leopard 2RI, Leopard 2A4, tank marder serta sejumlah tank pendukung", demikian kata Mayjen Ediwan.
Saat ditanya kapan tibanya Tank buatan Jerman tersebut, Mayjen Ediwan menerangkan tergantung kapan efektif kontrak terjadi. Rentang waktu efektiuf kontrak adalah sekitar 3 hingga 9 bulan sejak tanda tangan kontrak.
Selama masa itu berlangsung proses politik di DPR (pencabutan tanda bintang, dll) dan serta keuangan yang berlangsung di Kementrian keuangan.
Namun demikian, Kemenhan akan mengupayakan proses tersebut berlangsung 3 bulan saja. "Lalu, 9 bulan setelah itu Tank pertama akan tiba di Tanah air", kata Mayjen Ediwan sambil tersenyum.
Selain Leopard 2, Alutsista yang masih dalam pembahasan intensif adalah heli serang Apache. Kabaranahan Kemhan menjelaskan, proses politik di Amerika sudah selesai, namun harga heli memang terlalu mahal.
Mahalnya harga heli dijelaskan lantaran standar operasional harus mengikuti yang berlaku di Amerika Serikat. Dan kini dari kementrian Pertahanan sedang melakukan negosiasi terkait heli tersebut. Nah, kita doakan saja semoga semua proses berjalan lancar dan lebih cepat.
Wooowww MEF dipercepat.Sepertinya ketegangan DI LCS berdampak pada TNI
6 Penerbang Skadron 15 Iswahjudi Berangkat ke Korea
MAGETAN (Pos Kota) -Pesawat tempur T-50 Golden Eagle sudah di depan mata, terbukti para penerbang serta para teknisi dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, yang akan mengawaki pesawat tersebut berangkat ke Korea untuk mengikuti pelatihan guna mengawaki serta merawat pesawat T-50 Golden Eagle.
Enam penerbang dan 31 teknisi yang diberangkatkan ke Korea dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum, para penerbang tersebut talah mempunyai kualifikasi sekolah instruktur penerbang. Direncanakan para penerbang dan teknisi berada di Korea, guna mentranfer teknologi pesawat T-50 Golden selama delapan bulan.
Berkaitan dengan keberangkatannya ke Korea, Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum, mohon doa restu kepada komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, dan segenap para pejabat Lanud Iwj, usai briefing pagi latihan dan operasi penerbangan di ruang Tedy Kustari, Rabu (9/1).
Sementara Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Yuyu Sutisna, pada kesempatan tersebut mengatakan, para penerbang yang berangkat ke Korea, diharapkan dapat menyerap ilmu sebanyak mungkin dan mengutamakan safety dalam melaksanakan penerbangan.
Adapun penerbang yang berangkat ke Korea Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjono, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T. Gultom dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.
Radar Mutakhir Memonitor di Ujung Timur Kalimantan
TRIBUNNEWS.COM BALIKPAPAN -ALUR Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) merupakan kawasan strategis dan padat lalu lintas kapal. Mulai kapal yang keluar masuk melalui Selat Malaka (ALKI I), Selat Makassar (ALKI II), hingga perairan Papua (diproyeksikan sebagai ALKI III).
Untuk kepentingan strategis tersebut, Kementerian Pertahanan RI bersama TNI AL menempatkan piranti khusus di berbagai titik pantau strategis. Salah satunya di Tanjung Mangkalihat, bagian paling timur dari Pulau Kalimantan.
Piranti tersebut dinamakan Integrated Maritime Surveillance System (IMSS).
IMSS merupakan suatu sistem pengawasan maritim yang terintegrasi antara Coastal Surveillance Station (CSS) atau stasiun pengawas di darat dengan sentra pengawasan lainnya.
"CSS terintergrasi dengan Kapal Perang Indonesia (KRI), Regional Command Center (RCC) atau pusat pengendalian regional, dan Fleet Command Center (FCC) atau pusat pengendalian armada," kata Komandan Lanal Sangatta, Letkol Laut (E) Yudhi Bramantyo, didampingi Komandan Pos TNI AL Tanjung Mangkalihat, Letda Laut (P) Machfudz Azhari.
Fungsi IMSS adalah untuk kewaspadaan di bidang maritim (maritime domain awareness), yaitu mengamankan wilayah perairan Indonesia, khususnya yang berada di daerah yang padat untuk melintas kapal-kapal yang keluar masuk Selat Malaka (ALKI I) dan Selat Makassar (ALKI II), dan perairan wilayah Indonesia (melalui KRI)
Untuk kawasan Tanjung Mangkalihat, IMSS mulai difungsikan tahun 2010. Berbagai peralatan yang berada di IMSS antara lain Radio Detection and Ranging (RADAR) yang berfungsi sebagai deteksi kontak yang berada di atas permukaan laut (kapal-kapal).
"Ada pula Automatic Identification Station (AIS) yang berfungsi sebagai pemberi informasi tentang nama kapal dan nama panggilan kapal, nomor IMO, dimensi dan tipe kapal, draft kapal, waktu keberangkatan dan kedatangan kapal, tujuan kapal, posisi Lintang Bujur, halu kapal, dan kecepatan kapal," kata Danlanal.
Data-data tentang kapal selalu diperbarui dalam periode tertentu pada skala internasional. Sehingga kapal-kapal yang tidak terdaftar bisa didefinisikan sebagai kapal tak dikenal. Kapal rakyat pun tetap terdeteksi dalam radar ini.
IMSS dilengkapi dengan VHF Radio yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar stasiun pengawas di darat. Plus HF Radio yang berfungsi sebagai backup data komunikasi ke RCC apabila VSAT tidak bisa digunakan dan juga sebagai alat komunikasi dengan RCC ataupun dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS
Ada pula Day Camera (kamera siang hari) dan FLIR camera (kamera malam hari) yang berfungsi untuk mengambil gambar (memotret) kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS. "Kamera tersebut bisa digerakkan langsung dari RCC maupun FCC tanpa memberi tahu CSS," kata Machfudz.
Sarana pendukung lain di IMSS adalah Nobletec yang berfungsi sebagai monitor posisi kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS dan sebagai alat komunikasi dengan RCC dan FCC melalui text message application. "Adapun sumber tenaga sistem CSS berasal dari dua buah diesel generator 15 Kwh," katanya.
IMSS merupakan salah satu piranti teknologi militer yang mutakhir. Banyak negara di dunia yang menggunakannya sebagai salah satu perangkat sistem pertahanan dan keamanan negara.
Saat ini Indonesia memiliki 20 buah Coastal Surveillance System (CSS). 10 buah berada di Selat Malaka dan 10 buah berada di Selat Makassar. Juga 11 KRI yang dilengkapi IMSS. Tiga KRI di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat, dan delapan KRI di bawah Komando Armada RI Kawasan Timur.
Indonesia juga memiliki dua Regional Command Center, yaitu RCC Batam dan RCC Manado, dua Fleet Command Center, yaitu FCC Jakarta dan FCC Surabaya, serta satu Headquarters (HQ), yaitu HQ Cilangkap.
Mengamankan perairan di ujung timur Pulau Kalimantan juga menyisakan berbagai cerita. Machfudz mengatakan, mereka tetap berjuang untuk mengemban tugas negara secara maksimal dalam segala keterbatasan.
"Yang paling terasa adalah akses menuju lokasi yang sangat sulit. Setelah menggunakan speed boat dari Sangkulirang menuju Manubar, perjalanan harus dilanjutkan dengan kapal rakyat menuju Tanjung Mangkalihat selama beberapa jam," katanya.
Saat ini Mako Lanal Sangatta menugaskan empat personel di Pos TNI AL Tanjung Mangkalihat. Mereka harus apel di Mako Lanal dalam dua bulan sekali. Dalam kondisi ini, Machfudz mengatakan mereka berupaya mengemban tugas dengan sebaik baiknya.
Yang menarik, karena belum ada BTS tower, mereka hanya bisa berkomunikasi dengan pesan singkat. "Untuk mencari sinyal, kami harus naik motor tujuh kilometer. Itu pun sinyalnya terputus-putus. Jadi komunikasi dengan Mako Lanal lebih banyak lewat SMS. Kami mengecek dua hari sekali," katanya.
Karena merasakan sendiri kendala yang dialami, Machfudz menyampaikan beberapa kebutu*an mendasar kawasan yang dihuni sekitar 300 KK tersebut. "Yang utama adalah jalan darat. Selama ini kami harus lewat laut atau memutar ke arah Berau melalui Teluk Sulaiman. Jalan tembus ke Manubar sangat diperlukan," katanya.
Selain itu, pasokan listrik masih mengandalkan genset. Kalaupun ada genset, masih mengandalkan pasokan solar dari Sulawesi. "Masyarakat banyak tergantung pada pasokan dari Sulawesi. Baik pangan maupun BBM," katanya.
Salah satu solusi untuk mengatasi problem listrik adalah dengan penggunaan solar cell atau pembangkit listrik tenaga surya. Hal ini perlu diupayakan secara serius. "Di kawasan tersebut juga belum ada dermaga. Perjalanan harus disambung dengan kapal kecil sampai ke tepian," katanya.
Selaku personel TNI yang juga berposisi sebagai masyarakat, Machfudz pun berharap agar geliat pembangunan bisa ditularkan secara proporsional di kawasan tersebut. Sehingga mampu menjadi "pelepas dahaga" bagi para warga yang terpisah jarak ratusan kilometer dengan ibukota kabupaten. (Kholish Chered)
2013 TNI ANGKATAN LAUT: akan Terima 6 Kapal Perang Baru
CILANGKAP: Jajaran TNI Angkatan Laut (AL) akan memiliki enam kapal perang baru pada 2013.
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum (Kasubdispenum), Dinas Penerangan Angkatan Laut Kolonel Laut (S) Julius Widjojono menguraikan keenam kapal perang itu diproduksi di dalam negeri.
Dua kapal berjenis tugboat alias kapal tunda akan diproduksi PT Penataran Angkatan Laut (PAL). Kapal tunda nantinya akan mempercepat mobilitas armada laut yang ada.
PT PAL juga harus menyelesaikan dua kapal cepat rudal (KCR-60). Kapal dengan panjang 60 meter, lebar 8,10 meter dan berat total 457 ton itu diproyeksikan memperkuat armada perang.
Mampu mencapai kecepatan 28/20 Knots, kapal itu dilengkapi sistem antiserangan permukaan dan mampu mendukung saat terjadi adu tembak di laut.
Kapal ini bahkan bisa dilengkapi alat antiserangan kapal selam.
Kementerian Pertahanan menyebut kontrak pembuatan empat kapal buatan PT PAL itu Rp500 miliar. Kapal tunda dalam kontrak ditargetkan selesai April dan Juni 2013.
Adapun kontrak penyelesaian kapal cepat rudal jatuh tempo Maret dan Desember 2013.
Adapun kapal perang kelima dan keenam yang segera dimiliki AL yakni PC 40. Jenis PC 40 merupakan kapal perang patroli.
Meski demikian, rudal antikapal akan disematkan sebagai bagian pertahanan.
"PC 40 pertama memang kami mengajukan, kemudian Kemenhan menambah satu, sehingga total enam unit yang diserahkan tahun ini," jelas Julius, Senin (7/1/2013).
Keenam kapal baru itu, lanjut dia, akan bergabung dengan 156 kapal yang dimiliki TNI AL. Sehingga dengan tambahan yang baru, AL memiliki kapal 162 buah.
"Itu nantinya ditambah kapal selam yang dipesan di Korea Selatan," tambahnya. Saat ini Indonesia memiliki dua kapal selam.
Indonesia tahun ini dijadwalkan mulai membangun tiga kapal selam bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea Selatan.
Ada transfer teknologi dalam program ini. Kapal pertama diproduksi di Korsel, kapal kedua akan mulai diproduksi di Indonesia dan ketiga akan sepenuhnya diproduksi PT PAL Indonesia.
Kapal selam pertama dijadwalkan tiba pada 2015, kedua pada 2016 dan ketiga 2018. Ketiganya bernilai US$1,07 miliar. (ra)
Pindad, PAL, PT.DI Dapat Suntikan Dana dari Pemerintah.
Jakarta - Menjelang penutupan tahun lalu, Presiden SBY menyetujui suntikan modal negara untuk 8 BUMN yang jumlah totalnya mencapai triliunan rupiah. BUMN apa saja yang dapat?
Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Kamis (10/1/2013), suntikan modal untuk BUMN tersebut telah disetujui melalui peraturan pemerintah (PP) yang diteken SBY di akhir tahun.
Adapun daftar BUMN yang mendapat suntikan modal dari APBN-P 2012 yang disetujui di akhir-akhir tahun tersebut adalah:
- PT PAL memperoleh tambahan penyertaan modal negara Rp 600 miliar dari APBN 2012 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2012 tertanggal 24 Desember 2012;
- PT Pindad sebesar Rp 2 triliun dari APBN 2012 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 111 Tahun 2012 tertanggal 24 Desember 2012;
- PT Industri Kapal Indonesia memperoleh Rp 200 miliar dari APBN 2012 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2012 tertanggal 24 Desember 2012;
- PT DI sebesar Rp 400 miliar dari APBN 2012 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 116 Tahun 2012 tertanggal 28 Desember 2012.
Kementerian Pertahanan akan tetap membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. Harga yang mahal tidak menyurutkan niat pemerintah. "Harganya memang sangat mahal, kami harus mempertimbangkan kekuatan anggaran," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013.
Harga mahal itu, kata Ediwan, adalah konsekuensi dari pemerintah Amerika Serikat. "Mereka ingin standar keselamatan yang tinggi. Tidak mau kalau helikopter itu jatuh di sini (Indonesia) dan merugikan citra mereka," kata dia.
Rencana pembelian delapan helikopter Apache Longbow AH 64 D itu sudah dikabulkan oleh kongres negeri Abang Sam. "Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita," kata Ediwan.
Untuk menyiasati mahalnya harga heli Apache, Kementerian akan menyesuaikan perencanaan anggarannya. "Kami akan sesuaikan pos anggaran yang lain agar bisa mencukupi."
Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan berencana mempercepat belanja alat utama sistem senjata (alutsista) untuk memenuhi kebutu*an minimum militer. "Rencana strategis alutsista kami rampingkan dari tiga menjadi dua saja," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai memimpin rapat pimpinan Kementerian Pertahanan bersama Mabes TNI, Rabu, 8 Januari 2013.
Kementerian dan TNI sepakat bahwa sebagian rencana pengadaan bisa dipercepat dari rencana semula. "Setelah dilihat lagi, ternyata sangat mungkin dilaksanakan dalam dua renstra (rencana strategis) saja," ujar Purnomo.
Rencana strategis postur kekuatan militer sendiri awalnya akan berlangsung hingga 2024. Dengan percepatan ini, target pengadaan minimum persenjataan diharapkan dapat terpenuhi lebih cepat.
Percepatan ini, kata Purnomo, perlu didukung dengan kerja keras Kementerian Pertahanan dan TNI. "butu* kerja sama optimal dari semua pihak menjelang berakhirnya masa jabatan Kabinet Indonesia Bersatu II," kata dia.
Belanja militer dalam rencana strategis 2010-2014 dianggarkan sekitar Rp 150 triliun. Untuk 2012, pagu anggaran alutsista mencapai Rp 72,54 triliun, namun hanya seperempatnya yang digunakan untuk belanja persenjataan, atau sekitar Rp 28 triliun.
Indonesia dan Republik Rakyat China kembali menggelar Forum Konsultasi Kerja Sama Pertahanan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama kedua negara dalam bidang pertahanan serta keamanan.
Forum Konsultasi Pertahanan RI-China yang digelar di Markas Besar Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA) di Beijing, Kamis, merupakan pertemuan yang kelima sejak 2007.
Indonesia dalam Forum Konsultasi Pertahanan itu dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan dari China dipimpin Wakil Kepala Staf Umum PLA Letnan Jenderal Qi Jian'guo.
Sejak disepakati Forum Konsultasi Kerja Sama Pertahanan itu, Indonesia dan China telah melakukan berbagai bentuk kerja sama pertahanan seperti pelaksanaan Latihan Bersama Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dengan Pasukan Khusus PLA, pertukaran perwira di masing-masing lembaga pendidikan militer kedua negara termasuk Universita Pertahanan.
Tak hanya itu, Indonesia dan China juga telah menjalin kerja sama pelatihan bagi pilot pesawat tempur Sukhoi, pembelian sejumlah alat utama sistem senjata berdasar alih teknologi dan pada 2011 disepakati kerja sama industri pertahanan dengan mekanisme produksi bersama untuk pembuatan rudal C-705.
China juga menawarkan program Bahasa Mandarin bagi para perwira TNI.
Helikopter TNI AL Latihan Manuver Tempur dan Patroli
9 Januari 2013, Surabaya: Sebanyak empat heli Bell 412 milik Skuadron Udara 400 Wing Udara-1 Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal), melakukan latihan manuver di atas jembatan Suramadu sisi Surabaya dan Madura, Rabu (9/1).
Puspenerbal melakukan latihan rutin manuver tempur dan patroli pada seluruh alat utama sistem persenjataan (alutsista) udara, guna menjaga kedaulatan NKRI. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/ama/13)
JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal (minimum essential forces/MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan. Jika awalnya pencapaian MEF pada 2024, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin bisa tercapai 2019.
"Awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019)," kata Menhan seusai Rapat Pimpinan di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Rabu (9/13).
Pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan ini merupakan sebuah terobosan. Keberhasilan ini tak lain berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan.
Namun, pada 2012 pencapaian MEF tak sesuai rencana. Target MEF tahun lalu adalah 28,7 persen. Namun, Kemhan hanya berhasil mencapai 26 persen. "Sehingga kurang 2,87 persen dari target yang harus dipenuhi," kata Purnomo. Capaian 26 persen itu dinilai tetap membanggakan karena naik lima persen dari pencapaian MEF pada 2011 yang mencapai 21 persen.
Adapun alasan melesetnya capaian MEF 2012, antara lain karena pemerintah belum dapat mendukung anggaran untuk terpenuhinya MEF. Proses pengadaan melalui birokrasi panjang juga menjadi penyebabnya. Untuk menutup kekurangan itu, Purnomo menjanjikan percepatan pembelanjaan anggaran pada 2013.
Seperti diketahui, anggaran Kemhan dan TNI pada 2012 sebanyak 74,1 triliun rupiah. Penyerapan anggaran untuk pengadaan barang yang menggunakan mata uang rupiah tak terserap maksimal untuk tiga matra TNI.
Mabes TNI memang mampu menyerap anggaran hingga 96,25 persen dari pagu anggaran. Namun, untuk TNI AD penyerapan hanya 69,67 persen, TNI AL 69,67 persen, dan TNI AU 55,83 persen.
Reformasi Birokrasi
Untuk memaksimalkan penyerapan anggaran, pada 2013 ini Kemhan menyerukan TNI untuk mengimplementasikan roadmap reformasi birokrasi yang sudah ditetapkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. "Kami juga berharap semua matra mengupayakan secara maksimal terlaksananya butir-butri kebijakan negara 2013," katanya.
Dan upaya selanjutnya, Purnomo meminta semua pihak untuk meningkatkan transparansi sistem pelaporan keuangan.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengapresiasi kinerja jajarannya yang bekerja keras dalam pengadaan alutsista. Dia optimistis bisa mempercepat pencapaian MEF pada 2019.
Saat ini pihaknya terus melakukan tiga hal besar dalam upaya pencapaian MEF, antara lain pertama penghapusan alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tak bisa lagi digunakan.
Kedua, peningkatan kemampuan alutsista yang saat ini dalam kondisi kurang maksimal. Dan ketiga, pengadaan alutsista baru. "Semua sudah diperhitungkan. Itu makanya kita optimistis MEF bisa dipercepat menjadi hanya dua kali renstra," ujar Panglima.
Untuk target pembangunan kekuatan TNI, pihaknya berencana membangun 25 pos pertahanan darat dan lima pos pertahanan di pulau terdepan. Hingga kini, target itu baru terealisasi tujuh pos pertahanan darat dan dua pos pertahanan pulau terluar.
Sementara itu, Menhan menyatakan pembekuan anggaran alutsista sebesar 678 miliar rupiah oleh Kementerian Keuangan tak memengaruhi percepatan pencapaian MEF. "Pembekuan itu tak memengaruhi perubahan master list alutsista yang sudah kita rancang," ujar Purnomo.
Dia menjelaskan, pembekuan dana itu masuk dalam pos alutsista pendukung atau di luar master list. Menhan juga yakin tak ada mark up anggaran seperti yang dituduhkan selama ini.
Namun demikian, Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya Erris Herryanto menyatakan Kemhan masih menunggu pembekuan itu segera dicabut agar segera bisa dibelanjakan. "Kami berharap pada 2013 ini anggaran tersebut bisa cair," ujarnya.
Jakarta - Kementerian Pertahanan resmi menandatangani kontrak pengadaan main battle tank Leopard dengan sebuah perusahaan asal Jerman, Rheinmettal.
"(Kontrak pembelian) sudah ditandatangani pertengahan Desember lalu," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, kepada Tempo, Rabu, 9 Januari 2013.
Nilai kontrak pembelian tank berat itu, kata Ediwan, berada di bawah pagu anggaran sebesar US$ 280 juta. "Kurang sedikit dari jumlah itu," kata dia tanpa menyebutkan nominal.
Ediwan memastikan spesifikasi teknis dan jumlah tank yang akan diproduksi tetap sama dengan kesepakatan awal. "Ya, mereka setuju dengan penawaran kita."
Pembelian tank seberat 63 ton ini juga sudah dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken November 2012 lalu. "PT Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan mendapatkan kerja sama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat."
Rencananya, Indonesia akan membeli Leopard Ri dan A24 beserta tank sedang Marder seberat 33 ton. Leopard Ri dibanderol US$ 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit.
Indonesia dikabarkan memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit. "Itu akan ditambah lagi dengan amunisi dan perlengkapan pendukungnya," ujar Ediwan. Tank ini akan menambah kekuatan TNI di perbatasan.